Part 8 Danau

5.3K 227 3
                                    

    Semenjak malam di mana dia menyaksikan acara anniversary sekaligus momen perceraian kedua orang tuanya, Aluna menjadi tambah lebih kacau. Nalarnya tidak lagi dia gunakan.

     Dia benar-benar tidak memperdulikan dirinya sendiri, bahkan Aluna melampiaskan semua kekesalannya dengan bermain di klub malam dan ikut balapan liar di beberapa tempat.

    Aluna sama sekali tidak berangkat sekolah, dan dia tidak mau membalas pesan dari teman-temannya, lebih tepatnya Nadin dan Kinar. Namun pagi ini, Aluna akan pergi bersama teman lamanya yang katanya sedang ada di Jakarta.

    Aluna akan bertemu dengan Sasa di Mall. Sebenarnya Aluna tidak suka pergi ke Mall, tapi Sasa mengajaknya bertemu di bioskop. Sasa adalah salah satu sahabat Aluna ketika SMP di Bogor. Sasa juga sahabat Edo dan Bagas.

    "Aluna! Apa kabar? Ya ampun gue kangen banget sama lo." Sasa memeluk Aluna di depan pintu Bioskop.

    "Sa, udah deh. Gue malu." Keluh Aluna. Kemudian Sasa melepas pelukannya dan menatap wajah Aluna dengan senyum.

    "Kenapa sekarang lo lebih tinggi dari gue? Kenapa penampilan lo berubah jadi ganas kaya gini sih? Jadi anak Jaksel lo berubah kaya gini?"

    “Lo juga berubah Sa. Kita mau ngapain ke sini?” Tanya Aluna dengan malas.

    "Lo lihatkan kita di depan bioskop? Ya kita nonton lah, gue udah beli dua tiket." Sasa menunjukkan dua tiket di tangannya.

    Sasa menarik tangan Aluna untuk masuk ke gedung Bioskop. Kemudian mereka berdua duduk di kursi bagian atas yang sedikit berjauhan dari penonton yang lain.

    "Umm, Aluna. Lo masih kontakan sama Bagas nggak sih?" Sasa melirik Aluna dengan mulut yang penuh dengan popcorn.

    "Lo jauh-jauh dari Jogja cuma buat tanya itu?"

    "Gue itu sebenarnya mau pindah ke Sumatera, tapi gue samperin lo dulu. Lagian lo tahukan dari dulu gue suka sama Bagas, ya cuma gitu. Bagas kayanya suka deh sama lo." Ucap Sasa dengan wajah sedikit cemberut.

    “Gue pikir lo sukanya cuma sama EXO.”

    “Iya EXO nomor satu, tapi kan nggak mungkin juga gue nikah sama Sehun atau Suho? Gue juga harus realistis.” Ucap Sasa.

    “Jadi lo maunya nikah sama Bagas?” Tanya Aluna, dan Sasa hanya tersenyum lebar.

    “Lo masih pakai kalung itu?” Sasa menunjuk kalung yang Aluna pakai. Aluna memegang kalung di lehernya dengan perasaan yang tiba-tiba kosong. Setiap dia memegang kalung itu, entah kenapa udara menjadi terasa berat untuk masuk ke dalam paru-parunya.

    "Gue masih ingat. Devan kasih lo kalung ini, saat anniversary kalian yang ke dua tahun. Saat kalian ada di kebun teh, dan saat itu hujan gerimis." Aluna melirik Sasa dengan sendu. Tanpa Sasa sadari dia kembali membuka ingatan tentang Devan yang selama ini sudah Aluna coba untuk berdamai.

    "Hah, kayanya baru kemarin ya, kita SMP. Main di danau, belajar bareng, lihat balapan di sirkuit. Tanpa kita sadari dua setengah tahun udah terlewat begitu cepat." Ucap Sasa dengan tawa untuk menutupi kesedihannya. 

    Aluna menatap Sasa dengan mata yang berkaca-kaca, namun Aluna mencoba untuk menahan diri. Dia tidak boleh menangis, itu terlalu cengeng.

    Tidak lama itu, film di putar dan Aluna kembali menatap ke arah depan sambil memegang benda yang melingkar pada lehernya. Saat Aluna terdiam tiba-tiba lamuannya teralihkan ketika dia mendengar lagu yang menjadi sound track dalam film itu.  

Lihatlah luka ini yang sakitnya abadi..

Yang terbalut hangatnya bekas pelukmu..

Alunan Nada [Completed]✓Where stories live. Discover now