Dua Lima

33 9 0
                                    

Ilyana yang baru saja menyelesaikan mandinya terkejut saat melihat putrinya sudah rapi sejak pagi. Bahkan pakaian yang digunakan seperti hendak pergi. Karena jika di rumah Sisi lebih senang dengan kaos pendek dan celana selutut.

"Sayang.... " panggilnya.

"Memang kita mau kemana?"

"Bunda. Hari ini Sisi janjian sama Om Ali. Mau cari objek buat lomba foto."

Penjelasan Sisi membuat ILyana terkejut. Pasalnya yang ia tau jika laki-laki itu saat ini sedang tidak berada di Jakarta.

Ting tong

"Tuh Bun... Om ALinya."

Ilyana melihat Sisi menekan tombol dan berjalan menuju pintu utama. Ilyana tanpa sadar mengikuti putrinya menuju teras. Dari posisinya berdiri Ilyana melihat laki-laki mendekat ke arah dirinya dan Sisi. Ilyana hampir saja tidak mengenalinya, jika Sisi tidak mengatakan siapa yang datang.

Sungguh Ilyana terperangah. Ini adalah penampilan yang berbeda sejak terakhir laki-laki itu datang ke rumahnya untuk pamit. Rambutnya panjangnya diikat. Pada rahangnya ditumbuhi bulu-bulu. Kumis tipis juga menghiasi bibir laki-laki.

"Om... Sisi ambil peralatan dulu ya."

Suara putrinya membuat Ilyana menatap ke tempat yang lain. Ia tidak ingin laki-laki itu mengetahui dirinya memperhatikannya.

"Silakan duduk." Ujarnya

Ilyana melihat laki-laki itu duduk.

"Kamu dan Sisi bagaimana keadaannya?" tanya laki-laki itu seraya menatapnya.

"Baik." Jawab Ilyana.

"Sisi meminta aku tuk mengajari berfoto. Katanya akan ada perlombaan. Aku harap Kamu bisa ikut." Ucap laki-laki itu kembali.

*****

Jakarta yang panas tiba-tiba mendung. Untung saja, mereka sudah menyelesaikan kegiatannya.

Ilyana melihat begitu bahagia Sisi. Terlebih laki-laki banyak mengajari seni berfoto indah dan natural kepada putrinya. Bahkan kelelahan tak Nampak di wajah Sisi setelah dari pagi hingga menjelang jam lima sore berada di area terbuka. Kawasan Monas sengaja dipilih Sisi untuk perlombaan.

"Sayang jangan berlarian. Lihat ke depan, jangan melihat kamera saja."

Teriakan Ilyana dibalas oleh senyum. Padahal ia sangat khawatir jika Sisi akan jatuh karena terlalu fokus dengan benda di tangannya. Terlebih hampir berkali-kali putrinya bertabrakan dengan pengunjung Monas lainnya.

Saat bersamaan tangan Ilyana tanpa sengaja menyentuh lengan laki-laki di sampingnya.

Panas... ucapnya dalam hati.

"Setelah ini mau kemana lagi?" tanya laki-laki itu.

"Pulang saja. Kasihan Bi Nah sendirian di rumah." Jawab Ilyana.

"Emmm..... " kalimat Ilyana terhenti. Ia ragu untuk menanyakan.

"Kenapa?" tanya laki-laki itu.

Ilyana menggeleng dan berjalan cepat menuju Sisi. Langkah mereka terhenti di area parkir. Setelah itu memasuki kendaraan. Kali ini Ilyana tidak dapat berkelit saat Sisi memintanya untuk duduk di depan dengan alasan mau tidur.

Kendaraan menjauh dari Kawasan Monas. Membaur dengan kendaraan lain di jalanan ibu kota. Melalui kaca depan mobil terlihat Sisi yang sudah terlelap. Tanpa sengaja mata Ilyana berpapasan dengan mata legam milik laki-laki itu. Dengan cepat ia mengalihkan ke jendela samping.

Jedarrrr..... Jedarrrrr

Akhhhhh....

Teriakan tak dapat ditahan. Seketika jantung Ilyana terasa berhenti saat kilatan disertai suara kencang 'membelah' suasana hujan. Ia pun menutup kencang dua telinganya.

"Hei... tenang jangan panik."

Ilyana mendengar suara laki-laki di sampingnya. Namun ketakutannya pada petir yang berkali-kali menyambar membuat diam semakin membeku dalam kursinya. Bahkan matanya itu dipejamkan. Sungguh Ilyana membenci ini.

"Hei.... "

Terkejut. Hingga mata Ilyana terbuka saat kedua tangan laki-laki memegang pipinya. Terlebih wajah mereka kini berhadapan. Tatapan hitam tajam laki-laki itu semakin intens kepadanya.

"Kamu ga usah takut. Ada aku. Sekarang ambil napas pelan-pelan. Buang perlahan."

Ilyana mencoba mengikuti kalimat laki-laki itu. Degup seakan berlomba setiap suara petir itu kembali. Perlahan..... Ilyana mencoba menenangkan pikirannya. Di saat Ilyana menetralkan irama jantungnya, ia merasakan tangan laki-laki itu mengenggam dengan erat namun hangat.

*****

Bersambung

Love (Selesai)Where stories live. Discover now