[34] Meet Again

Depuis le début
                                    

Wanita bermata bulat itu beralih pada sebuah pintu kamar yang pastinya itu adalah kamar pria itu. Dengan jantung yang berdetak begitu kencang, ia melangkah membuka dan masuk ke dalam kamar pria itu.

Pandangan Jihyo langsung terjatuh pada pria bermarga Jeon itu yang masih asik dalam mimpinya. Tak sadar kini kakinya mulai melangkah mendekati king size itu. Memperhatikan wajah damai itu saat tidur, dengan senyuman kecil. Dalam hati ia tertawa kecil melihat wajah pria itu yang tak pernah berubah, tetap tampan hanya wajah itu terlihat semakin tirus. Ntah keberanian darimana, Jihyo mendekat menaiki ranjang itu, seakan melupakan kegugupannya pada pria ini. Wajahnya semakin mendekat memperhatikan lekat wajah tampan itu. Jari-jarinya mulai menyusuri wajah itu. Dimulai dari menyentuh kening berkerut itu, kedua mata terpejam itu, hidung itu, dan terakhir bibir yang selalu membuatnya seperti menjadi wanita murahan. Tak sadar kini ia tersenyum sendiri mengingat bagaimana bibir itu begitu nakal. Bibir yang terbuka sedikit itu menggoda Jihyo mengecup pelan. Hanya sebentar, lalu ia kembali menatap wajah itu, yang sama sekali tidak terbangun.

"Ireona... Jungkook-ah" bisik Jihyo pelan.

Tak ada sahutan. Pria itu asik memejamkan matanya. Jihyo melihat itu langsung mengerti bahwa Jungkook kelelahan. Pekerjaan pria itu membuat pria itu tak sempat hanya beristirahat sebentar saja.

"Kau tak seharusnya terlalu keras bekerja" Jihyo masih berbisik seraya mengusap kening berkerut itu.

Pria bermaga Jeon itu tetap tak sadar. Malahan hanya di balas kecapan di mulutnya, yang malah membuat Jihyo terkekeh lucu. Jihyo pun membaringkan tubuhnya di sebelah pria itu, memeluk pinggang itu erat. Ah, dia sangat merindukan wangi maskulin ini. Dan tentu saja sangat merindukan pria ini. Bertahun-tahun ia bersembunyi dari pria ini, ini saatnya ia ingin memperlihatkan dirinya di depan pria ini dan melepaskan kerinduannya pada pria ini. Biarkan sajalah pria ini terkejut nantinya, yang terpenting sekarang ia ingin memuaskan diri memeluk pria ini.

Jihyo yang sudah memejamkan matanya tersentak membuka matanya saat merasakan Jungkook membalas pelukannya. Kepalanya perlahan mendongak, mengira Jungkook sudah bangun dan mengetahuinya. Tapi yang ia lihat Jungkook masih menutup matanya erat. Sebentar ia terkekeh pelan. Dasar pria ini, tak sadar yang di peluk adalah tubuhnya bukanlah guling. Tapi, tak masalah, ia semakin nyaman dalam dekapan ini. Sesekali ia menghirup dalam aroma tubuh yang sangat di rindukannya ini.

Setelah 1 jam berlalu, Jihyo mulai terbangun. Dan ia langsung tersadar bahwa ia ikut tertidur. Kepalanya mendongak melihat wajah itu masih menutup mata. Itu berarti Jungkook belum menyadarinya. Mungkin sangking kelelahannya pria ini, sampai sudah jam 9 pagi belum juga terbangun. Jihyo pun mencoba melepas diri pelan. Setelah ia berhasil keluar dari pelukan Jungkook itu, ia berdiri kemudian melangkah keluar dari kamar pria itu. Sekarang ia berencana memasak sarapan untuk pria itu.

***
Sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Sinaran matahari itu semakin menyilaukan Jungkook. Pria bergigi kelinci itu akhirnya mulai terusik. Di tambah lagi jendela kamarnya terbuka lebar. Kedua matanya perlahan menyipit dan terbuka. Berdecak kesal, siapa pelaku pembuka jendela itu. Padahal setahunya, ia sempat menutup jendela itu. Tangannya menjulur panjang, meraba nakas itu mencari benda pipi itu. Setelah ia mendapatkan beda pipi itu, ia mulai mengecek beberapa email pekerjaannya, pesan dan panggilan yang masuk. Dan beberapa itu ada dari Somin. Jari-jarinya membuka pesan itu.

'Selamat pagi adikku tersayang. Calon istrimu sudah datang. Dia mungkin sedang memasak membuatkan sarapanmu, mungkin? Hahaa... selamat menikmati harimu adikku'

Jungkook berdecak kesal membacanya, ia mencampakkan begitu saja ponselnya di sisinya. Dengan kesal ia menyibak selimut tebal itu, berdiri berjalan cepat membuka pintu kamarnya menuju dapur. Amarahnya sudah siap keluar pada siapapun wanita yang berani masuk ke dalam apartemennya dan menyentuh barangnya. Kakaknya itu berhasil membuatnya benar-benar marah. Ia sudah berapa kali bilang, ia tak ingin menikah. Siapapun wanita itu, ia akan menolaknya.

Fake Love (17+) ✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant