71: Really, What Am I Doing...

147 17 12
                                    

(Hiiro's PoV)

—Pasar, Kota Cerd—Siang Besoknya—

Kemarin aku sudah bilang akan membawa Seilan jalan-jalan. Suasana di sini bisa dibilang lebih lembut dibandingkan festiva Babel, orang-orang yang menjual juga entah mengapa ramah bahkan setelah melihat baik kalau Seilan adalah manusia.

Mereka berkata kalau pandangan mereka berubah semenjak Wanita Pengurus datang dan bekerja di Toko Roti Adlera. Banyak dari anak-anak yang berkunjung, menyukai Wanita Pengurus.

Kurasa itu berkat pengalamannya selama ini.

Akan tetapi...

"Jadi, kenapa kalian harus ikut?"

Aku menoleh ke belakang, hanya untuk melihat anak-anak Rainshelter, Shuvia dan si Ksatria berjalan di belakang kami.

"Sudah-sudah. Bahkan Tuan Black Roux sendiri tahu, kan?"

"Untuk saat ini, biar aku blak-blakan. Firia masih belum menyerah soalku, dan si kembar gagal hanya ingin melindungi Firia."

Itu semua terjadi kemarin. Saat aku kembali bersama Seilan, Firia langsung datang dan memelukku. Tapi seolah memanfaatkan hal itu, si kembar gagal melancarkan sergapan. Sebagai gantinya, aku terpaksa memeluk Firia dan Seilan untuk menghindari mereka dengan melompat ke belakang.

Alhasil, sepertinya Firia makin nempel denganku. Aku meninggalkan Seilan pada mereka dan kabur dari Adlera karena malas menghadapi mereka semua. Aku sampai tak sempat pergi menjenguk Leiva.

Memikirkan kalau aku benar-benar harus mengurus mereka... rasanya tak mungkin. Dan siang ini, saat aku menjemput Seilan, Shuvia malah berkata kalau kebetulan mereka ingin jalan-jalan juga. Kebohongan yang sangat amat jelas.

Aku terus memakai Jammer. Saat tadi aku datang untuk mengajak Seilan, Shuvia bertanya sekali kenapa aku melakukannya, dan aku jawab akan kuberitahu saat sudah kembali ke Mansion Penguasa Distrik 30.

Jujur, aku tak ingin membahas soal kejadian kemarin. Ada banyak sekali yang membuatku mual.

Kejadian di colloseo, di bar, dan di saat pulang... ugh...!

"Tu- Tuan Hiiro! Apa anda tak apa? Anda masih pucat."

"A- apa ini karena kemarin? Hari ini tak usah memaksakan diri!"

Ah... aku lupa dia bisa tahu lewat Seilan. Itulah sebabnya kenapa Shuvia bisa terlihat agak punya beban pikiran seperti itu.

Aku melepaskan Jammer-ku karena dia sudah terkadung tahu.

"Tuan Black Roux, kau suka warna yang gelap, kan?"

Aku menelengkan kepalaku karena bingung. Ya, aku tak terlalu peduli, sih. Tapi... memang sepertinya hitam adalah favoritku.

Kalau dipikir, rambutnya Leiva juga hitam ya... ugh, aku jadi memikirkan hal yang aneh setelah digoda terus oleh Shuvia dan Tia.

"Sudah diputuskan!"

Shuvia mengenggam tangan Firia.

"Firia, ayo kita beli pakaian dalam warna hitam yang seksi! Lalu, goda dia dengan itu! Dia pasti suka!"

"Fue—!?"

Wajah Firia langsung memerah padam.

"Kalau sendiri tak bisa, perlu kutemani nanti malam~?"

Tunggu! Jadi itu alasan kenapa dia membuat wajah penuh pikiran seperti itu!?

""Bajingaaan!""

Untuk kali ini, aku membiarkan si kembar gagal meninjuku. Tepat di kulit yang keras dan tajam.

Slave Liberators [Tamat]Where stories live. Discover now