11: Separated

403 28 6
                                    

(Hiiro's PoV)

—Fajar 1 perjalanan menuju Thereford—Hutan Uril—

Kupikir aku benar-benar terlelap kemarin malam, akan tetapi aku bangun dengan perasaan yang super tak enak di fajar. Ketika aku membuka mataku... tidak, lebih tepatnya aku membuka mataku karena sesuatu...

Entah kenapa, baju putih digenggam oleh tangan berbulu yang sangat tak ingin kubiarkan menggenggamku lagi, di bagian tubuh manapun itu.

Merasakan kalau tangan seorang Warbeast berada dekatku, aku tak bisa tenang. Si gadis Warbeast itu, entah kenapa tidur sambil nempel padaku.

Aku kembali diingatkan, kalau aku ternyata dendam terhadap para Warbeast.

Nafasku terasa tak beraturan. Aku cukup panik karena trauma. Aku merasa agak mual. Jantungku serasa mau copot. Rasa sakit di tangan kananku serasa kambuh lagi.

Apa yang kau lakukan, gadis Warbeast!?

Sungguh menjijikan. Sungguh mengerikan. Aku harus segera melepaskan tangannya!

*DEG*

Aku langsung terdiam, dan detak jantungku tiba-tiba kembali normal. Aku sadar, apa yang baru saja aku pikirkan. Betapa kejamnya hal yang aku pikirkan itu.

Mentalku menolak untuk Warbeast menyentuhku. Dalam kata lain, psikisku benci Warbeast. Akan tetapi, apa yang dilakukan gadis Warbeast ini padaku...?

"Ka... kakak..."

... Aku terdiam sejenak memikirkan kembali apa yang aku hendak lakukan tadi...

Aku melihat kembali ke gadis Warbeast itu, dan menggeleng-gelengkan kepalaku.

"Jangan tinggalkan... Eili sendiri..."

Eili... kemungkinan adalah nama gadis Warbeast ini.

Aku segera menjauhkan tubuhku darinya, dan duduk di dekat pohon sambil terus melihat si gadus Warbeast tertidur sambil mengigau.

Tanganku masih gemetaran, mungkin karena aku bersentuhan langsung dengan ras yang hampir saja membunuhku.

Akan tetapi, untuk bertahan di tempat berbahaya seperti ini, aku tak boleh terus-terusan takut dengan rekan sendiri.

"Kakak... jangan pergi..."

Telapak tangannya mulai melebar, dan lengannya mencoba menggapai sesuatu di depannya. Air matanya mulai mengalir, dan igauannya semakin keras.

7 tahun... kurasa itu juga umurku saat mendengar kematian orang tuaku.

Jujur, aku sampai lupa kapan aku mendapatkan kabar bahwa kedua orang tuaku meninggal. Kalau tidak salah, 2 orang tentara datang ke rumahku, dan mengabarkan kematian kedua orang tuaku padaku.

Yang kuingat, saat itu, aku sudah mempelajari beberapa gerakan bela diri militer, dan dasar berburu hewan liar. Ah, mungkin sekitar umurku 7 atau 8 tahun.

Hidup sendiri itu susah, jadi... aku yakin gadis Warbeast ini akan merasakan hal yang sama.

Aku tak tahan melihat ekspresi yang dibuatnya, dan menggenggam tangannya dengan tangan kiriku, berusaha untuk menenangkannya.

Aku ternyata memang lemah saat melihat orang lain membuat wajah seperti itu...

Memang tak begitu terasa gemetaran tangannya. Akan tetapi, kali ini tanganku yang gemetaran.

Aku... benar-benar tertekan. Di dalam kepalaku terbayang tangan yang berbulu halus itu menikamku kapan saja. Tubuhku mengingatnya, perasaan yang mengerikan ketika menghadapi Warbeast penjaga di Learp.

Slave Liberators [Tamat]Where stories live. Discover now