[33] I Refused

3.1K 265 68
                                    

Pagi kembali menyambut. Eunbi berjalan membuka kamar bernuansa putih itu. Berjalan mendekati ranjang itu.

"Jihyo ireona! Kau ada kelas pagi!"

Eunbi menyibak selimut itu. Jihyo malah mengerang malas bergerak membelakangi Eunbi.

"YA! Bangun Park Jihyo pemalas"

"Iya Hwang Eunbi" gumam Jihyo masih memejamkan matanya.

"Aku harus pergi sekarang"

Mendengar hal itu berhasil membuka mata Jihyo melihat wanita mancung itu. "Kemana?"

Eunbi tersenyum. "Kencan"

Jihyo membulatkan mulutnya lalu akhirnya bangkit dari duduknya. Lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh kamarnya dengan kening berkerut.

"Dimana celanaku?"

Eunbi memutar bola matanya malas. "Kau hilang ingatan? Sejak kapan kau memakai celana saat tidur. Kau bahkan lebih sering telanjang"

Wanita mancung itu berjalan keluar dari kamar Jihyo. Jihyo malah terkekeh mengingat kebiasaan barunya. Baru menyadari sejak beberapa tahun ini ia sekarang lebih suka hanya memakai kaus tipis tanpa bra dan hanya panty saja, bahkan terkadang suka telanjang. Jihyo sudah mempelajari banyak bahwa tidur tanpa ada pakaian lebih bagus. Jihyo pun mencoba awalnya, dan sekarang malah ketagihan.

Tak ingin berpikir banyak yang membuatnya nanti terlambat, segera ia mandi.

***
"Park Jihyo"

Jihyo menoleh kearah suara itu. Mengerutkan dahinya melihat Kim Mingyu teman sejurusannya berjalan mendekatinya.

"Aku tidak tahu ini kebetulan atau tidak, yang pasti aku sangat meminta tolong padamu. Tolong bawakan tasku, aku harus kembali ke rumah lagi mengambil buku bisnis managemen ku yang ketinggalan" Mingyu menatap Jihyo penuh harap.

Jihyo jelas menggeleng. Ia menolak bukan karena ia malas ataupun tak mau. Ia menolak membawa tas Mingyu itu karena takut semua orang yang mengenalinya memandang dirinya penuh tanda tanya besar. Park Jihyo siswa terpintar tengah membawa tas ransel Mingyu, apakah mereka sedang berkencan?. Pertanyaan itu akan timbul di setiap orang melihatnya.

"Tolonglah Park Jihyo" Mingyu kembali memohon.

Jihyo menjadi tak enak. Dan pada akhirnya ia mengangguk dan mengambil ahli tas itu. Mingyu langsung tersenyum senang. "Terimakasih banyak Jihyo. Aku akan membelimu soda selesai ini"

Mingyu pergi berlari begitu saja, Jihyo mendengus lalu tersenyum. Untuk apa hanya soda saja, ia sendiri pun bisa membelinya. Tapi, tak masalah sekedar membantu Mingyu tak apa-apa kan.

Jihyo pun kembali melanjutkan langkahnya menaiki anak-anak tangga itu menuju kelasnya. Tak sengaja pandangannya tertuju pada Kim Yerim dan kedua sahabat wanita itu yang selalu setia kemanapun Kim Yerim pergi. Terkadang Jihyo bingung melihat ketiga wanita itu, kenapa masih saja ada di penglihatannya. Kenapa tidak enyah saja? Sayangnya, takdir berkata lain. Ketiga wanita licik itu bahkan sekarang satu kuliah dengannya bahkan satu jurusan. Mengesalkan memang, tapi ia tak bisa buat apa. Kim Yerim dan kedua sahabatnya itu punya uang banyak yang bisa bebas dimanapun berkuliah, sedangkan dia? Hanya mengandalkan beasiswa saja. Matanya pun hampir bosan melihat wajah ketiga wanita centil itu selama 5 tahun ini. Tapi, ia harus bersabar beberapa bulan lagi ia akan mengakhiri masa kuliah ini. Tinggal sedikit lagi, hanya sabar saja yang perlu.

"Ehemm... wanita miskin lewat"

Jihyo enggan membalas hinaan Kim Yerim itu. Ia berlalu begitu saja seakan tak menganggap ketiga wanita menyebalkan itu. Hal ini malah membuat ketiga wanita itu menggeram tak suka.

Fake Love (17+) ✔Where stories live. Discover now