"Oke oke, Jihan sayang-"

"APA LO MANGGIL-MANGGIL CALON BINI GUE KEK GITU?!" Piko berteriak namun tidak diindahkan oleh Amerio, begitupun dengan Jihan yang langsung membungkam mulutnya dengan tangan.

"Gue mau minta tolong elo untuk hapus foto itu atau lo gue bunuh sekarang." Amerio menekankan tiap-tiap kata yang ia ucapkan.

Jihan tertawa cantik, "Amerio, katingku terjelek, meskipun kamu ganteng tapi tetep gantengan Piko di mana-mana, kamu salah bicara lho kalau mau meminta sesuatu sama aku..."

"Oh ya? Kalau gitu, aku harus apa supaya tangan laknatmu engga nyebarin foto itu ke akun sosialmu?"

"Ooooh, jadi kamu berpersepsi aku ini menjadi makhluk terjahat yang akan melakukan itu?" Jihan tersenyum licik, sangat licik, "tapi tenang, aku ga akan sebarin ke media sosialku, cuma mau aku print terus aku jadiin pajangan di kelas kalau-"

"Iya iya, gue ikuti apa kemauan lo asal lo gak sebarin tuh foto."

"Cuma dua hal," Amerio menelan air liur seakan ia bakal disuruh menelan granat, "Jadiin kakak kesayangan gue ini pacar resmi lo, harus sekarang dan kalian harus ciuman di hadapan gue." Ecrin membulatkan bola matanya.

"Lo apa-apaan sih, Jih?!"

"Gak usah munafik, gue tahu lo pasti suka ini... Udah dimak comblangin itu diem aja, deh. Ekeh capek tauh..!" Jihan bergaya lebay dengan mengayunkan tangannya.

Amerio menatap Ecrin sejenak sebelum ia benar-benar mendekati gadis itu. Sedangkan Jihan tahu kalau Bo terlihat tidak terima, tetapi ia meresmikan hubungan kakak kesayangannya hanya dengan Amerio.

"Kita resmi pacaran..." Amerio berujar lembut lalu memanggut bibir Ecrin kurang lebih 20 detik lalu memeluk gadis itu.

"Kita perlu bicara lebih intim nanti..." Bisiknya pada Ecrin.

"Hmmm.."

°•°•°•°•°

Tutt... Tutt... Tutt...

"Hallo tuan Melvin, Selamat pagi. Maaf membuat tuan begitu khawatir. Saat ini Farel sedang di rumah sakit karena cedera saat berselancar di laut. Itu salah satu benefit saya ketika mengikuti paket hiburan dari acara saya empat hari yang lalu..,"

"Akhirnya ada yang mengangkat teleponnya. Aku sampai mengira anak itu melakukan hal yang membuatmu repot, ternyata benar!" Terdengar hembusan napas lelah Melvin dari telepon seberang.

"Tidak apa-apa. Semua baik-baik saja. Saya mau minta tolong bahwa ibunya hampir seratus sekali menelepon jika dari handphone Farel. Bolehkah saya meminta izin supaya tuan kembali menghubungi Nyonya Dea supaya datang ke rumah sakit *xxx* untuk melihat putranya? Maaf jika saya memerintah." Rita sedikit memelankan nadanya diakhir percakapan membuat Melvin tertawa cukup membahana. Entah apa yang salah, tetapi Rita tidak memiliki firasat buruk apapun.

"Aku muak mendengar kata 'tuan' kau bisa mengubahnya menjadi papa muda saja supaya lebih simpel? Aku akan mendengarmu jika kau mendengarku kali ini."

"Ba-baik, pa..."

"Well done. I love your sound. Then, shut up and I will saying all with Dea. Morning..."

Tutt... Tutt... Tutt...

Dahi Rita terlipat dan lehernya tertekuk ketika Boss-nya menyuruh ia menggunakan panggilan itu untuk pertama kalinya. Setahunya, panggilan khusus itu hanya untuk Ecrin yang memang berencana ditahbiskan menjadi suami sah Farel suatu saat. Ah, ya, bocah tengil itu. Rita memandang brankar cowok itu dengan tatapan yang sedikit dalam, lalu menunduk menatap kakinya yang tanpa alas pelindung. Sangat dekil hingga saat pertama kali suster melihatnya sedang menggendong Farel di punggung, mereka benar-benar terkejut. Mungkin bertanya-tanya, bagaimana mungkin perempuan kurus, sepertinya dapat dengan mudah membawa sosok yang jauh lebih besar badannya menuju rumah sakit tanpa mengeluh atau merasa berat sedikitpun.

The Most Wanted Vampire In HighschoolWhere stories live. Discover now