Dua Puluh

39 9 0
                                    

Ilyana terkejut saat menerima lagi buket bunga Mawar. Sudah hampir setiapm Senin pagi bunga itu sudah ada di mejanya, sebelum ia datang. Untung saja Nana mengatakan kalo buket itu ia yang meletakkan.

Indah.

Kumpulan Mawar Merah yang tergeletak di sudut meja kerjanya.

Matanya tertuju pada kertas berwarna merah muda yang terselip diantara bunga-bunga itu. Hampir saja Ilyana tidak melihatnya.

Selamat Pagi. Semoga hari ini menyenangkan.

Ali

Setiap selesai membaca ia letakkan begitu saja di laci meja kerjanya. Saat bersamaan nada pesan masuk terdengar dari gawainya. Tidak ada keinginan untuk mengetahui siapa orang yang mengirimkan pesan untuknya.

Terdengar kembali sebuah pesan masuk. Saat bersamaan Nana mengetuk pintu dan membawa beberapa berkas di tangan.

"Bu. Ini dari Pak Rino. Kata sekretaris beliau, laporan dirapihkan kembali setelah itu diserahkan kembali." Ucap Nana.

"Oke. Saya periksa kembali. Nanti tolong kamu antar ke sekretarisnya ya. Saya akan sekolah Sisi." Ujar Ilyana.

"Baik Bu. Saya permisi."

Ilyana mempersilahkan Nana kembali ke mejanya. Ia segera membaca kembali revisi laporannya. Berdasarkan masukan pada coretan di kertas, Ilyana memperbaiki laporan itu. Sekitar dua jam ia menyelesaikan laporannya.

"Nana laporannya kalo sudah bawa ke ruangan saya." Ucapnya dengan menekan tombol hijau di mejanya.

Tak lama Nana memasuki ruangan. Kertas di tangan Nana dipindahtangankan. Ilyana mengecek kembali hasil cetak laporannya. Dengan cermat.

"Tolong kamu antar ke sekretaris Pak Rino. Thanks ya Nana."

"Sama-sama Bu." Ucap Nana seraya meninggalkan ruangan.

*****

Ilyana memasuki sekolah Sisi. Keadaan mulai sepi. Hanya beberapa orang tua murid yang masih berada di sekolah. Ia segera mencari ruang kelas milik putrinya.

Tok... Tokkk

Terdengar suara pintu dibuka. Nampak seorang laki-laki mempersilakannya masuk. Ilyana mengikutinya. Ia mendengarkan hasil laporan belajar Sisi di sekolah. Ilyana bangga bahwa nilai-nilai putrinya sangat baik. Sikap serta kesantunan Sisi sangat istimewa. Bahkan Sisi mendapatkan predikat Siswa mudah bergaul di sekolahnya.

"Oya ini Bu. Foto jepretan Sisi menang dalam perlombaan tingkat sekolah SMP se Pulau Jawa. Hasilnya Sisi akan diikutsertakan kembali ke tingkat nasional. Persiapan sekitar dua bulannya. Temanya adalah kemanusiaan dalam kacamata remaja. Dan ini hadiahnya serta apresiasi sekolah untuk Sisi."

Ilyana yang terkejut memilih diam. Ia terimanya paper bag dari wali kelasnya. Ia pun mengucapkan terima kasih.

"Terima kasih. Nanti saya sampaikan ke Sisi. Saya permisi." Ujarnya.

Ilyana segera meninggalkan ruangan. Ia berjalan menuju lobi gedung utama. Beberapa sekuriti menyapa. Ia pun membalasnya seraya berjalan menuju area parkir. Kendaraan pun meninggalkan sekolah.

Ia memutuskan untuk membeli hadiah atas prestasi Sisi. Boneka dan Cake kesukaannya sudah dibeli. Ia segera menuju rumahnya. Tak sabar menyampaikan berita gembira kepada putri kesayangannya.

