63: A Death Penalty Magic Contract With the Princess

166 15 8
                                    


(Hiiro's PoV)

—Ruang Tamu, Mansion Myros, Distrik 30, Babel—Siang Harinya—

Sekarang, aku kembali bertatap empat mata dengan Shuvia di ruang tamu.

"Aku ingin bertanya. Apa yang kamu dapat saat berada di lantai 78?"

Tentu saja itu hal yang paling ingin ditanyakannya. Sebab dia sendiri pasti sadar kalau ada hal-hal yang aneh.

"Sebelum itu, aku ingin bertanya. Bukankah kau akan mudah mendapatkan informasi dari orang yang memerintahkan untuk memenjarakan wanita itu di lantai 78?"

Kalau bertanya langsung pada orang yang kemungkinan tahu, dia tak perlu sampai harus menyuruhku.

Aku tak memikirkan Hollow sampai dia memintaku untuk pergi ke sana. Mungkin saja dia menyuruhku menuju ke sana dan terkena perangkap saat mencoba menerobos, tapi baru tahu soal keberadaan Hollow milikku sampai menit terakhir dan menghancurkan rencananya.

"Aku tak bisa."

"Hm?"

"Sudah 14 tahun aku di istana, tapi aku tak ingat pernah bertemu Kakek satu kalipun."

... apa-apaan itu?

"Cucunya sendiri belum pernah bertemu? Apa-apaan itu!? Orang itu juga tak kalah busuknya!"

[Tia, orang yang telah memimpin satu Kerajaan yang hampir mendominasi dunia seluruhnya menjadi yang sekarang ini, untuk apa kau baru bilang begitu sekarang? Bukankah sudah pasti?]

Yah, walau aku tahu kau ingin memaki raja itu. Kalau bukan karena orang itu, kita semua tak akan pernah mengalami hal seburuk ini.

Malahan, aku ragu apakah kita semua bisa lahir. Ya, apa yang terjadi biarlah. Tinggal kita ubah saja masa depan. Tapi sebelum itu...

"Apa maksudmu dengan kau tak pernah bertemu kakekmu?"

Raja Kerajaan Babel sekarang ini tak pernah bertemu dengan cucunya? Itu sangat bertentangan dengan informasi yang kudapatkan dari Wanita Tahanan yang bernama Lumia itu.

"Singgasana miliknya berada di lantai 100. Aku tak berhak ke sana. Yang menjalankan kerajaan sekarang hanya menteri-menteri dan para penasehat."

Sungguh pernyataan yang aneh. Itu seolah-olah memang ada yang sengaja membatasi jarak mereka.

Raja adalah orang yang paling berkuasa. Dia yang memerintahkan orang-orang untuk mengambil Shuvia, kan? Kalau begitu, hal ini sangatlah aneh.

Tunggu, bukankah tinggal meng-klaim anak angkat juga bisa? Untuk alasan apa dia harus mengambil Shuvia yang merupakan keturunannya? Apa karena dia orang yang hanya benar-benar ingin keturunannya yang memiliki darah yang sama dengannya diakui?

Aku benar-benar tak mengerti apa yang dipikirkannya. Tapi kalau aku sudah tahu dia berada di lantai 100, aku hanya tinggal memata-matainya lain kali.

"Sebenarnya, membangun sebuah menara dan tinggal di dalamnya adalah hal yang sangat bodoh. Maksudku, seluruh menara akan runtuh bila fondasinya hancur."

Perkataan Tia ada benarnya. Tak sedikit yang membenci Kerajaan Babel, bahkan orang-orang yang ada di dalam Kerajaan Babel juga banyak yang berpikir begitu. Bila terjadi pemberontakkan dan fondasi menara itu diserang, menara akan runtuh, sang raja akan terlibat, dan Kerajaan akan runtuh.

Tak ada hal yang lebih bodoh dari tinggal di lantai 100 sana. Itulah yang pasti ingin Tia sampaikan.

Kenapa dia tak pernah bertemu dengan cucu tunggalnya? Terlebih lagi, dia katanya tak pernah menunjukkan dirinya di depan umum sejak 10 tahun, kan?

Slave Liberators [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang