27: High View & Sky View

271 26 6
                                    


(Firia's PoV)

—Toko Roti Adlera—Siang Hari—

Pria yang membawaku ke tempat ini, mengenakan jubahnya dan menutupi wajahnya dan tubuhnya secara menyeluruh.

"Kita akan keluar, pakai saja mantel ini."

Dia memberikanku sebuah mantel yang bersih. Aku bingung, dan saat aku bilang aku tak tahu cara memakainya, dia menunduk dan memakaikannya padaku.

Setelah itu, dia menyuruhku mengikutinya, ke lantai bawah bangunan ini.

Ketika kami menuruni tangga, aku langsung mencium bau yang enak.

Ketika kami mambuka sebuah pintu, suara-suara bising orang bercakap-cakap, teriakan, dan lain-lain, terdengar di telingaku. Itu mengejutkanku sampai membuat ekorku berdiri karena waspada.

"Adonannya sudah siap!"

"Dagingnya sudah!"

"Siapapun, ambilkan sayuran!"

"Oi, tepungnya hampir habis! Siapa saja cepat isi ulang!"

Aku langsung tak percaya akan betapa sibuknya orang-orang di sini, dari berbagai ras, bekerja di satu tempat secara terkoordinasi.

"Ini adalah medan perang di kota ini."

"Me- medan perang...?"

Memang bising dan terdengar banyak sekali teriakan yang sungguh mengejutkan bagiku, tapi kenapa pria ini menyebutnya 'medan perang'?

"Roti di sini cukup laku. Setiap hari seperti ini, tapi belakangan ini katanya jadi lebih sibuk."

Roti... baunya benar-benar berbeda dari apa yang aku makan di Rainshelter.

"Permisi, tolong jangan menghalangi jalan."

Seorang Warbeast berwajah tikus tanah menegur kami. Tingginya lebih pendek dariku, tapi dia membawa barang berat seperti itu bukan apa-apa.

"Ah, maaf..."

Aku segera memberinya jalan.

"Apa Lith ada?"

Pria itu menanyakan sesuatu. 'Lith'? Kedengarannya dia menanyakan keberadaan seseorang.

"Sang Manager? Oh, anda pasti si Pria Berjubah yang dibilang sang Manager. Mungkin dia sedang melakukan itu, karena anda telah menjual banyak bahan untuk kami. Kami makin sibuk, tapi kami lumayan menikmati suasana ini."

"Oh. Kalau begitu, aku akan langsung menemuinya. Silahkan lanjutkan saja pekerjaanmu."

Apa yang mereka bicarakan? Sebenarnya siapa pria berjubah ini? Kenapa dia membawaku ke tempat ini?

"Teruslah di belakangku, Gadis Rubah."

"Ah... baik."

Aku takut untuk menanyakannya. Aku takut pada sosok setengah naganya yang sangat mengerikan itu.

Aku bisa merasakan aura mengerikan darinya setiap saat dia berbicara, langkahnya, dan juga tindakannya. Entah kenapa aku merasa ada dengki di setiap apa yang dilakukannya.

Kami menuju ke belakang toko, lalu keluar ke sebuah gang sempit. Kami berjalan ke kanan menuju ke jalanan.

Kami melihat kerumunan orang berkumpul mengerumuni sesuatu.

"Lagi-lagi dia mengadakan pertunjukkan, ya? Tak ada pilihan selain menunggu dia selesai, deh."

Mengatakan hal yang tak kupahami itu, pria itu berjalan mendekat ke kerumunan. Lagi-lagi aku merasakan dengki, tapi aku tetap mengikuti di belakangnya walau agak takut.

Slave Liberators [Tamat]Where stories live. Discover now