Part 10 Janji Adalah Tanggung Jawab 2

4.8K 225 0
                                    

    "Lo suka sama dia Nad?" Tanya Leon to the point.

    "Apaan lo? Aluna itu bebeb gemes gue. Catet! Bebebnya Jefri Nakuela seorang." Jefri berjalan mendekati Adam dan Leon.

    "Ya ealah. Muka serampat sandal aja mau ngedapetin Aluna." Ucap Rehan. Jefri mendekati Rehan dan memasang mata melototnya.

    "Gue tau lo juga suka sama Aluna, tapi gue yang akan dapetin dia." Ucap Jefri dengan serius, namun Rehan malah tertawa dengan sumbang.

    “Udah deh, kalian itu nggak ada apa-apanya di banding gue. Gue yang akan dapetin Aluna.” Ucap Adam dengan bangga dan percaya diri.

    “Buat apa kalian rebutan cewek bermasalah kaya dia. Di sekolah ini banyak yang lebih cantik dan punya sikap yang baik.” Ucap Leon dengan datar. Leon memang susah menerima orang baru, untuk itu dia kerap memperlihatkan ketidaksukaannya terhadap Aluna.

    “Iri? Bilang bos. Aha!” Ucap Jefri dan Adam yang kemudian tertawa sambil menggerak-gerakkan tangan dan badannya.

    “Gue tonjok juga lo pada.” Ucap Leon sambil mengayunkan tangannya, namun hanya sampai di udara karena dia tidak mungkin menonjok teman-temannya.

    "Udah lah. Dari pada ribut. Mending main basket." Ajak Rehan sambil memantul-mantulkan bola ke lantai.

    Mereka berlima pun akhirnya bermain basket bersama. Mereka terbagi menjadi dua tim. Nada dengan Rehan, dan Leon memimpin kedua teman lainnya. Mereka terlihat sangat serius bermain, meski terkadang Jefri dan Adam membuat kecurangan. Setelah setengah jam bermain, mereka mulai kelelahan dan memilih keluar dari lapangan basket.

    Nada, Adam dan Rehan membuka kancing seragam dan menampakkan kaos putih mereka. Mereka berjalan melewati lorong dan berhenti di taman belakang sekolah yang sepi karena semua anak dan guru-guru tengah berada di dalam kelas. Nada terlihat membuka dus rokok miliknya dan mengambil seputung rokok yang kemudian dia nyalakan menggunakan korek api.

    "Nad, lo nggak punya niat buat ambil motor lo gitu? Lo kan sayang banget sama itu motor." Adam mendekati Nada.

    "Iya Nad, dulu aja gue cuma dudukin motornya lo marah-marah sama gue." Ucap Jefri dengan manyun.

    "Nggak usah manyun, nambah-nambah jelek aja. Malu gue kalo ngajak lo jalan, orang  ngira gue bareng topeng monyet." Adam melirik Jefri dengan kesal.

    "Kampret lo! Kaya muka lo cakep aja. Ngaca mas, ngaca!" 

    Jefri menunjukkan layar handphonenya sebagai kaca, sedangkan Adam hanya memutar bola matanya dengan malas. Jefri dan Adam memang sering terlibat pertengkaran kecil, tapi mereka hanya bercanda.

    "Lo ambil aja itu motor, gue temenin." Ucap Adam dengan semangat karena ingin tahu alamat rumah Aluna.

    "Jangan! Itu cuma modus lo doang kan? Bilang aja lo mau tahu rumah bebeb gemes gue." Ucap Jefri dengan kesal.

    “Emang kenapa? Sebelum janur kuning melengkung semua bisa di tikung. Lo pikir cuma valentino rosi doang yang bisa nikung.” Ucap Adam dengan percaya diri.

    “Gue bisa bawa dukun buat pelet Aluna.” Ucap Jefri.

    “Gue bisa operasi plastik, biar kaya Jefri Nichole.” Ucap Adam, tidak mau kalah dengan Jefri.

    “Gue bakal bertapa di gunung Arjuno buat ngedapetin Aluna.” Ucap Jefri.

    “Gue bakal ngadain ritual di kuburannya Juliet, biar arwahnya mau masuk ke tubuh Aluna. Karena gue Romeonya.” Ucap Adam.

Alunan Nada [Completed]✓जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें