[31] 5 Years Later

Start from the beginning
                                    

"Tidak Somin. Lagipula, ini pertama kalinya kita merayakan ulang tahunnya semenjak ibu dan ayah sering pergi. Ibu ingin membalasnya. Dan oh, kau sudah mengucapkannya selamat ulang tahun? Ibu sudah mengucapkannya lewat pesan." Nyonya Jeon terkikik kecil.

Somin menggeleng pelan masih kerutan di dahinya. "Apa yang ibu ucapkan?"

"Happy birthday my little boy, hihi..."

Setelah itu Nyonya Jeon itu melanjutkan langkahnya sambil tersenyum. Somin menganga mendengarnya. Little boy? Yang benar saja. Anak seusia Jungkook di panggil little boy. Ia yakin seratus persen, pria itu akan merasa kegelian, ia sendiri saja geli mendengarnya.

"Somin noona... anakmu menangis!"

Somin beralih pada Jimin yang baru saja meneriakinya. Buru-buru ia menaiki tangga itu menuju kamar anaknya. Jimin memang kebetulan ikut turun tangan hal ini. Nyonya Jeon meminta tolong padanya, dan jelas ia pasti membantunya. Ia sudah tak sabar ingin melihat wajah terkejut serta malu Jeon Jungkook melihat rumahnya kini di hiasi perayaan seperti anak-anak. Biarkan sajalah, toh ia senang melihat wajah malu itu nantinya. Sepertinya ia harus sudah menyiapi kamera, berjaga-jaga mengambil moment wajah terkejut dan malu Jungkook itu.

***
Sudah siang hari, waktunya semua pekerja untuk istirahat mengisi perutnya. Namun, untuk pria yang baru menginjak usia 23 tahun ini, masih diam fokus padal layar laptop-nya. Karena ia sendiri punya prinsip, jika pekerjaannya belum selesia, ia akan tetap melanjutkannya apapun itu, agar tak menjadi beban di pikirannya. Masih dengan berkutat pada laptopnya, pria satu lagi yang sedari tadi tiduran di sofa empuk itu mulai merasakan kebosanan.

Helaan nafas pria itu terdengar. "Ayolah Jeon Jungkook, aku sungguh lapar"

Jeon Jungkook hanya melirik sekilas sahabatnya itu yang sedari tadi sudah merengek kelaparan. "Aku sudah bilang, pergilah sendiri. Pekerjaanku masih banyak"

Sahabatnya itu bangkit menduduki dirinya, lalu menyandarkan tubuhnya. "Kau bisa melanjutkannya selesai kita makan siang"

"Pergilah sendiri Kim Taehyung"

Nada itu mulai terdengar tegas. Kim Taehyung mendengus kecil. Memang sudah tak asing lagi pemandangan ini di hadapannya setiap kali ia datang ke ruangan ini. Sahabatnya itu memang di kenal penggila kerja. Maka dari itu jangan salahkan, jika ada tamu yang sama sekali tidak spesial, mereka akan dicuekin seperti dirinya ini contohnya. Pria itu akan lebih memilih mengerjakan pekerjaannya, karena lebih penting.

"Kau lebih cocok menikah saja langsung. Makanmu bahkan sampai tak teratur" Kim Taehyung kembali merebahkan tubuhnya, menumpuk kedua tangannya sebagai bantal kepalanya.

Jungkook memilih diam. Ia malas untuk membalas ocehan tak penting Taehyung itu. Tak jarang juga Taehyung dan keluarganya menyuruhnya menikah. Tentu saja ia menolak. Usianya masih sangat muda. Menikah? Bahkan kata itu sama sekali tak pernah terlintas di pikirannya. Keluarganya juga bilang, alasan dirinya segera menikah adalah agar dirinya dapat makan secara teratur. Cih... alasan klise.

"Ini hari ulang tahunmu. Tapi kau lebih memilih diam di ruangan kerjamu. Setidaknya kau keluar meneraktrik karyawan-karyawan mu. Mereka pasti akan lebih semangat bekerja" lanjut Taehyung memperhatian langit-langit ruangan kerja itu.

Dan lagi, Jungkook memilih tak membalas. Biarkan sajalah Taehyung bercloteh tak jelas. Karena pada akhirnya pria itu akan diam atau pergi dari ruangannya.

Taehyung tentunya kesal dengan kediaman Jungkook itu. Namun, mau bagaimana lagi, mungkin ia mulai sudah terbiasa. Pria itu memang sering sekali menganggap dirinya tak ada jika fokus bekerja. Beginilah sekarang sikap sahabatnya itu. Menyebalkan jelas, tapi jika pun ia menganggu. Ia akan siap menerima amukan mengerikan.

Fake Love (17+) ✔Where stories live. Discover now