Part 3 Ketahuan BP

6.4K 296 11
                                    

    Di pagi hari yang cukup cerah mendadak terasa kelabu, setelah Aluna mendengar suara cempreng guru yang saat ini berdiri di hadapannya, siapa lagi kalau bukan Pak Aryo yang pagi-pagi sudah memarahi Aluna yang terlambat lagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

    Di pagi hari yang cukup cerah mendadak terasa kelabu, setelah Aluna mendengar suara cempreng guru yang saat ini berdiri di hadapannya, siapa lagi kalau bukan Pak Aryo yang pagi-pagi sudah memarahi Aluna yang terlambat lagi.

    “Kemarin telat, sekarang telat, besok telat lagi, kamu mau sampai kapan telat-telat seperti ini? Kiamat hampir dekat, jangan sampai saat kiamat terjadi kamu masih tidur,” ucap Pak Aryo dengan mata melotot. Namun, Aluna hanya diam sambil menatap ke samping.

    “Kalau bapak lagi ngomong, lihat ke arah bapak! Bukan ke samping, kamu kira bapak tembok?” tanya Pak Aryo dengan kesal.

    “Bapak sebenarnya maunya apa? Saya boleh masuk atau enggak?” tanya Aluna dengan malas.

    “Kamu bapak hukum. Putari lapangan basket lima kali, setelah selesai langsung ke ruang Pak Cokro, minta surat izin.”

    “Mau hukum aja segala bawa kiamat. Nggak jelas,” ucap Aluna yang kemudian berlalu pergi.

    Sesampai di lapangan basket, Aluna sama sekali tidak melakukan apa yang disuruh Pak Aryo. Aluna malah mengambil bola basket dan memainkannya. Namun, disaat Aluna sedang asik bermain sendiri. Tiba-tiba ada yang melempar bola basket tepat ke arah bola Aluna yang hampir saja masuk ke dalam ring.

    Aluna mendengkus kesal dan menoleh ke arah Nada yang berdiri tidak jauh darinya. Nada berjalan mendekati Aluna lalu tersenyum sinis. Aluna menghela napas dan menoleh ke arah samping.

    “Cukup menarik, buat anak baru yang memecahkan rekor sebagai new troublemaker. Is the best.” Nada berjalan memutari tubuh Aluna, dan berhenti di depannya.

    “Apa maksud lo?” Aluna menyilangkan kedua tangannya di depan dada, seakan dia menantang Nada dalam segala hal.

    “Ini lingkungan gue, dan gue nggak suka ada sampah yang mengotorinya,” jelas Nada menatap Aluna dengan tajam.

    “Hem. Lo bener. Lingkungan sekolah ini emang penuh dengan sampah. Misalnya, ya lo sendiri,” ejek Aluna dengan senyum sinis. Nada terlihat menahan amarah dan mengepalkan tangannya.

    “Gue nggak suka sama anak baru yang sok berkuasa. Lo harus ikuti peraturan gue atau lo jadi budak gue!” Nada menarik tangan Aluna dengan kasar.

    Aluna mencoba melepaskan tangannya dari cekalan Nada. Namun, Nada malah berjalan mendekat dan menatap wajahnya dengan tajam, tanpa Aluna sadari dia pun membalas tatapan Nada. Entah kenapa mata Nada terlihat indah, begitu juga dengan bulu matanya yang lentik.

Alunan Nada [Completed]✓Where stories live. Discover now