Tepat jam 15.00 dirinya sudah tiba di rumah. Ilyana melihat Sisi sudah menyambutnya di depan pintu. Hatinya bahagia saat Sisi melihat apa yang dibawanya.

Ilyana bahagia. Sisi berlari memeluknya.

Pelukan Sisi begitu erat dan hangat. Inilah yang membuat Ilyana senang, Perhatian dan cinta putrinya melebihi apapun. Tidak ada yang dapat menandinginya. Walaupun Sisi dan dirinya acapkali berbeda pandangan.

"Jangan nangis dong. Mana Sisi yang ceria." Ujarnya seraya menyentil lembut hidung mancung putrinya.

Senyum Sisi pun kembali. Ilyana mengajaknya untuk masuk. Sedangkan barang lainnya, diambil Bi Nah.

"Kita ngobrolnya nanti ya. Bunda mandi dulu. Kamu sudah mandi belum?" tanyanya.

Ilyana melihat Sisi nyengir. Tanpa menunggu kalimat berikutnya, Sisi memlih kabur dari pada mendengar ucapannya.

*****

Pukul 20.30

Ilyana melihat Sisi sangat lahap menikmati kue kesukaannya. Sisi sangat doyan makan hanya saja tubuhnya tetap mungil. Hanya pipi bakpao saja yang terlihat. Sedangkan Ilyana cukup makan beberapa potongan buah saja.

Di saat itu, Bi Nah mengabarkan bahwa ada tamu. Ilyana pun mengecek CCTV. Ia terkejut saat melihat siapa yang datang ke rumahnya.

"Hah.... Om Ali. Bun."

Teriakan Sisi menyadarkannya. Ia pun mengikuti langkah Sisi menuju area pintu utama.

Mobil hitam itu berhenti. Nampak laki-laki yang tapi pagi mengirim bunga keluar dari mobil.

Ilyana melihat laki-laki memutar dan membuka pintu depan satunya lagi. Satu buket bunga dan beberapa paper bag memenuhi tangannya.

"Kok. Om ga kasih kabar ke Sisi?"

Kalimat Sisi menyambut laki-laki saat menuju area pintu utama.

"Kebetulan Om lewat. Ini hadiah untuk Sisi. Pasti nilai rapotnya bagus." Ujar laki-laki itu.

Ilyana melihat Sisi mengangguk seraya menerima seluruh hadiah itu.

"Ayo Om masuk. Sisi taro ini dulu ya."

Laki-laki itu mengangguk atas omongan putrinya. Ia pun mempersilakan laki-laki itu.

"Aku di depan aja. Hanya sebentar."

Ilyana pun mempersilakannya duduk di kursi teras.

"Mau minum apa?" ujar Ilyana.

"Ga usah. Terima kasih."

Hening.

Tidak ada yang bersuara. Tanpa sengaja Ilyana melihat Laki-laki sedang menatapnya. Dengan cepat ia mengalihkan pandangannya.

"Aku pulang ya." Ucap laki-laki itu seraya berdiri.

"Hah??"

Ilyana tidak dapat menahan keterkejutannya. Ia pun segera menutup mulutnya dan berharap laki-laki tidak memperhatikannya.

"Kamu tunggu sebentar." Laki-laki itu menuju mobilnya.

Sebuah baket besar berisikan puluhan mawar dibawa.

"Ini buat kamu." Ilyana sekali lagi tercengang. Dalam satu hari ini saja dua kali laki-laki itu memberikannya.

"Aku pulang. Lusa aku ke Bali untuk waktu yang lama. Doakan urusan aku lancar di sana. Salam buat Sisi."

Usapan perlahan tangan laki-laki di pucuk kepalanya membuat jantung Sisi memiliki irama yang berbeda dari biasanya. Ilyana menatap terus hingga laki-laki itu menjauh.

*****

Bersambung

Love (Selesai)Where stories live. Discover now