[9] ill

3.5K 296 85
                                    

"Suhumu tinggi sekali"

Dokter yang bertugas di ruangan kesehatan itu sedikit terkejut melihat termometer di tangannya itu. Setelah ia memeriksa suhu tubuh Jihyo, ia terlonjak kaget melihat angka 40 derajat. Ia beralih melirik wajah Jihyo yang tampak pucat walau kedua pipi gadis itu sudah memerah.

"Berbaringlah, aku akan mengompresmu sebentar. Obatnya akan segera bereaksi"

Jihyo menurut. Ia membaringkan tubuhnya di bangsal itu. Dokter itu pun mulai mengompres Jihyo. Setidaknya agar gadis itu merasa dingin di kening saja. Selesai itu, Jihyo mulai merasakan sedikit kenikmatan di dahinya. Ia mulai memejamkan matanya.

Selang beberapa jam, Jihyo yang sudah terbang ke alam mimpi tiba-tiba merasa tenganggu mendengar suara ribut di ruangan kesehatan itu. Terpaksa membuat kedua mata Jihyo kembali terbuka dengan lemas.

"Astaga, kenapa bisa ini terjadi?"

Jihyo dapat mendengar suara dokter itu yang terdengar terkejut. Ia kembali memasang telinganya. Berhubung ia tak bisa melihat karena penghalang tirai.

"Aku hanya melompat saja. Kakiku tiba-tiba sudah keseleo"

Jihyo ikut terkejut. Terkejut karena mendengar suara yang tak asing itu.

"Ck ck ck. Untung tak parah sekali"

Selanjutnya Jihyo hanya mendengar ringisan kecil. Mungkin dokter itu sedang mengobati keseleo itu.

"Berbaringlah. Istirahat dulu sebentar. Jika kau terus berjalan, pembengkakkan di kakimu akan semakin parah"

Jihyo mendengar suara bangsal di sebelahnya bergerak. Kemudian hening, Jihyo rasa dokter itu kembali pergi setelah menerima panggilan dari ponsel dokter itu sendiri.

Jihyo menggerakkan tubuhnya menghadap ke tirai itu. Perlahan ia menggeser tirai itu.

"Gwenchana?"

Seseorang di seberang itu terlonjak kaget tiba-tiba ada suara di sebelahnya. Kepalanya menoleh cepat. Matanya semakin membesar melihat Jihyo juga ada di ruangan kesehatan ini.

"Ya"

Jihyo melirik sekilas kaki kiri pria itu yang sudah di perban. Ia kembali memandang wajah pria itu. "Baiklah, selamat beristirahat"

Jihyo kembali menutup tirai itu. Ia memejamkan matanya lagi dan tertidur hanya beberapa detik begitu saja.

Tanpa gadis itu tahu, pria itu kembali membuka tirai itu. Kini tubuhnya sedikit berputar menghadap wajah Jihyo. Memandangi wajah pucat itu.

***
"Jungkook dan Jihyo masuk ruangan kesehatan? Ada apa dengan mereka? Kalau Jihyo kan memang demam, tapi Jungkook?"

Eunbi bertanya pada Dahyun. Kedua gadis itu duduk di bangku yang ada di tepi pinggir lapangan basket itu. Sekarang pelajaran olahraga. Ujian di batalkan, bersyukurlah Jihyo hari ini. Dan sekarang mereka bebas.

"Kau tidak lihat tadi, Jimin dan Taehyung memapah Jungkook berjalan? Dia keseleo waktu bermain basket" jelas Dahyun sambil menjilati es krim yang ada di tangannya.

Eunbi mengangguk mengingat itu. Tadi sekumpulan siswa cowok di kelasnya bermain basket, termasuk Jimin, Taehyung dan Jungkook. Tapi tiba-tiba saja, heboh seketika melihat Jungkook jatuh. Ada-ada saja.

"Bagaimana hubunganmu dengan Taehyung?"

Eunbi menghela nafas kasar. Mengingat Taehyung membuatnya sakit hati. Hatinya masih sakit mengingat pria itu mengatakan dirinya tak tertarik.

"Sudahlah. Aku tak ingin lagi dengannya. Dia jahat"

Dahyun tertawa kecil. "Kau sih tak mengenalinya lebih dalam. Dia itu punya sifat aneh"

Fake Love (17+) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang