Dua Satu

42 10 0
                                    

Rivali benar-benar tidak dapat beristirahat. Resto barunya selalu padat dengan pengunjung. Resto buka sejak pukul delapan pagi sampai jam sepuluh malam. Namun ia sangat dibantu oleh anak buahnya yang bekerja dengan baik. Bahkan kini ia baru saja menyeleksi puluhan karyawan baru untuk di sebar di dua restonya.

Resto lamanya ia sudah mempercayai kepada sahabatnya untuk dapat menggantikannya full. Karena ia harus membagi beberapa kegiatan secara bersamaan. Kuliah, mengelola resto, dan sedang merintis sebagai perancang sebuah hotel di Bali.

Kegiatan-kegiatan itu membuat ia jarang berkumpul dengan keluarganya. Bahkan Rivali memutuskan untuk membeli sebuah apartemen yang dekat dengan semua tempat kegiatannya. Untung saja Mama dan Rifana setuju.

Rivali juga harus menahan rindunya karena tidak bertemu dengan Ilyana. Hampir tiga minggu sejak terakhir dirinya mengundang Ilyana dan Sisi ke pembukaan resto. Akan tetapi yang membahagiakan dirinya adalah respon Mama. Berdasarkan pengakuan Beliau, dirinya tidak keberatan dengan status Ilyana. Bahkan Mama sangat menyukai Sisi yang mirip karakternya dengan Rifana.

Lusa, Rivali akan berada di Bali. Untuk mengecek kesiapan pembangunan awal hotel berlantai dua puluh enam. Ini adalah proyek kerja sama dirinya dengan teman-teman kuliahnya. Meskipun restonya dirancang sendiri olehnya tapi kali ini adalah pijakan awal berbisnis dengan orang lain.

Waktu menunjukkan pukul 19.00.

Rivali memanggil Riki. Karyawan lama yang sudah dianggap keluarganya sendiri.

"Ki. Gue percayaain resto ke Lo. Gue harus ke Bali besok pagi. Karyawan Baru tolong didampingi senior. Kalau ada kekeliruan tolong ditegur baik. Kasih pengertian dan contoh yang benar. Kalo ada apa-apa Lo hubungi gue aja."

"Oke Bang. Terima kasih. Semoga lancar urusan di Bali." Ujar Riki.

"Gue cabut dulu ya. Pastikan sebelum resto tutup semua sudah clear."

"Sip. Hati-hati di jalan Bang." Balas Riki.

Rivali segera meninggalkan resto. Ia melajukan kendaraan lebih cepat. Kebetulan situasi jalanan tidak terlalu ramai. Setelah tiga puluh menit mobil hitam itu menuju gerai makanan. Ia mengambil beberapa makanan dan membayarnya. Perjalanan pun berlanjut. Rivali kembali berhenti saat mendapati toko bunga. Ia memesan dua buket bunga. Hampir sepuluh menit menunggu bunga itu dirangkai. Perjalanannya pun kembali berlanjut.

Sekitar pukul setengah sembilan malam, kendaraan berhenti di sebuah pagar tinggi. Ia merelekskan tubuhnya sejenak. Sesungguhnya ia benar-benar lelah. Namun karena hari ini Sisi menerima rapot. Ia ingin memberikan hadiah penyemangat kepada gadis periang itu. Juga kedatangannya untuk menepiskan sedikit perasaan rindu kepada Ilyana.

Ia segera turun dan menekan tombol pada dinding. Tak lama pintu terbuka.Dari dalam mobil ia melihat perempuan yang mengikat hati dan pikirannya berdiri bersama Sisi. Dengan cepat ia turun dan mengambil beberapa barang yang akan dihadiahkan kepada Sisi.

Ilyana mempersilakan masuk. Namun dirinya memilih duduk di teras. Hening. Hanya suara malam yang terdengar. Rivali menatap Ilyana dari samping. Wajah yang membuatnya memikirkan masa depan. Setelah dirasa cukup mengobati kerinduan, Rivali meminta izin pulang.

