Part 18 Dasar Pecundang

4.2K 206 2
                                    

          Siang ini Nada tengah berjalan di lorong belakang sekolah bersama Adam dan Leon. Mereka baru saja menyelesaikan hukum membersihkan taman belakang sekolah, karena mereka terlibat kelahi dengan teman beda kelas mereka. Mereka bertiga terlihat lelah, apa lagi bekas perkelahian masih membekas di muka mereka.

    "Kantin yuk. Laper gue, nanti cacing perut gue pada mati." Adam memegang perutnya sambil meringis.

    "Kalo cacing lo mati, lo juga ikut mati begok!" Timbun Leon.

    "Gue mau ke kelas." Nada berjalan pergi meninggalkan Adam dan Leon.

    "Bos itu kenapa sih? Akhir-akhir ini beda banget, jadi penyendiri noh orang." Adam menatap punggung Nada yang mulai hilang di lorong-lorong.

    "Mungkin karena pekerjaannya. Ayo katanya mau ke kantin." Leon merangkul Adam.

    "Ya ayo.”

    Saat Adam dan Leon berjalan di koridor, mereka tidak sengaja bertemu Nadin dan Kinar yang baru saja dari ruang komite.

    "Hai Nadin, Kinar!" Sapa Adam dengan senyum, namun Nadin dan Kinar hanya menatap Adam dengan sinis lalu berjalan pergi meninggalkan dua cowok itu.

    "Cuek amat sih? Di goda sama pangeran nggak mau." Ucap Adam setelah Nadin dan kinar pergi.

    "Nggak usah mulai deh. Lo yang deketin cewek, tapi gue yang malu." Leon menarik Adam, menjauh dari Nadin dan Kinar.

    "Gue lagi berusaha. Tapi gimana gue bisa dapetin pacar kalo lo selalu nempelin gue." Ucap Adam dengan kesal, sedangkan Leon merangkul Adam dan memiting leher Adam.

    "Mending lo tuh deketin Agnes, cantik, seksi, feminim lagi." Leon melepas pitingannya dan membiarkan Adam bernafas.

    “Sakit gila, gue bisa mati! Mending gue deketin Aluna daripada Agnes. Gue nggak mau keluarga gue malu gara-gara pacaran sama anak koruptor." Ucap Adam sambil mengusap lehernya.

    “Yang koruptor itu bokapnya, bukan Agnes.”

    “Sama aja. Males gue jalan sama lo. Yang ada gue mati.” Adam berjalan meninggalkan Leon sambil memegangi lehernya.

    Setelah Leon dan Adam pergi meninggalkan koridor. Agnes terlihat berdiri di dekat tangga, ternyata dia mendengar semua pembicaraan Leon dan Adam. Agnes sangat malu, karena hampir semua teman sekolahnya sudah tahu jika papanya telah korupsi di perusahaan Nada.

    "Ini semua gara-gara lo Aluna. Gue bakal buat lo menderita, lo udah mempermalukan gue di hadapan anak-anak, dan gue nggak rela Nada lebih milih lo." Ucap Agnes yang kemudian berjalan menaiki tangga.

**AlNa**

    Jam istirahat kedua berbunyi. Aluna terbangun dari tidurnya dan menatap ke arah teman-teman sekelasnya. Dia meregangkan tangannya sambil menguap.

    “Luna, kantin yuk.” Daren duduk di samping Aluna. Aluna menatap Daren dengan datar.

    “Nama gue Aluna.” Ucap Aluna dengan datar.

    “Iya, Luna itu nama panggilan lo khusus buat gue.” Ucap Daren dengan senyum lebar. Aluna memutar bola matanya malas lalu mendorong Daren untuk menjauh.

Alunan Nada [Completed]✓Where stories live. Discover now