Empat Lima

40 10 0
                                    

Rivali mendapati tawa hangat di vila milik keluarganya. Teriakan dari kolam renang membuat dirinya bahagia. Gadis kecilnya, si kembar, serta sepupu Ilyana dan juga sepupunya menikmati air kolam yang hangat.

Vila yang biasanya didatangi hanya oleh keluarga inti saja kali ini ramai. Hampir seluruh ruang dan sudut bangunan ini terisi oleh keluarga besar dirinya juga istrinya.

Setelah hari pernikahan, Rivali memutuskan untuk mengajak mereka menikmati suasana pantai. Kebetulan Ilyana juga masih cuti sehingga ia ingin menghabiskan momen ini. Terlebih keluarga besar Ilyana lusa akan pulang ke daerah masing-masing.

Rivali mendapati sang istri sedang berada di dapur. Sebenarnya ia tidak ingin Ilyana melakukan hal itu. Namun dirinya sudah berjanji tidak akan melarang apa yang membuat istrinya bahagia.

Seperti saat ini, Ilyana dan Mama sedang mengecek masakan yang tengah diolah oleh para asisten rumah tangga. Bahkan kedua perempuan yang sangat ia sayangi berkali-kali saling menyuapi rasa makanan itu.

"Loh, Sayang!"

Kata itu muncul dari bibir merah Ilyana saat melihat kehadirannya di dapur.

"Kamu tunggu aja. Sebentar lagi siap. Ya kan Mah!" ucap Ilyana.

Rivali pun mengangguk dan memilih meninggalkan area dapur menuju ruang tamu. Di tempat inilah ia mendapati Bapak, Ibu, Rifana, Bang Rey, dan Om Darto serta istri, Pa dhe Damanto, dan adik almarhum Papa, Om Riko sedang berbicang-bincang.

"Duduk Li." Ujar Om Riko seraya menggeserkan duduknya.

*****

Senja mulai berganti malam. Namun keramaian masih terasa. Di halaman belakang sekitar kolam renang. Terlihat Dodit dan lainnya mempersiapkan acara barbeque. Di sudut lainnya, Sisi masih mengoda anak si kembar ditemani Mama dan Rifana.

Dari dalam rumah Nampak Om Darto, Om Riko dan anakknya membawa ikan, daging, sosis yang akan dibakar. Sontak saja yang berada di halaman belakang berteriak bahagia.

Rivali mencari keberadaan Ilyana. Karena setelah ia keluar kamar mandi, Ilyana sudah tidak berada di kamarnya. Ia pun memasuki kembali area rumah. Langkahnya bergerak menyusuri tiap sudut bangunan. Namun ia tidak mendapati keberadaan Ilyana.

Ia pun menaiki tangga menuju lantai dua. Dari empat kamar yang ada, salah satu pintu terbuka. Ia tau jika itu kamar Bapak dan Ibu. Saat Rivali hendak mengetuk ia mendengar percakapan Ilyana dengan orang tuanya. Bersamaan itu ia mendengar suara isak tangis dari Ilyana.

Kalau menurut Bapak, Kamu harus ke rumah sakit. Biar bagaimana pun mereka orang tua Rio, ayah kandung Sisi. Jangan sampai merusak Silaturahmi. Itu tidak baik Nak....

Apalagi menurut cerita Ily, keadaan Eyang Kung kritis. Kesampingkan ego dan sakit di masa lalu. Bapak dan Ibu sudah mengiklaskan segala hal yang terjadi saat itu. Bapak harap Kamu bisa melalui itu. Hiasi banyak cinta dalam hidup Ily bersama Nak Ali...

Rivali berdiri menyender di dinding. Hatinya sesak mendengar tangisan Ilyana. Memang istrinya belum banyak cerita tentang masa lalunya. Ia pun sendiri tidak ingin mengorek luka itu kembali.

*****

Ia melihat ILyana termenung. Walaupun sesekali tawa menghiasi bibir tipis itu. Rivali pun menarik tangan sang istri dan mengajaknya menelusuri garis pantai yang persis berbatasan dengan sisi kolam renang. Tak ada yang terucap saat Rivali memeluk tubuh Ilyana.

"Ada yang mau ceritakan ke aku? Mungkin aku bisa bantu .... "

Rivali merasakan tangan istrinya menarik tangannya. Lebih dekat. Namun tidak ada satu pun yang bersuara. Hingga...

"Apakah aku salah... membenci orang yang membuat aku dan keluargaku terluka?"

Kalimat Ilyana pelan. Namun Rivali dapat merasakan sesakit apa istrinya dahulu. Diciumi rambut Ilyana yang persis di hadapannya. Perlahan isakan terdengar. Rivali pun melonggarkan pelukannya dan memutar tubuh sang istri hingga berhadapan. Mata Ilyana terpejam namun buliran kesedihan turun. Dengan lembut diciumi mata indah itu. Kemudian, bibir Rivali menghapus basah di pipi cubby Ilyana. Hingga ia menghalau airmata yang menyentuh bibir merah itu.

Cup

Ia ingin merasakan luka yang dimiliki sang istri. Jika boleh meminta. Ia ingin dilahirkan lebih dahulu dan mengenal istrinya lebih dahulu, dibandingkan ayahnya Sisi.

Rivali merasakan emosi Ilyana berhenti. Bertepatan dengan dengkuran halus dari bibirnya. Perlahan diangkatnya tubuh istrinya itu berjalan menuju vila. Dirinya memilih untuk tidak bertemu dengan anggota keluarga lainnya. Biarkan eforia kebahagiaan selalu ada untuk keluarga besarnya. Cukup ia yang melihat Ilyana seperti ini.

*****

Bersambung

Love (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang