67: Princess Wanna Say Something -- 2

171 16 12
                                    


(Hiiro's PoV)

—Pertengahan Tangga, Toko Roti Adlera, Kota Cerd—Malamnya—

"Itu karena Alvonse Globe adalah tunanganku."

Sekilas ketika mendengar itu, aku hampir tak bisa memikirkan apa-apa. Seolah aku dilahap oleh emosi Shuvia.

... katakan, kenapa kau bisa sesedih itu? Bukankah tunangan itu biasanya dipilihkan oleh keluarga seenaknya, bagi para bangsawan?

... tapi kalau itu Shuvia, aku rasa bukan hanya itu saja. Habisnya, tak mungkin Shuvia bisa membuat wajah seperti itu kalau tunangan itu hanya sebagai bentuk formalitas.

"Kupikir kalian hanya kenalan biasa. Ya, tapi aku merasakan kalau kau sangat peduli pada Alvonse."

Tia, kenapa kau hebat sekali dalam masalah mengerti hati perempuan?

"Kalau kau sadar, cepat bilang, dong."

"Emangnya bisa!? Kalau kau sih mungkin saja, tapi aku tidak!"

"Hm... memang tak ada hubungannya sih dengan perundingan tadi."

Tapi kau terlalu bersemangat, Tia.

"Globe adalah keluarga mantan penguasa distrik 1 kira-kira sampai 5 tahun yang lalu. Alvonse Globe adalah anak bungsu mereka, dan kami sudah ditunangkan sejak kecil."

Ya, sejauh ini masih bisa diterima.

"Saat berumur 7 tahun, aku menyelinap keluar dari kereta saat macet oleh festival. Dalam sekejap, aku langsung terpisah. Sorenya, aku kelaparan."

... tak heran. Dari perkataannya, dia pasti tak membawa uang.

"Aku sampai tak kuat, dan beristirahat di samping sebuah kios. Lalu, seorang anak laki-laki seumuranku, datang dengan wajah penasaran. Saat itu juga perutku berbunyi."

Tak salah lagi, dari jalan cerita ini, itu pasti Alvonse.

"Aku sangat malu saat itu."

Aku tak begitu mengerti soal itu. Maksudku, itu di jalanan. Itu salah orang yang mendekat.

"Tapi dia tak tertawa, melainkan dengan wajah khawatir membeli sebuah apel dari kios di samping dan memberikannya padaku."

Tunggu, apa benar itu Alvonse? Perasaan Alvonse itu sifatnya lebih sembrono dan santai. Apa itu karena dia masih berada di keluarga bangsawan saat itu?

"Dia bilang sedang mencari orang. Dia mengajakku bersamanya, sambil menarik tanganku tanpa minta izin."

Yang itu baru Alvonse.

"Lalu setelah berjalan beberapa lama, aku merasa kakiku terluka. Itu karena aku memakai sepatu hak tinggi. Dia sadar, dan mengajakku berhenti. Dia entah kenapa membawa kapas dan obat anti infeksi, lalu mulai mengobatiku. Aku jadi tertarik padanya. Dia berkata kalau itu sebenarnya dia bawa karena orang yang dicarinya terluka."

Orang yang dicari... terluka...

"Dia bercerita soal orang yang dicarinya. Budak di keluarganya. Budak itu dicaci dan diperlakukan buruk oleh kakak-kakak laki-laki itu. Saat laki-laki itu kembali membawa obat dan ingin mengobati Budak itu, Budak itu sudah pergi karena disuruh oleh kakak-kakak laki-laki itu membelikan barang-barang yang mereka pesan di festival."

... Budak. Kalau itu Alvonse, berarti...

"Akhirnya, kami menemukannya, tampak kesusahan membawa barang-barang itu sambil dipenuhi beberapa luka. Laki-laki itu langsung berlari dan segera membantunya, tapi Budak itu malah menolak dan berkata kalau itu sudah kewajibannya..."

Slave Liberators [Tamat]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora