Legato : 11

635 92 15
                                    

Sebuah buka kecil berwarna putih lusuh, simbol nada sebagai sampulnya. Menjadi tempat Umji menulis semua cerita sulit dalam hidupnya.

Umji menangis di bawah lampu tidur kamar yang remang. Tangannya terus bergerak menuliskan semua beban dalam hatinya.

Jendela kamar ia biarkan terbuka, mempersilahkan angin bersembuh meniup air matanya hingga kering.

Berterima kasih pada angin yang membantunya menghapus air mata yang terus mengalir, berterima kasih pada buku dan pena karena mau menjadi tempat untuknya bersedih.

Bukan karena tidak memiliki teman, atau tidak ada yang ingin mendengarkan semua keluh kesahnya. Hanya saja ini sebuah pilihan agar tidak ada orang lain yang terbebani dengan masalahnya.

Entah kenapa hari ini beban dalam hidupnya seperti memberi peringatan bahwa apa yang ia lakukan selama ini sia-sia.

Tok...tok...tok

Terdengar seseorang mengetuk pintu, Umji yakin jika orang itu adalah Yuju.

"Masuk"

Pintu terbuka, tebakan Umji salah. Bukan sosok Yuju yang terlihat melainkan sosok pria pucat yang berdiri di depan pintu sambil menatapnya.

Bagiamana Umji harus menunjukkan sikap?

Tersenyum atau mengusirnya?

Lagi pula apa yang pria itu lakukan? Seharusnya dia mengerti jika Umji ingin sendiri.

"Apa boleh aku masuk?"

Sebuah ekpresi datar menjadi jawaban dari permintaan pria itu. Umji tidak mengerti dengan tujuan pria itu tapi biarlah pria itu menemaninya malam ini.

Suga melangkah mendekati Umji sambil membawa satu gelas susu hangat untuk membantunya tidur.

Umji memang bukan anak kecil lagi, tapi susu hangat sangat bisa menbantu siapapun untuk tidur dengan nyenyak.

"Minumlah"

Lagi dan lagi sebuah ekpresi datar menjadi jawaban untuk Suga. 

"Aku tidak pernah berbicara seperti ini, tapi untuk kasus mu, aku jauh lebih beruntung"

"Apa kau datang hanya untuk mengejek ku"

Suga tertawa kecil mendengar tutur kata Umji yang cerdas. Cerdas dalam menangkap kalimat dan mengartikannya dalam hal negatif.

"Kau selalu berfikir negatif!"

"Karena kau selalu mengeluarkan aura negatif! Sambung Umji sarkas.

Tanpa permisi Suga menjatuhkan tubuhnya pada kasur empuk milik Umji. Tatapan sinis mengusir dia abaikan.

"Ayah ku juga menentang keinginan ku"

"Aku tidak tanya" sambung Umji,

Suga mengabaikan Umji dan memilih melanjutkan apa yang ingin dia katakan.

"Tapi berkat usaha ku akhirnya dia mendukung ku"

"Aku tidak perduli!" Sambung Umji lagi,

"Hmm awalnya aku kira hanya ayah ku yang jahat, ternyata ayah mu jauh lebih jahat!" Ungkapnya mengabaikan kalimat Umji.

LegatoWhere stories live. Discover now