BAB 1 - Anastasya

Start from the beginning
                                    

"Minta maaflah padanya, jika dia memaafkanmu, maka aku akan melepaskanmu." Si pria bertopeng melempar ponsel itu kearah si gadis.Gadis itu dengan segera mengambil ponsel yang terlempar di hadapannya.

"Ingat, kau hanya perlu menelephone dia, jangan macam-macam." Pria itu menodongkan parang ke leher si gadis.

Dengan sigap, gadis itu menelephone seseorang. Seseorang yang harus dia mintai maaf---seseorang yang pernah dia sakiti.

Namun, sekali, dua kali, tiga kali. Panggilan itu tidak terjawab.

"Dia tidak menjawab."

"Aku beri kau kesempatan dua kali lagi, jika dia tetap tidak menjawab, maka maafkan aku. Jiwa iblisku akan muncul dan... see u later, Baby."

Gadis itu kembali menelephone lagi. Namun sekali lagi, panggilan tidak terjawab. Tinggal satu kesempatan. Dia berdo'a dalam hati supaya panggilan itu diangkat. "Ayolah, aku mohon jawab panggilanku, El..."

"Mohon maaf, nomor yang anda hubungi tidak menjawab. Cobalah beberapa saat lagi"

Mata gadis itu membelak. Dia tahu ajalnya akan segera tiba. Entah kesialan apa yang mengutuknya bertemu dengan iblis seperti ini. Dia tahu, dia akan tewas dengan cara yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.

"Maafkan aku, Anastasya yang cantik." Pria bertopeng putih itu langsung menusuk dada si gadis dengan sebuah pisau. Dari tulang dada, menembus ke jantung. Air mata gadis itu mulai mengalir. Lama-kelamaan, semua yang dia lihat buram dan kemudian gelap.

"Aku ingin langsung memotong kepalamu dengan parang ini. Tapi, aku tahu kamu akan sangat kesakitan. Mana mungkin aku membiarkan secantik dirimu merasakan rasa sakit yang luar biasa? Itu akan menodai kecantikanmu 'kan?"

Angin-angin kecil menerpa tubuh pria itu. Seperti arwah si gadis yang telah pergi bersamaan dengan angin itu. Pria itu masih berdiri, menatap gadis cantik di hadapannya yang kini sudah menjadi mayat.

Dia memperhatikan Anastasya. Gadis yang kini telah terlelap dan tidak akan bangun lagi. Tapi, rambut panjang bergelombangnya yang indah tidak akan dia lupakan---selamanya.

Pria itu menyeret tubuh si gadis masuk ke dalam ruang bawah tanah melalui pintu kecil di bawah sebuah lemari. Kemudian pria tadi menutup pintu rahasia tersebut. Dia tidak peduli dengan bekas-bekas darah yang masih terlukis di atas. Dia akan membereskannya nanti. Untuk saat ini, dia ingin bersenang-senang dengan mayat.

***

Gadis dengan rambut sebahu itu membolak-balik lembaran buku yang ada di genggamannya. Rambutnya sesekali terkibas ke sana-kemari karena angin. Matanya jeli menatap tulisan-tulisan yang tercatat di lembaran kertas.

Eliza Harada namanya. Dia merupakan salah satu murid kebanggaan SMA State Lighting, sebuah sekolah berprestasi yang kualitasnya tidak di ragukan lagi.

"Drttt... Drttt... "

Saat Eliza sedang fokus dengan tulisan-tulisan di bukunya, ponselnya bergetar. Dia menghela nafas panjang. Rasanya ada sebuah dorongan kuat dari dalam dirinya untuk membuka ponsel yang ada di sakunya tersebut. Tapi, dia lebih memilih tidak peduli dan melanjutkan membaca. Dia hampir sampai di bagian paling seru.

"Drttt... Drttt..."

"El, ponsel lo geter tuh." Pemuda jangkung di belakang Eliza itu menepuk bahunya.

"Biarin aja. Paling juga chat dari cowok ganjen," jawab Eliza.

Pemuda itu tinggi dan berbadan atletis. Namun, dia tetap memakai seragam dengan rapi dan bersih. Dean van Lier, itulah yang tertulis di badge-nya. Dia adalah pemuda yang memesona. Alisnya menukik, mata elangnya tajam nan berbinar, hidungnya mancung nan ramping, bibirnya tipis berwarna orange semu merah muda. Hal yang paling luar biasa dimiliki oleh Dean adalah lesung pipi di sebelah kirinya.

Dark Angel [END]Where stories live. Discover now