48: He Wasn't Him Anymore

165 16 20
                                    


(Rubia's PoV)

—Ruang Tunggu Colloseo, Distrik 17, Babel—

Tempat ini adalah tempat di mana para petarung Colloseo menunggu sebelum pertandingan dimulai.

Karena sepertinya dia adalah yang terakhir, jadi aku tak bertemu dengan Perwakilan lain.

Aku pernah mendengar kabar tentang tempat ini. Tempat pertumpahan darah yang tak boleh didekati, itu kata Bunda Leiss. Akan tetapi kali ini aku datang untuk pertama kalinya, dan mengerti maksudnya.

Beberapa robekan di jubahnya yang melukainya di beberapa tempat.

Sosoknya yang bermandikan darah lawannya.

Sosoknya merenggut nyawa seseorang.

Aku barusan menemukan satu titik yang membuatku yakin bahwa dia adalah Hiiro yang waktu itu. Yaitu soal dia mengatakan dunia yang kuidamkan tanpa ragu.

Selain Iris, yang mengetahui soal dunia yang kuidamkan adalah dunia yang damai, hanya Hiiro yang kutemui di Kota Cerd yang mengetahui itu.

Dan melihat Hiiro yang waktu itu melakukan hal seperti ini... itu sangat menyakitkan.

Seolah suara saat daging milik lawannya Hiiro tertembus merenggut pendengaranku, aku mendadak tak bisa mendengar apa-apa. Momen itu tersimpan dalam otakku, sampai aku tak bisa memikirkan apa-apa untuk beberapa saat.

"Rubia!"

Tahu-tahu, aku melihat Iris sudah berada di depanku dan menggoyang-goyangkan tubuhku sambil memanggil namaku.

"Iris... Hiiro telah..."

"Ya, aku tahu. Barusan dia pergi setelah kusembuhkan lukanya."

Dilihat-lihat, Hiiro memang sudah pergi.

"Kenapa dia bisa menjadi sekejam itu..."

"Aku tak tahu... tapi menurutku, lawannya tadi pantas untuk mati. Karena aku mengenal lawannya tadi."

"Meski begitu... orang sebaik Hiiro tak seharusnya membunuh..."

"Jangan dibutakan oleh idealismemu itu! Aku tak tahu apa yang kau tahu darinya hanya dengan sekali bertemu dulu, tapi aku akan mengatakan ini padamu, kalau dia itu tak akan ragu untuk membunuh orang yang tak disukainya! Aku tahu karena aku sendiri merasakan terornya waktu itu!"

Waktu itu... kapan? Ah, apa mungkin seminggu yang lalu saat Iris menghilang tiba-tiba?

AKu mendengar suara lagkah kaki dari belakang. Saat aku berbalik, aku melihat seorang pelayan yang kulihat saat pertama kali bertemu dengan Penguasa Distrik 30.

"Saya diperintahkan untuk mengantar kalian kembali ke Mansion. Tolong segera kembali ke kereta."

///

—Ruang Tamu, Mansion Myros, Distrik 30, Babel—Malam—

Ruangan besar yang dipenuhi dengan aroma yang agak menyejukkan.

Cemilan yang berwarna-warni dan teh berwarna coklat yang indah tersedia di meja. Aku tak berani menyentuh mereka meski para pelayan berkata kalau aku boleh.

Aku menduduki salah satu dari sofa panjang yang tersedia. Rasanya empuk dan nyaman diduduki. Iris duduk di sebelahku, mengambil secangkir teh dan meminumnya tanpa enggan.

Aku merasa benar-benar tak tepat berada di tempat ini. Ada beberapa pelayan wanita dan pelayan pria yang tampak terlalu sopan, sampai aku tak tahu apakah aku boleh mengeluarkan suara.

Slave Liberators [Tamat]Where stories live. Discover now