*****

Jam belum menunjukkan pukul 5 pagi, Rivali sudah berada di bandara. Penerbangan yang akan membawanya ke Bali. Suara dari pelantang terdengar. Ia memutuskan untuk memasuki pesawat. Tak lama pesawat Takeoff. Rivali memilih untuk mengistirahatkan dirinya.

Setelah kurang lebih dua jam. Pesawat mendarat. Rivali segera menuju bagasi. Saat memasuki lobi terlihat seseorang melambai.

"Selamat datang Bro." ucap seseorang.

"Thanks Dit. Pake jemput gue. Kayak apaan aja Lo." Ucapnya.

"Teman adalah teman. Rekan bisnis lain urusannya."

Rivali segera mengikuti Radit. Menuju kendaraan yang terparkir.

"Lo istirahat dulu? Atau mau langsung aja? Tanya Radit.

"Langsung aja. Biar gue pelajari di hotel sambil istirahat."

Kendaraan pun menjauh dari area bandara. Perjalanan cukup panjang. JAUH dari pusat kota. Lokasi yang dipilih memang dataran tinggi. Setelah beberapa jam mereka sampai. Rivali memilih untuk mengecek kesiapan orang di lapangan. Ia pun mengumpulkan kepala-kepala bagian dan mendiskusikan desain yang dibuatnya. Ini dilakukan supaya tidak adalah salah konsep.

*****

Rivali memasuki hotel tepat saat menjelang makan malam. Ia segera membersihkan tubuhnya dari aroma matahari. Hampir 30 menitan ia berada di kamar mandi. Dirinya memesan makanan dari kamar hotel. Lelah tubuhnya memaksa untuk beristirahat.

Ia teringat sesuatu. Diambilnya gawai yang sejak pagi tidak diliriknya. Pesan dari Mama dan Rifana menanyakan keadaannya. Ia pun segera mengirim balasan. Leo dan Riki yang dipercaya untuk mengelola resto pertama pun memberikan laporan.

Sebuah kontak pada aplikasi pesan ditekannya

Aku sudah tiba di Bali dari pagi. Maaf baru mengabari. Kamu dan Sisi baik-baik ya.

Bunyi bel membuat Rivali meninggalkan gawainya. Seorang pelayan membawakan pesanannya. Segera disantapnya makanan itu. Setelah itu ia memutuskan untuk beristirahat lebih awal.

Pagi-pagi sekali ia sudah bangun. Hari ini adalah pembangunan awal hotel. Ingin ingin jam 7 pagi sudah berada di lokasi. Setelah menyelesaikan sarapan ia langsung menuju lokasi. Untung saja hotel dan lokasi hanya berjarak 20 menit.

Suasana sudah ramai. Acara peletakan batu pertama dimulai. Beberapa pihak terkait ikut terlibat dalam acara itu. Rivali mengumpulkan para penangung jawab lantai serta utusan beberapa pekerja lapangan. Rivali membagi pekerja menjadi 3 bagian. Mereka bekerja perdelapan jam. Ia ingin mereka saling bekerja sama dengan baik agar hotel itu terlaksana tepat waktu.

Cuaca saat ini cukup terik. Ia merasakan paparan panas. Namun ia tetap berada di lapangan. Mengawasi anak buahnya. Ia ingin hal sekecil apa pun bentuk kesalahan dapat diminimalisir. Tak terasa waktu menjelang sore. Namun ia tetap berada di lapangan. Sesekali ia mengistirahatkan diri di dalam bilik yang disiapkan untuk para pekerja istirahat.

Saat ini Rivali sedang berbincang dengan puluhan penanggung jawab proyek. Ia meminta mereka melaporkan kegiatan pencapaian kerja perhari. Rivali meminta mereka mengawasi full sesuai jam kerja mereka.

Menjelang jam sebelas malam, Rivali memasuki hotel untuk membersihkan diri dan istirahat. Ia pun tidak lupa mengirimkan pesan untuk Ilyana.

Doakan ini hari pertama ku bekerja sama dengan orang lain. Kamu dan Sisi sehat-sehat ya.

Baginya dengan mengabarkan keadaan seperti apa adalah cukup. Tanpa perlu menunggu balasan.

******

Bersambung

Love (Selesai)Where stories live. Discover now