66: Princess Wanna Say Something -- I

160 18 25
                                    

(Hiiro's PoV)

—Kamar Pasien, Toko Roti Adlera, Kota Cerd—Malamnya—

Kami semua duduk melingkar di lantai. Untuk jaga-jaga, aku berada di tempat yang paling dekat dengan Leiva, dan Rubia yang paling jauh.

"Baiklah~! Jadi, ayo kita bahas ulang semuanya dari awal, oke~?"

Oi, Shuvia, jangan-jangan kau berniat untuk...

Shuvia menghadapku sambil mengeluarkan lidahnya sedikit.

"Wah, dia berniat mengambil semua informasi yang ada..."

[Biarkan, Tia. Juga, tukar tempat. Aku mau istirahat.]

"Ah... baik."

Sialan, kebiasaannya karena dia pemilik Mind Hearer. Dia tak akan puas kalau tak mendengar semuanya.

"Jadi, biar aku reka ulang semuanya. Leiva Erste sedang dalam keadaan koma dan kondisinya tak akan membaik sampai dia mendapatkan jantung baru. Bunda-nya—Leiss Erste, diminta Tuan Black Roux mendonorkan jantungnya pada Leiva Erste bila jantung buatannya tak bisa diandalkan. Sebagai gantinya, Tuan Black Roux akan mengurus anak-anak Rainshelter setelahnya."

Informasi yang sangat mendetail... ya, aku sudah mengatakannya saat kami berada di Mansion Penguasa Distrik 30.

"Saat Rubia Rainshelter tahu semuanya, dia ingin membunuh Leiva Erste supaya Bunda-nya tak akan pernah mendonorkan jantung pada Leiva Erste."

Lengkap sekali. Kalau aku di posisi mereka semua, aku akan bingung harus bereaksi seperti apa ketika tahu ada orang yang tak dikenal benar-benar tahu tentang situasi saat ini.

"Kau ini sebenarnya siapa? Kenapa kau bisa tahu sejauh itu?"

Tanya Rubia sesuai dugaanku. Kadang-kadang dia sangat simpel.

Dengan senyuman ringan, Shuvia menjawab,

"Bisa dibilang, aku adalah... 'Budak'...nya Tuan Black Roux."

...

"Bukan!"

"Bukankah aku sudah bersumpah untuk terus berada di pihakmu?"

"Jangan membuat orang salah paham! Mata Sayu tak memperbudak siapapun!"

Kalau saja dia mengatakan 'aku' dibanding 'Mata Sayu', aku tak akan merasa stress. Akan tetapi barusa itu akan membuat semuanya tambah rumit...

"... Kak Tia?"

Iris yang pertama kali menyadari itu setelah Shuvia.

"Ah... selamat malam."

Dia benar-benar bodoh... ya, aku rasa semuanya di sini akan percaya.

"Apa maksudnya ini? Dia bukan Nak Hiiro?"

"Lebih tepatnya, ada orang lain yang menumpang di dalam Kak Hiiro."

"Lalu... dia ini..."

"Mata Sayu—maksudku Hiiro, sedang beristirahat. Ahaha..."

Tia terdengar agak canggung karena tak sengaja membeberkan soal keberadaan dirinya sendiri pada orang lain sebanyak ini. Tak kusangka. Apa itu karena dia tak menggunakan ilusi untuk memperkenalkan diri?

Kalau dipikir lagi, dia selalu menggunakan ilusi saat mengatakan soal dirinya pada orang lain.

""Pantas saja aku tak merasa ingin menghajarnya.""

Kembar gagal itu... masih saja dendam padaku? Apa boleh buat, sih.

"Apa Kak Hiiro tidur nyenyak?"

Slave Liberators [Tamat]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora