14: Tempester's Home

326 24 7
                                    


(Hiiro's PoV)

—Pagi 7 perjalanan menuju Thereford—Hutan Uril—

Ketika aku bangun, aku sama sekali tak bisa berpikir apa-apa. Bahkan aku tak ingat aku sudah 'sadar' atau belum.

Hanya menggerakkan tubuhku menuju ke posisi duduk, dan memandang ke depan tanpa alasan.

Ketika beberapa detik mengedipkan mata, aku baru terpikirkan sesuatu.

"... tempat yang asing..."

Lubang jendela di sampingku yang dimasuki oleh cahaya matahari, suhunya yang tak terlalu panas mengatakan kemungkinan besar kalau ini pagi.

Saat aku melihat ke arah kakiku, entah kenapa aku berada di atas kasur putih, diselimuti.

Beberapa saat kemudian aku mencoba menggerakkan tubuhku. Aku baru menyadari rasa perih saat menggerakkan bahu dan pinggangku.

Aku mulai mengingat semuanya...

"Kalau dipikir-pikir, aku melihat beberapa orang aneh sebelum aku pingsan..."

Aku kembali mengingat bagaimana Chimera itu dikalahkan.

Orang serba putih itu mengalahkannya bagaikan merobek kertas. Itu membuatku ingat akan bagaimana aku bertemu dengan si Dewa Kematian.

Akan tetapi... apakah orang-orang itu yang membawaku ke sini? Mereka kelihatannya juga menyelamatkanku waktu itu, mungkin saja mereka juga membawaku ke sini.

"Kenapa kau malu-malu, Lei!"

"Al, aku takut menatap langsung orang yang tak kukenal..."

"Padahal kau sendiri yang tegas kemarin! Ampun deh, padahal waktu itu kau menatapnya seperti biasa!"

"Kalau ada orang yang akan mati, mana mungkin aku tinggal diam..."

"Kalau begitu, akan kubuat dia setengah mati dulu."

"Al bodoh! Kau hanya akan menambah masalah."

...

Gadis berambut coklat panjang yang bernama Lei, dan bocah berambut coklat pendek yang bernama Al, mereka berdua berdebat di depan pintu seenaknya. Mereka berdua... dari kelihatannya, adalah manusia, seumuran denganku.

Setelah beberapa saat berdebat, gadis itu berjalan mendekat kemari sambil membawa sebuah mangkuk di atas nampan. Bocah itu mengikutinya di belakang dengan berkacak pinggang, seperti sedang mengawasi gadis itu.

Aku melihat gumpalan putih yang lembek di dalam mangkuk itu.

"... bubur nasi... tanpa daging..."

Gadis itu berkata padaku dengan nada yang cukup pelan, bisa dibilang aku hampir tak bisa mendengarnya, dan dia memberikan mangkuk itu padaku.

"... ah. Terima kasih."

Aku menerimanya dengan tangan kiriku, dan perlahan meletakkannya di atas pahaku. Aku mengambil sendok yang sudah masuk ke dalam mangkuk, lalu memakannya.

"Enak..."

Aku melihat wajah gadis itu sedikit memerah.

"Benar, kan? Masakannya Lei memang enak."

Dan bocah itu tersenyum membanggakan prestasi gadis itu.

Aku mengangguk untuk menanggapinya, lalu melahap bubur itu sampai habis. Bubur itu hanya berasa nasi dan garam, tak ada satu pun daging, jadi aku tak muntah.

Aku pun mengembalikan sendok itu ke dalam mangkuk, lalu aku meatap ke gadis itu.

"Jadi... Lei?"

Slave Liberators [Tamat]Место, где живут истории. Откройте их для себя