09: A Simple Lie

459 30 3
                                    

(Rubia's PoV)

—Malamnya—Kamar nomor 126 Penginapan Fiert, Kota Cerd—

Aku melihat punggung Hiiro sedang diobati oleh seorang Warbeast berwajah harimau, dengan dioles oleh beberapa herbal dan dijahit dengan rapi.

Aku merasa sakit melihat pemandangan itu, apalagi si gadis Warbeast yang menyebabkan semua ini, malah memalingkan pandangan dan berdiri di sampingku.

"Apa kau tak merasa bersalah, hah...!?"

"Tidak."

Aku hendak memukulnya, tapi Iris memegang pundakku dengan kuat sehingga aku tak bisa melepaskan pukulanku.

"Rubia, tak ada gunanya. Dia tak akan meminta maaf semudah itu. Tapi paing tidak, dia sudah tak berniat melukai kita lagi."

"Si Ogre kecil benar. Tak ada gunanya kau marah pada orang yang tak menjalani pendidikan etika dengan benar. Yah, walau yang namanya 'etika' sudah rusak, sih."

Si Ksatria berdiri bersilang tangan sambil bersender di tembok ruangan, seolah-olah merasa semua akan baik-baik saja.

"Rubia, kau harus tenang. Lagian tak ada gunanya kau mengamuk di sini."

"Tapi, Iris—"

"—Diam! Kau itu lemah, jadi kau cukup kulindungi saja!"

Bentakkan Iris membuatku kaget. Ini pertama kalinya Iris mengatakan hal sekasar itu padaku.

"Hmph, lucu, padahal kau sendiri menempatkan gadis manusia itu dalam bahaya walau itu adalah permintaannya sendiri. Apanya yang 'melindungi' kalau kau sendiri tak becus mengambil tindakan yang terbaik untuk keselamatan gadis manusia itu?"

Si Ksatria dengan angkuhnya mengomentari Iris. Iris melotot ke arah Ksatria itu, terdiam tak bisa menjawab.

Yang tadi itu benar-benar salahku, akan tetapi beralasan seperti itu akan membuat Iris semakin terpojok oleh si Ksatria.

"K- kau tumpukan besi sialan...!"

"Mau kau bilang apa saja, sekali kau mulai mengejek fisik dibandingkan tindakan, itu artinya kau sudah terpojok, Ogre kecil."

"Sudah-sudah, kau emang tak berubah dengan mulut pedasmu itu, Dewa Kematian."

Si Warbeast harimau tertawa kecil pada si Ksatria. Mereka berdua terdengar seperti kenalan akrab.

Lalu, si Ksatria bertanya pada Warbeast harimau itu.

"Jadi, bagaimana, Lith? Apakah kau bisa menanganinya?"

"Ya. Kalau lukanya lebih dalam dari ini, kurasa aku tak bisa menjamin keselamatannya. Pembuluh darahnya dekat jantung hampir saja terkena, kalau itu terjadi, mungkin dia akan mati dalam beberapa detik."

"Sudah kuduga aku bisa mengandalkanmu, rekan lama."

Si Warbeast harimau tertawa riang mendengar perkataan si Ksatria.

"Gadis Ogre, kau yang menggunakan sihir Heal pada anak ini, kan?"

"Memangnya kenapa?"

"Kebetulan sekali, HAHAHAHA!"

Si Warbeast harimau itu tertawa keras.

"Ah, gadis Ogre, bisakah kau melakukan Heal untuk 5 detik di lukanya? Itu bisa membuat rasa sakitnya mati rasa. Hari ini asistenku sibuk soalnya."

"Hah? Kenapa aku harus melakukannya lagi!? Lagian, aku tak tahu kapan gadis Warbeast itu akan menikam Rubia lagi, jadi aku menolak."

Iris membuat tanda X dengan kedua tangannya.

Slave Liberators [Tamat]Where stories live. Discover now