Enam

44 11 0
                                    

Di akhir pekan ini, Sisi sudah rapi dengan peralatan fotonya.

"Bunda.... "

Sisi mengetok kamar Bundanya. Tak lama perempuan yang begitu dicintai Sisi membuka pintu.

"Wih Bunda cantik sekali." Ujar Sisi.

"Pasti ada maunya nih kamu?" ucap Ilyana seraya mencoel dagu Sisi yang sangat mirip dengan dirinya.

"Ga Bunda. Tapi memang selalu cantik Kok. Oya, Bun... Kita berangkat sekarang aja. Nanti panas dan terlalu ramai."

Sisi pun menarik tangan Bunda dan bergegas menuju luar rumah. Dengan senang hati Sisi segera memasuki mobil. Ilyana pun segera mengikuti gerakan putrinya dan duduk di balik kemudi.

Selama dalam perjalanan, Sisi mengabadikan momen dengan kamera di tangannya.

Bun....

Klik.... Klik....

Wajah Ilyana menjadi sasaran kamera Sisi. Sedangkan Ilyana hanya menggeleng kepala melihat kelakuan putrinya.

Tak lama kendaraan mereka memasuki area parkir. Sisi segera mengajak Bunda mengeksplore area Kota Tua. Situasi saat ini cukup kondusif. Tidak terlalu ramai dan udara masih sangat bersahabat.

Dari kejauhan seorang anak kecil bermain dengan teman sebayanya dengan ekspresi gembira, walaupun hanya berlarian.

"Bun.... Sisi ke sana sebentar ya!" tanpa menunggu jawaban Sisi segera mendekat ke anak kecil itu.

Sisi segera membidik kameranya dan tak ingin melewatkan momen itu. Sisi kembali ke Bunda. Terlihat wajah Ilyana yang khawatir. Dengan cepat ia mencium pipi sang Bunda. Berkali-kali. Hingga Ilyana tertawa geli akibat ulahnya.

Sisi melayangkan kembali penglihatannya. Parade ondel-ondel dengan warna warni mengunci mata hazel Sisi. Tanpa sadar ia mengikuti parade itu dengan kamera di tangannya.

Ia sedikit berlari. Seakan tak mau melewati momen tiap detik Ondel-ondel di depannya.

Klik

Klik

Klik

Entah berapa banyak bidikan dari kameranya. Hinggaaa...

Sisi dengan lutut yang menyentuh lantai. Namun dengan sadar ia mengingat kamera yang berada di tangannya sudah lenyap. Ia berusaha bangkit. Akan tetapi lututnya begitu sulit digerakkan.

"Adik.... Kamu ga apa-apa."

Suara itu membuat Sisi menoleh. Terlihat seorang laki-laki dengan topi hitam merunduk di hadapannya.

"Bisa bangun?"

Sisi tak menjawab. Konsentrasi terpusat pada benda yang ada di tangan laki-laki itu.

"Oh.... Tenang. Kamera kamu ga apa-apa. Ayo saya bantu bangun." Seperti laki-laki itu paham akan arti pandangan Sisi.

"Terima kasih Om." Ujarnya.

Perlahan dirinya bangun dengan bantuan laki-laki di hadapannya.

Sisiiiii

Dirinya menengok ke sumber suara. Terlihat Bunda yang berlari mendekat dan memeluknya. Sisi merasakan degup jantung Bunda begitu kencang. Ia tau airmata Bunda yang menetes hingga menjatuhi pipi indahnya adalah bentuk ketakutan.

"Bunda... jangan nangis. Sisi tidak apa-apa. Kamera Sisi juga aman. Untung ada Om... "

"Bunda ga peduli dengan kamera. Hancur pun tidak apa. Kamu. Cuma kamu yang Bunda pikirkan." Kalimat Bunda begitu tegas.

"Maaf. Ini kamera Dik."

Baik Sisi maupun Bunda sama-sama menoleh ke arah suara. Terlihat laki-laki menyodorkan benda di tangannya.

"Sisi mengucapkan terima kasih ya Om. Oya... sebentar."

"Bun. Ini Om yang nolong aku." Sisi menarik tangan Bundanya hingga berhadap dengan laki-laki itu.

Ali

Laki-laki itu memberikannya tangan kanannya. Sisi menarik tangan Bundanya untuk menerima uluran tangan laki-laki yang sudah menolong dirinya.

"Bunda jangan diam aja. Maafkan Bunda ya Om Ali."

"Ilyana. Terima kasih sudah menolong Sisi." Ujar Ilyana.

Sisi tersenyum melihat Bundanya bersuara.

"Oya Sisi lain kali hati-hati. Jangan sampai hobi kamu membuat celaka.  Saya permisi dulu ya." Ujar laki-laki itu.

"Sayang... ini yang Bunda ga suka. Kegiatan di luar penuh bahaya."

"Iya Bun. Lain kali Si akan hati-hati. Hanya luka sedikit kok. Untung saja om Ali menolong Sisi juga kamera ini." Balasnya.

Sisi menyaksikan perempuan di hadapannya hanya geleng kepala. Tak ingin Bunda sedih dan khawatir, Sisi kembali memeluk dan mencium pipi perempuan itu lagi. Ia tau jika seperti ini hati Bunda akan mencair.

"Sekarang kita pulang ya."

Tanpa membantah Sisi mengikuti langkah itu

*****

Bersambung

Love (Selesai)Место, где живут истории. Откройте их для себя