Part 35 Cinta Itu Omong Kosong

3.4K 260 0
                                    

    Langkah kaki berdebum di atas lantai putih yang bersih. Langkah kaki itu terus bertambah cepat tatkala waktu yang semakin memburunya agar cepat sampai tujuan. Aluna berlari menaiki tangga lalu berjalan menuju kelasnya.

    “Kamu lagi? Sekarang jam berapa?” tanya pak Aryo ketika melihat Aluna berdiri di depan pintu dengan nafas yang terengah-engah.

    “Jam tujuh.” Ucap Aluna sambil melihat jam tangannya.

    “Sekarang jam setengah delapan. Ini sekolah menengah atas, bukan taman kanak-kanak. Kamu mau bapak hukum apa lagi?”

    “Jangan hukuman deh pak, saya capek.” Ucap Aluna sambil menyilakkan rambutnya ke samping. Pak Aryo pun tidak sengaja melihat perban di lengan Aluna.

    “Lengan kamu kenapa?” tanya pak Aryo dan Aluna hanya menggelangkan kepala.

    “Oke, hari ini karena kamu bicara dengan sopan. Pakaian lumayan rapi dan kamu lebih sopan. Bapak izinkan kamu ikut pelajaran bapak.” 

    “Seriusan pak?”

    “Iya.”

    Aluna tersenyum dan segera masuk ke dalam kelas lalu duduk di mejanya. Aluna membuka tas dan mengambil bukunya. Aluna terlihat antusias dan menikmati pelajaran itu. Mulai sekarang Aluna akan mulai fokus pada pelajaran dan meninggalkan kehidupannya yang kemarin.

    Aluna ingin membuktikan pada almarhum omanya, jika dia akan jadi pelajar yang baik. Dia akan berhenti balapan dan merokok, Aluna juga akan berusaha untuk lulus dengan nilai yang baik suapaya dia bisa lolos ujian perguruan tinggi. Dia akan menjadi wanita berpendidikan seperti yang di inginkan omanya.

    “Pelajaran kita akhiri pada siang ini, silahkan istirahat.” Ucap par Aryo yang kemudian keluar dari kelas.

    Aluna merenggangkan tangannya dan menguap cukup lebar. Daren mendekati Aluna dan menatap lengan Aluna yang di perban.

    “Tangan lo kenapa Luna? Siapa yang udah lukai lo? Bilang sama gue, biar gue hajar sampai mampus!”

    “Nggak apa-apa, cuma kena serpihan kaca.” Ucap Aluna sambil mengamati perban di tangan kanannya.

    “Udah lo bawa ke dokter?” Kinar duduk di kursi depan Aluna.

    “Nggak perlu, besok juga udah sembuh.” 

    “Em, gue mau ke ruang komite sebentar.” Ucap Nadin, namun Aluna dapat membaca raut wajah Nadin jika saar ini dia tengah berbohong.

    “Mau gue anter?” Ucap Kinar.

    “Nggak usah, cuma bentar kok.” Ucap Nadin yang kemudian berlalu pergi.

    “Gue mau ke kantin. Gue laper banget. Ada yang mau ikut?” Tanya Kinar pada Aluna dan Daren.

    “Enggak.” Jawab Aluna.

    “Gue mau jagain Luna aja.” Ucap Daren sambil menatap Aluna.

    “Terserah.” Ucap Kinar yang kemudian berlalu pergi.

    “Jangan deket-deket.” Aluna mendorong kepala Daren yang ingin bersandar di pundaknya.

    Aluna berdiri dari duduknya, lalu dia mendorong meja ke depan dan berlalu pergi meninggalkan Daren. Daren meneriakki nama Aluna lalu mengejarnya. Aluna berjalan menuruni tangga dan mencari seseorang yang ingin dia temui saat ini.

    “Lo lihat Nada?” Tanya Aluna pada Adip dan Key yang baru saja balik dari kantin.

    “Emm kayanya di rooftop deh.” Jawab Key. Setelah itu Aluna berjalan menaiki tangga, Daren pun kembali mengikutinya dari belakang.

Alunan Nada [Completed]✓Where stories live. Discover now