"Ke sana Peri! Kita tolong Yasmin dan Motty dulu!" Crystal mempererat pegangan tangannya kala Peri, teman Oceana yang menolongnya melesat dengan cepat. Mereka mendekati sebuah pusaran kecil yang tidak berpotensi menyerap korban. Di sana Motty dan Yasmin sedang asyik diputar-putar oleh pusaran itu.

"Aku mau tolong mereka, Peri. Bisa kan?" Tanpa menjawab, binatang jumbo itu langsung menukik ke bawah dan Crystal dengan mudah menarik kedua pelindung setianya naik ke badan Peri.

Gadis itu mengelus-elus badan Peri dengan sayang, "Terima kasih, sekarang kita kembali ke wilayah yang ada teman-temanku juga ya?" Peri berputar satu kali tanda bahwa ia bahagia juga mau mengikuti perintah Crystal dengan senang hati.

Peri melesat dengan kecepatan tinggi dan hanya butuh beberapa detik untuk sampai pada tujuan. Christopher sampai membulatkan matanya saking terkejutnya, begitupun dengan Carolina dan tiga orang lainnya. Baru saja hendak menjauh, Crystal segera menahan.

"Jangan lari! Dia gak akan nyerang kalian, nyakitin kalian. Dia mau berteman! Dia ini teman Oceana! Umurnya lebih mudah 1 abad dari buyutku, makanya dia tidak begitu besar!" Teriak Crystal histeris yang dibalas kedipan mata oleh semua orang.

"Lo bilang ... Ini gak terlalu gede?" Jihan menunjuk hewan yang besar tubuhnya hampir setara dengan besar lemari di kamarnya. Hanya saja versi ini memiliki sayap yang membentang lebar juga memanjang secara horizontal.

"Gue, belum mau mati!" Ascher hendak lari tetapi Cornelius menahannya.

"Kamu dapat mainan darimana nak? Kenapa besar sekali?" Christopher berkata demikian masih dengan tatapan takjubnya.

"Paman jangan bilang—" belum saja Crystal menyelesaikan peringatannya, Peri memutar tubuhnya lalu mengibaskannya hingga membuat Christopher terbang jauh sekali.

Carolina tidak marah tetapi segera menyusul suaminya diikuti dengusan sabar dari Jihan dan Cornelius. Pari itu merendahkan tubuhnya membantu Crystal menurunkan Motty dan Yasmin. Sebelum ikan itu pergi, Crystal beradu kepala dengan Pari kemudian memberi ciuman tepat pada area sekitaran mata.

"Terima kasih, ya! Tolonglah kami lain kali lagi!" Crystal menggelitik bagian bawah leher lalu membiarkan ikan itu pergi dengan hati yang membuncah bahagia.

"Jadi ... Apa rencana kita berikutnya?" Tanya Jihan memecah keheningan sekaligus membantu ibunya yang baru saja tiba dengan papanya.

"Sebentar ...," Crystal ikut mendekati Christopher. Laki-laki itu memasang senyum manisnya yang menjiplak ke Jihan, "paman, ma-maafin temen aku. Tapi mulai sekarang paman harus bisa menjaga situasi. Peri itu ikan Pari yang cukup sensitif. Dia memang gak bisa bicara, tapi dia mengerti sekali bahasa manusia. Paman baik-baik saja kan?"

Christopher mengelus puncak kepala Crystal lalu tersenyum hangat, "Tidak masalah. Ini cuma luka kecil. Ayo, lanjutkan supaya masalah tidak semakin lama bersarang!"

°•°•°•°•°•°

"Jadi, apa tujuan lo ke sini?!" Tanya Piko dengan nada yang menjijikkan. Ecrin mendorong bahu cowok itu.

"Biar gue aja!" Serunya sedangkan Amerio dan Farel hanya diam menonton. Sepanjang malam, mereka berdua sibuk jaga bergilir hybrid itu atas perintah Ecrin dan kini tubuh mereka benar-benar mendambakan benda empuk.

"Nama lo Markson kan? Gue—"

"Arrghhhhhhhh!" Markson malah berteriak tiba-tiba membuat lima orang itu terkejut. "Jangan! Jangan sakiti putriku!" Lelaki itu merancau.

Ecrin, Amerio, Piko dan Farel terheran-heran lalu saling menatap satu sama lain. Sedangkan Bo masih bersidekap—sama sekali tidak mengurangi rasa ibanya. Malah kecurigaannya bertambah, "Tolong! Tolong lepasin gue! Putri gue dalam bahaya! Hiks..."

"Dia suruhan, ya?" Piko nyeletuk diikuti anggukan yang lain dua kali.

"Kita bunuh dia?" Tanya Bo pelan dan empat lainnya menggeleng.

"Ck! Karena dia setengah manusia mungkin kita bisa kasih kesempatan dia hidup sebentar aja! Dia pasti tahu tentang dunia serigala dan kita bisa selamatin Rita. Gimana?" Tanya Ecrin.

Bo menggeleng kuat, "Mending jangan! Lo gak boleh main percaya gitu aja sama orang asing apalagi hybrid!"

"Iya! Lebih baik jangan dulu, Rin—" Amerio terkejut ketika Ecrin malah hendak melepaskan rantai yang mengikat bagian perut.

"Ecrin! Jangan! Lo gila!" Piko, Bo dan Amerio berusaha menarik gadis itu sedangkan Farel malah diam saja. Air mukanya seperti orang ketakutan. Iapun berlari menuju keluar.

Bo yang melihatnya segera mengejar cowok itu, namun Farel lebih dulu mengerahkan tendangannya. Walaupun berhasil menghindar, Bo sama sekali tidak menyangka Farel menyerang secara tiba-tiba.

"Tuan mau ke mana?" Bo bertanya dengan menjaga nada suaranya.

"Subuh-subuh lo masih bisa menghibur gue! Panggil aja Farel dan tidak ada yang namanya anak BOS. Semua sama!" Farel menelan air liur sembari mengepalkan jemarinya, "gua mau pergi dulu! Tolong lo jaga semua orang di sini sampai gue kembali!"

"Kau mau ke mana?" Bo berusaha mendekati Farel tetapi cowok itu menjauh.

Cklek!

"Ke suatu tempat! Lo ikutin gue, gue pecat lo!" Farel mendorong pintu sambil menunjukkan layar ponselnya yang berisi kontak Melvin. Bukannya takut dipecat, tetapi Bo sungkan. Begitu jarak memungkinkan, Farel keluar lalu berlari sekuat tenaganya.

"FAREL!" Bo betlum menyerah dan segera mengejar anak Bosnya.

°•°•°•°•°

The Most Wanted Vampire In HighschoolWhere stories live. Discover now