80: Really Idiotic...

135 17 12
                                    

(Hiiro's PoV)

—Kamar Pasien, Toko Roti Adlera, Kota Cerd—Paginya—

"Sela...mat pagi... Hii."

Saat aku bangun, Leiva sudah terbangun dan menyapaku dengan hangat.

Aku memeriksa tangan kiriku, dan dia masih saja menggenggamnya. Dia sadar, lalu buru-buru melepaskan genggamanynya.

"Maaf..."

"Tak perlu minta maaf."

Leiva memegangi tangan kirinya itu, lalu memalingkan wajahnya. Aku rasa agak terlambat untuk malu, mengingat dia tidur bersender padaku pada saat pertama kami bertemu kembali.

"Kalian berdua udah mesra di pagi-pagi begini, ya."

Ucap Rubia yang mengintip dari balik celah pintu.

"Dasar tak tahu malu."

Ucap Iris yang ada di belakangnya. Apa mereka dari tadi di sana?

"Leiva, aku akan pergi membuat bubur dulu."

"Tu... tunggu... Hii..."

"Tenang saja. Mereka berdua datang dengan niat baik kali ini."

Aku mengelus kepala Leiva dengan tangan kiriku untuk menenangkannya.

"Apa maksudmu dengan 'kali ini'!?"

Aku segera berjalan ke arah mereka berdua, lalu menatap Rubia.

"Orang yang pernah mencoba membunuh Leiva yang masih koma, berhak protes?"

"Ma- maaf..."

Kaki Rubia gemetaran.

"Maaf, kurasa yang barusan itu terlalu berlebihan, ya?"

Rubia menganga, tapi tak bisa menjawab. Kurasa itu bukti kalau dia kaget denganku barusan.

"Menakutkan... kalau soal Leiva, lau memang menakutkan, Orang Aneh."

Iris membawa kantung belanjaan kemarin. Aku mengangguk dan berjalan melewati mereka.

"Aku akan membuatkan makanan untuk Leiva, jadi lebih baik kalian bisa mengakrabkan diri dengannya saat aku kembali."

"Ah, Hiiro!"

Rubia melemparkan sesuatu padaku. Sebuah jubah hitam yang sama persis seperti milikku.

"Jubah lamamu sudah bobrok begitu, jadi pakailah itu!"

"Makasih."

Aku memakainya. Bahannya ternyata lebih nyaman dari yang biasa aku pakai.

Aku bergegas menuju ke ruang kerjanya Lith. Akan tetapi, saat aku sampai di depan ruangan, aku berhenti...

Karena aku mendengar sesuatu...

"Ah... ah... jangan, aku tak... ah... bisa... menahan suaraku..."

... suara Wanita Pengurus terdengar dari dalam.

Tunggu, ini bukan hal yang kupikirkan, kan? Mereka tidak sedang—

"Lith... tolong... lebih pelan... ah... anak-anak... ah... masih ada di dalam... ah..."

"Tak bisa... dalammu enak sekali... pinggulku menolak untuk berhenti..."

"Ah... jangan di dalam... ah... Leiva belum mengizinkan... ah... kalau tiba-tiba... ah... dia punya adik... ah... dia akan..."

"Tenang... dia pasti akan mengerti..."

"Lith... kau semakin ahli... ah... dibandingkan beberapa hari yang lalu... ah!"

Slave Liberators [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang