Lima Sembilan

25 9 0
                                    

Suasana kediaman Rivali tiba-tiba 'ramai'. Ini dikarenakan tepat pukul satu malam, sang istri merasakan gejolak luar biasa pada kandungan. Jika benar ini sesuai prediksi dokter. Rivali bersyukur pengalaman menyaksikan Rifana saat kontraksi sebelum melahirkan ponakan kembarnya membuat sedikit tenang.

Tas serta peralatan milik Ilyana sudah dipersiapkan  dari bulan sebelumnya.   Bukan hanya sang istri bahkan dirinya ikut mendata keperluan pasca melahirkan.

Dengan hati-hati Rivali memapah sang istri memasuki mobil. Di belakangnya nampak Sisi dan bi Nah dengan barang bawaan.

Sesekali Rivali melihat sang istri berusaha untuk tenang. Namun bulir-bulir keringat yang nampak pada wajah cantik itu tak mampu membohongi rasa sakit.

"Sabar Sayang. Sebentar lagi kita sampai." Ucap Rivali seraya terus menggenggam tangan yang mulai dingin karena menahan sesuatu.

Tak lama kendaraan yang dikemudikan Rivali memasuki area utama RS. Untung saja para petugas jaga sudah siap menyambut kedatangannya.

******

Rivali tak henti-hentinya berdoa. Baru saja Ilyana berada dalam ruang operasi namun rasa sudah berhari-hari.

Dari posisi duduk saat ini nampak Sisi memeluk Bi Nah seraya tertidur. Dari gerakan di wajah perempuan tua itu  nampak doa-doa.

"Aliii... Bagaimana mantu mama?"

Suara itu membuat Rivali menoleh ke area lorong. Nampak sang Mama dan Rifana berjalan cepat ke arahnya.

"Masih di dalam Mah." Ujarnya seraya mencium tangan perempuan yang telah melahirkannya.

"Mama doa yang terbaik buat Ily dan cucu-cucu." Lanjut Mama.

Rivali mengangguk. Kalimat Mama adalah doa mereka semua yang berada di sini.

Tiba-tiba pintu operasi berdenyit. Sontak Rivali, mama, dan Rifana berdiri dan berjalan mendekat. Nampak dua orang berseragam hijau baru keluar dari ruangan itu.

"Bagaimana dokter?" Tanya Rivali.

"Selamat Pak.... Ibu dan si kembar sehat. Hanya saja pasien masih terpengaruh obat bius. Untuk para jagoan sedang dipersiapkan oleh para suster. Biar petugas kami memindahkan ke ruangan observasi terlebih dahulu.  Sekali lagi selamat!"

Rivali merasakan kecemasan hilang seketika. Dengan erat ia mengenggam tangan pria di depannya seraya mengucapkan terima kasih.

****

Tak henti Rivali mengucapkan syukur saat melihat buah cintanya bersama Ilyana sehat tanpa kurang apa pun. Tiga jagoan yang akan menjaga Bunda dan sang kakak.  Namun hati kecilnya sedikit cemas saat mengetahui sang istri belum siuman.

Dengan lembut Rivali mencium kening Ilyana yang masih enggan membuka mata. Walau sebenarnya ia tidak ingin mengganggu istirahat sang istri yang telah berjuang mati-matian demi terlahirnya putra-putra mereka.

Ia masih ingat sebelum diputuskan operasi, sang istri masih berjuang untuk melahirkan secara normal.  Bahkan dirinya ikut mendampingi Ilyana di ruang persalinan. Tidak ada teriak ketakutan dari Ilyana... Betapa kuatnya perempuan yang sangat dicintai setelah Mamanya.

Hingga Ilyana 'menyerah' saat dokter memberitahukan jika tindakan normal akan membahayakan bayi mereka.

Ehmmmmm

Suara lirih serta gerakan tangan terasakan oleh Rivali.

"Sayangg... " Ucap Rivali saat mata indah sang istri terbuka.

"Bagaimana mereka?"  Tanya Ilyana.

"Mereka anak-anak kuat, sama sepertinya Bundanya."

"Terima kasih Sayang. Terima kasih memberikan anugerah paling indah. Love u Bunda." Ujar Rivali seraya berbisik di telinga sang istri.

*****

Suasana ruang perawatan sangat ramai. Keluarga besar Ilyana berdatangan memberikan ucapan selamat. 

Satu hal yang membuat Rivali sedih saat raut wajah Ilyana sedikit termenung. Pasalnya para jagoanya harus terpisah sementara dengan Bundanya. Mereka berada di ruang inkubator menginggat berat badan ketiganya belum mencapai bobot normal. Namun yang melegakan adalah ketiga laki-laki itu dipastikan sehat dan kuat.

"Ay... Antar aku ke mereka. Kangen...."

Suara Ilyana membuat Rivali tersadar. Di hadapannya nampak sang istri yang duduk di kursi roda menatapnya.

"Aku mau melihat."

Tanpa menjawab, Rivali mengangguk.  Ia pun pamit kepada semua yang ada di ruangan lalu mendorong perlahan Ilyana menuju pintu.

Saat memasuki ruang perawatan bayi, seorang perawat jaga menyapa dan mempersilakan Rivali berserta Ilyana untuk masuk.

Kursi dorong berhenti di hadapan tiga boks transfaran.  Rivali melihat mata sang istri berkaca-kaca saat memandang satu per satu buah cintanya.

"Sayang.... Mereka akan selalu kuat seperti Kamu. Seperti Bundanya." Ucap Rivali seraya memeluk sang istri dari belakang.

****
Bersambung

Love (Selesai)Where stories live. Discover now