Tiga Tujuh

40 12 0
                                    

Siang ini, Rivali sudah bersiap-siap menjemput Ilyana. Namun perempuan itu mengatakan tidak perlu. Dirinya pun memaklumi dan menerima alasan Ilyana. Walaupun ia begitu ingin bertemu kekasihnya itu. Maklum saja hampir tiga bulan dirinya tidak ke Jakarta karena merampungkan proyek yang menjadi tanggung jawabnya.

Akhirnya ia memilih untuk berkeliling ruangan pada tiap lantai. Satu minggu lagi pekerjaannya berakhir. Terlihat para pekerja yang sedang mengecat dinding. Sebagian memeriksa kembali lantai, pintu, langit-langit. Ia bersyukur pekerjaannya selesai sesuai agenda yang dibuat. Para pekerja lapangan dan penanggung jawab pun dapat bekerja dengan sangat baik.

Rencana setelah ini selesai, ia akan segera kembali ke Jakarta. Tentu inilah yang sangat dinantikan. Bertemu dan berkumpul kembali dengan orang-orang yang disayanginya. Sebelum proyek baru menanti untuk dikerjakan. Namun waktu yang ada akan dimanfaatkan sebaik mungkin.

Rivali juga berencana mendatangi kampus. Untuk mendiskusikan judul proposal skripsinya. Walaupun tidak dapat bertatap muka secara intens dengan dosen namun segala tugas kuliahnya terselesaikan dengan daring.

"Li... Malam ini gue ada pertemuan dengan yang punya ini. Lo ikut?"

Terlihat Adit berbicara kepadanya. Dengan cepat ia menggeleng. Karena ia rencananya akan menemui Ilyana.

"Bukannya besok Mr. Panaji juga cek lokasi? Gue siap di sini aja." Ujarnya.

*****

Rivali baru menyelesaikan mandinya. Segera ia mengeringkan rambutnya yang panjang. Kemudian mengikatnya dengan rapih. Langkahnya menuju lemari... diambilnya kemeja hitam dengan jeans kesayangannya.

Kebahagian menyelimuti hati. Pasalnya ia akan menemui Ilyana. Terlebih esok dirinya akan padat berada di lapangan sehingga tidak mungkin akan menemui kekasihnya. Ilyana juga memberitahukan bahwa besok Dia dan rombongan akan melakukan kunjungan ke proyek.

Jam di tangannya menunjukkan pukul tujuh malam. Dengan segera mengambil kunci dan tas kecil miliknya kemudian berjalan meninggalkan rumah dinasnya. Butuh dua jam ia untuk sampai ke alamat hotel Ilyana. Kendaraan menjauh dari kediamannya. Saat memasuki pusat kota, kepadatan jalan raya terlihat.

Rivali mengarahkan kendaraan menuju salah satu hotel mewah. Setelah memarkir mobilnya ia pun berjalan menuju lobi. Tangannya menekan kontak. Namun tidak ada balasan dari yang dihubungi. Ia pun mengirimkan pesan.

Aku sudah di lobi

Sekitar lima menitan, dirinya menunggu balasan pesan dari Ilyana. Ia pun menghubungi kembali dan hasilnya tetap sama.

Namun, tak lama sebuah pesan masuk terlihat.

Maaf. Sebentar, Aku baru masuk area parkir hotel. Kamu tunggu aja.

Tanpa menjawab, Rivali memilih berdiri di lobi utama hotel. Hatinya tak sabar melihat Ilyana. Hingga sebuah limosin berhenti teras utama. Keluarlah seorang laki-laki berjas hitam. Berjalan lurus dengan telinga tertutup earphone portable. Tak lama dua orang perempuan keluar dari mobil yang sama.

Dalam jarak sepuluh meter, ia dapat mengenali salah satu perempuan itu. Ilyana. Dress hitam selutut membuat penampilan Ilyana sangat cantik. Hal itu membuat Rivali tersenyum dan tak melepaskan pandangannya.

Rivali melihat Ilyana menggerakan kepalanya ke setiap sudut lobi. Dirinya pun berjalan mendekat hingga berdiri di belakang kekasihnya itu.

Hai...

Bisikan itu membuat Ilyana terkejut. Hingga perempuan itu memutar badannya Bukan ungkapan senang yang diterima dari kekasihnya melainkan pukulan pada lengannya. Rivali membiarkannya. Baginya wajah kesal Ilyana sangat menggemaskan untuknya. Hingga membuat dirinya memeluk Ilyana.

*****

Deburan memecah suasana malam. Tangannya masih memegang jemari Ilyana. Berjalan bersama menyusuri pantai. Tanpa sengaja dirinya melihat ekspresi kedinginan pada diri Ilyana. Ia pun melepas tangan Ilyana.

"Pakailah. Aku ga mau Kamu sakit."

Rivali memindahkan kemejanya. Terlihat Ilyana terkejut dan menolaknya.

"Jangan Kamu lebih perlu." Ujar Perempuannya.

Ia dapat menebak penolakan Ilyana karena tubuh miliknya hanya ditutupi kaos hitam bertangan pendek.

"Tapi, Sayang... "

"Aku akan marah kalau Kamu melakukan itu." Tegas Ilyana seraya menatap tajam ke arahnya.

Ia paham jika Ilyana tidak dapat dipaksa. Ia pun tidak ingin merusak pertemuan dengan kekasihnya. Kemejanya dikenakan kembali. Terlihat kekesalan Ilyana menghilang terganti senyum. Namun dengan cepat perempuan itu membalikkan tubuhnya. Menatap lautan.

Rivali mengikis jarak dengan Ilyana. Dipeluknya tubuh mungil itu yang mulai kedinginan.

Biarkan seperti ini, Aku ingin kamu tidak kedinginan. Pleaseee...

Dirinya dapat merasakan tidak ada penolakan dari Ilyana. Terlebih angin laut menyapu tubuh mereka. Rivali mengeratkan pelukannya. Memberikan kehangatan untuk kekasihnya. Aroma rambut Ilyana membuat pikirannya tenang. Hatinya pun bahagia saat tangan Ilyana mengusap lembut lengan dengan perlahan.

*****

Bersambung

Love (Selesai)Where stories live. Discover now