Lima Empat

38 9 0
                                    

Rivali terlihat memasuki gedung RS yang hampir selesai. Dari kejauhan ia melihat beberapa orang meneliti bangunan itu.

"Pagi. Maaf... saya tidak menyambut Pak Marko dan tim" ucapnya seraya menjabat satu persatu tangan mereka.

"Ga apa-apa Li. Kami yang datang lebih awal dari jadwal yang disepakati."

Ia pun mengajak rombongan itu menelusuri tiap ruang di setiap lantainya. Sesekali ia menjelaskan apa yang ditanyakan oleh pemilik RS itu. Memang tinggal tersisa beberapa minggu dirinya menuntaskan proyek ini. Secara fisik bangunan sudah jadi sesuai keinginan pemiliknya. Namun ia masih mempekerjakan orang-orang lapangannya untuk memastikan tidak ada cacat dalam bangunan enam lantai ini.

Kunjungan Mr. Marko pun selesai. Rivali mengantarkan tamunya menuju mobil yang terparkir di depan lobi.

"Li... Saya dan keluarga mengundang Kamu untuk makan malam. Saya harap Kamu datang."

Rivali melihat ke arah laki-laki berkumis tebal itu. Sungguh ia tidak enak jika menolak lagi ajakan makan malam. Terlebih ini adalah undangan yang kesekian kali selama mereka bekerja sama.

****

Kini Rivali telah sampai di rumah bergaya Klassik. Pilar-pilar putih menjulang tinggi menyambut kedatangannya.

"Silakan duduk. Kata Tuan, tunggu sebentar. Beliau ada tamu."

Ia pun mengangguk. Tak lama seorang perempuan paruhbaya menghampirinya dan menyajikan teh dengan aroma lemon serta beberapa toples berisikan kue kering. Ia pun mengucapkan terima kasih.

Ting

Wajahnya berseri saat mendapati pesan masuk dari Ilyana.

Daddy sudah sampai?

Iya Ay... tetapi beliau sedang menerima tamu

Bunda dan Baby udah makan?

Tak lama sang istri pun mengirimkan pesan

Sampai jam delapan malam.... Sudah lima kali makan. Bawaan lapar melulu.

..

..

Rivali tertawa melihat emot yang dikirimkan istrinya, seraya membalas pesan itu

Daddy bahagia kalau Bunda dan Baby sehat

"Maaf. Tuan Marko sudah menanti. Mari ikut saya."

Mendengar itu Rivali mengangguk. Dan mengirimkan pesan kepada Ilyana dan meminta izin untuk mengakhiri percakapan.

Rivali mengikuti laki-laki berseragam hitam dari belakang. Ia menyusuri ruang keluarga yang sangat besar dengan sebuah piano besar di sudutnya. Hingga mereka berhenti di area ruang makan.

Ia tidak melihat Mr. Marko. Namun kesibukan di hadapannya dengan beberapa asisten rumah tangga yang sepertinya merapihkan hidangan di meja makan. Nampak seorang perempuan dengan rambut berwarma coklat menghampirinya.

"Wah... sungguh kehormatan kedatangan tamu."

Dengan cepat dirinya memberi hormat.

"Saya yang minta maaf baru sempat memenuhi undangan Bapak dan Ibu." Ujarnya.

Tak lama terlihat Mr. Marko berjalan mendekat.

"Akhirnya. Saya senang Kamu datang ke rumah kami. Marii...."

Rivali mengikuti langkah Mr. Marko menuju meja makan. Dan mempersilakan ia duduk di samping pria itu.

"Bibi... panggilkan anak-anak. Makan malam segera dimulai."

*****

Rivali mendengarkan Mr. Marko memperkenalkan semua putrinya. Ia kagum akan didikan pria itu kepada keluarganya. Bahkan Rivali salut akan keharmonisa keluarga itu. Ia pun berkali-kali tertawa saat Mr. Marko menganggap dirinya paling tampan di dalam keluarganya.

Ia melihat begitu bahagianya Mr. Marko menceritakan Rihana, anak ketiga yang sedang menginjak kelas 3 SMA fav di Kota Medan. Selain itu ada Rheika yang kini menjadi mahasiswa tingkat tiga fakultas kedokteran di Medan. Terakhir, Raisya mahasiswa kedokteran tingkat akhir universitas ternama di Jakarta.

Terlihat jam di tangannya menunjukkan pukul sepuluh malam. Ia pun meminta izin untuk pulang seraya mengucapkan terima kasih atas makan malamnya. Dirinya tak dapat menolak saat Mr. Marko memintanya untuk berfoto bersama keluarga. Sebagai kenang-kenangan ujar Beliau.

Mr. Marko mengantarkan dirinya hingga menuju lobi. Rivali pun memberikan salam perpisahan. Ia melihat Mr. Marko memeluknya erat. Bukan hanya itu Nyonya Marko juga memeluknya erat. Ia mengulurkan tangan kepada Raisya yang berdiri di samping Mr. Marko. Namun terkejut saat dengan cepat gadis itu menyentuh pipi kanan dan kirinya.

*****

Bersambung

Love (Selesai)Where stories live. Discover now