88: Tears That I Can't Stop

143 11 4
                                    

(Hiiro's PoV)

—Halaman Pondok Tempester—Malamnya—

"Kak Rai...! Kak Rai...!"

Aku bisa mendengar suara Tia menangis tersedu-sedu.

Kepala yang Tempester lemparkan barusan tadi... tak salah lagi adalah kepala Slayer. Tergantung jawaban... tidak, apapun jawabannya, aku tak akan bisa menahan amarah ini.

"Karena orang ini kuat dan adalah Ksatria, dia mungkin akan mengganggu rencana kami."

Jawab Tempester dengan santai. Apa-apaan jawaban itu... itu bertenteangan sekali dengan apa yang kau katakan tadi...

"Kalau begitu, coba bunuh aku! Jammer!"

Setelah mengaktifkan Jammer, aku kembali mengayunkan tangan kananku padanya.

"Air Force."

Kau ingin membelokkan arah ayunanku? Jammer akan meniadakan sihirmu itu—

*Bwuush*

Dia hanya fokus menggunakan Air Force untuk dirinya sendiri dan melompat tinggi ke atas dengan cepat dan menghindari seranganku.

Dia menggunakan Air Force untuk membentuk sayap yang mirip dengan sayapku. Dia menyilangkan kedua tangan di depan dadanya, tampaknya dia memprovokasiku.

Aku segera mengepakkan sayapku dan bersiap menggunakan sihir juga. Tangan listrik raksasa yang kulihat di hari itu!

"Spark Fist!"

Aku membayangkan sebuah tangan listrik raksasa yang pertama kali aku lihat dari Dewa Kematian, dibentuk dengan Spark Fist.

"Spark Shield."

Sebuah proyektil perisai dari listrik muncul di depannya dan menahan seranganku.

Dia mengulurkan jarinya ke depan.

"Spark Burst."

Dia mencetikkan jarinya.

Perisai itu meledak tiba-tiba dan mengeluarkan cahaya terang. Membuat aku hanya bisa melihat warna putih untuk beberapa saat.

Kupikir dia akan segera kabur, akan tetapi dia masih ada di sana, tak bergerak dari tempat awalnya.

"Kalau dipikir-pikir, aku bahkan belum pernah mengatakan ini pada Alvonse dan Leiva."

Memangnya apa yang ingin dia katakan, sampai membawa nama murid-muridnya?

"Nama sihir elemen itu tak memiliki maksud khusus. Apapun namanya, gambaran yang dibayangkan oleh penggunanyalah yang terpenting. Dan nama hanyalah pembantu untuk memberikan gambaran, contohnya..."

Dua buah lingkaran sihir muncul di depan kedua tangannya. Hijau dan ungu.

"Tempest Blade."

Kemudian, muncul sebuah pedang gabungan dari listrik dan angin. Bagaikan badai dalam bentuk pedang.

"Kau bisa melakukan hal seperti ini."

Lalu... memangnya kenapa? Kenapa dia malah mengajari sesuatu padaku di saat tegang seperti ini?

"Aku hanya ingin mengatakannya padamu."

Kemudian, dia menghilangkan pedang itu tanpa menggunakkannya. Dia bertindak seolah-olah dia sudah tahu apa efek Jammer...

"... kau juga..."

"Hm? Kau bilang apa?"

"Air Floor."

Slave Liberators [Tamat]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin