Part 24 Kekuasaan Adalah Pedang

3.8K 168 0
                                    

      Pagi terbit dengan cepat, menyisakkan waktu dua belas menit sebelum tepat pukul tujuh. Aluna terlihat sedang gaduh di dalam kamar, dia membuang semua barangnya ke lantai, termasuk selimut dan bantal.

    “Bi! Ada nggak?” Teriak Aluna dari dalam kamar.

    “Di mesin cuci nggak ada non.” Bi Inah masuk ke kamar Aluna dengan berlari.

    “Haah, di mana sih? Kenapa bisa hilang.” Aluna mendengus kesal dan melempar buku di atas mejanya.

    “Non udah jam tujuh. Mending nona berangkat, nanti biar bibi yang cari kalungnya.”

    “Ya udah deh. Cari ya bi sampai ketemu.” Ucap Aluna sambil mengambil tasnya.

    Aluna berlari keluar dari dalam rumah sambil memakai dasinya dengan asal-asalan, setelah itu Aluna langsung masuk ke dalam mobil yang sudah di siapkan oleh pak Karto.

    "Pak, cepet!" Ucap Aluna sambil mengeluarkan ujung seragamnya dari dalam rok.

    Dua puluh menit kemudian, mobil hitam Aluna sampai di depan gerbang sekolah. Pak Karto hanya mengantar Aluna sampai depan gerbang karena gerbang sudah di kunci oleh security. 

    "Pak buka gerbangnya." Aluna berdiri di depan gerbang dengan memohon pada pak Sodrin.

    "Maaf mbak, kata ibu Ajeng kalo mbak Aluna telat lagi bapak di suruh nggak bukain gerbang." Ucap pak satpam.

    "Saya cuma telat lima belas menit! Bukain gerbangnya pak."

    "Buka gerbangnya!" Ucap seseorang dari arah belakang Aluna. Aluna berbalik dan mendapatkan Nada yang tengah berdiri di belakangnya.

    "Iya mas, sebentar." Pak Sodrin keluar dari posnya dan membukakan gerbang untuk Nada.

    “Silahkan mas." Pak Sodrin memberikan jalan kepada Nada.

    Setelah gerbang terbuka, Nada segera berjalan masuk. Aluna pun ikut masuk, namun saat kaki Aluna baru saja melangkah mendekati gerbang, pak Sodrin kembali mencegat Aluna.

    "Eitts, mbak Aluna tetep nggak boleh masuk, ini perintah dari ibu Ajeng. Bapak nggak mau di marahi." Pak Sodrin melentangkan kedua tangannya di depan Aluna.

    "Persetan. Emang siapa Ajeng? Biarin gue masuk goblok." Bentak Aluna kepada pak Sodrin. Aluna merasa tidak ada keadilan, Nada telat namun boleh masuk, sedangkan dia tidak boleh.

    "Saya waka di sini, kenapa? Berkali-kali saya peringatkan, ibu tidak suka dengan murid yang suka terlambat." Ibu Ajeng muncul dari arah belakang pos security dengan wajah tegas dan tangan yang di silangkan di depan dada. 

    "Dia juga telat, tapi kenapa boleh masuk?" Ucap Aluna sambil menatap ke arah Nada.

    “Dia siswa lama di sini. Meski dia terlambat, tapi dia tidak membuat keribuatan sesering kamu.” Ucap ibu Ajeng dengan angkuh.

    “Ini namanya nggak adil. Saya juga siswi di sini! Saya bisa laporin ke ketua yayasan.”

    “Silahkan laporkan saja. Ibu tidak takut.” Ibu Ajeng menatap Aluna dengan remeh.

    “Izinkan dia masuk. Kita berangkat bareng.” Ucap Nada dengan wajah datar. Ibu Ajeng tersenyum simpul lalu menutup pintu gerbang tanpa mau mendengar ucapan Nada.

    Nada berjalan mendekati ibu Ajeng lalu menarik gerbangnya dan berjalan keluar dari sekolah. Ibu Ajeng menatap Nada dengan kesal, dia sudah memberi kesempatan agar Nada masuk sekolah hari ini, tetapi dia malah memilih untuk keluar.

Alunan Nada [Completed]✓Where stories live. Discover now