59: The True Emotion...

147 14 2
                                    


(Hiiro's PoV)

—Kamar Pasien, Toko Roti Adlera, Kota Cerd—Pagi Harinya—

"Ada 5 orang keluar dari jalur bawah tanah Rainshelter. 2 orang itu adalah anggota Pemburu Budak bawahan Babi Bangsawan, membawa 3 anak ini. Aku mengalahkan mereka, dan membawa 3 anak ini ke sini."

Begitulah penjelasanku ketika Iris bertanya padaku. Dan mungkin karena dia tahu soal jalur bawah tanah itu, dia yang asalnya memasang wajah tak puas malah kini memalingkan wajahnya.

"Luka mereka bertiga tak banyak, jadi aku rasa musuh menggunakan bius atau semacamnya. Namanya juga Pemburu Budak, cara licik sudah bukan masalah lagi."

"Lalu, bagaimana keadaan mereka?"

"Aku rasa mereka bertiga hanya kelelahan."

Tapi mungkin saja mereka kekurangan nutrisi. Mereka pergi tanpa persiapan apa-apa, jadi mungkin mereka tak punya tenaga untuk melawan saat 2 orang itu mengejar mereka.

"Aku akan panggil Dokter Harimau itu!"

Iris membalikkan badannya, dan hendak keluar dari kamar.

"Kalau kau melakukannya, kemungkinan Wanita Pengurus mati akan tambah besar. Kau pasti mengerti, kan?"

Perkataanku menghentikan langkahnya. Untuk saat ini, hanya Iris dan Firia yang tahu soal ini, dan si Firia sedang menggantikan peranan Lith menjadi penghibur.

Pintu belakang dengan lantai 2 jaraknya sangat dekat, jadi tak sulit untuk menyelinap ke lantai 2 tanpa diketahui dan meletakkan 3 anak ini di kasur secara berjejer.

"Tapi, bagaimana kalau ada apa-apa dengan mereka?

"Untuk saat ini, gunakan Heal pada mereka."

Benar. Sihir tak berelemen yang dimiliki gadis ini adalah sihir yang sangat berguna untuk hal seperti ini. Dia yang membantu menyelamatkanku sebelumnya dengan sihirnya itu, jadi luka-luka fisik yang ringan seperti ini pasti bukan masalah.

"... apapun yang terjadi, Wanita Pengurus akan memilih nyawa anaknya. Kau sendiri tahu apa artinya kalau jantung buatan itu tak berhasil, kan?"

"Ugh... aku benci kau!"

Dia mengepalkan tangannya dan meninjuku di dada kiriku yang masih organ manusia. Berkali-kali dia mengulang hal itu, dan aku membiarkan dia sampai puas.

"Mata Sayu..."

Ajaib sekali dari tadi Tia mau diam saja. Biasanya dia selalu menegurku, tapi dia kali ini cukup lama diam. Tapi kurasa dia sudah tak bisa diam lagi.

[Aku tahu. Kau gantikan aku, Tia.]

"Baik."

Aku bertkar tempat dengan Tia, lalu Tia menggenggam pergelangan tangannya Iris saat dia meninju.

"Aku menyukaimu, kok~!"

Setelah itu, sepertinya Tia menggunakan ilusinya dan merubah penampilanku menjadi dirinya—Gadis Elf yang kutemui di Learp yang masih mengenakan pakaian kumal yang dikenakan umum oleh budak.

"... Kak Tia...?"

"Ya. Aku meminta Mata Sayu untuk bertukar tempat. Hanya aku yang bisa menggunakan sihir ilusi tipe cahaya yang merubah sosok pengguna—Form Illusion."

"Itu... sosok Kak Tia yang sebenarnya...?"

"Benar~! Tepatnya—sosok saat aku bertemu Mata Sayu~!"

"Tapi, aku tahu identitasmu..."

"Dengan merubah sedikit mantranya di kepalaku, aku sekarang berhasil menyempurnakan sihir ini tetap mempengaruhi orang yang mengetahui siapa aku sebenarnya."

Slave Liberators [Tamat]Where stories live. Discover now