Part 19 Fitnah dan Pukulan Bola

4.1K 202 1
                                    

        Nada baru saja sampai di parkiran sekolah bersama teman-temannya, biasanya Nada berangkat jam tujuh, namun hari ini dia bangun lebih awal dan memilih berangkat bersama teman-temannya. Empat motor dan satu mobil itu pun berhenti di parkiran sekolah.

    Nada keluar dari dalam mobil dengan gaya elegan, raut wajah datar dan tatapan mata yang tajam. Teman-temannya yang lain juga terlihat keren dengan motor mereka masing-masing. 

    "Guys, kantin yuk! Laper nih, gue belum sarapan." Ajak Jefri yang berjalan paling depan.

    "Yok, gue juga belum sarapan." Adam merangkul Jefri dengan semangat.

    Mereka berlima pun berjalan ke arah kantin. Anak cewek-cewek yang melihat deretan cowok-cowok tampan itu hanya bisa tersenyum dan terdiam di tempat. Meski sudah dua tahun lebih Nada dan teman-temannya sekolah di SMA ini, tapi Nada masih tetap menjadi most wanted.

    "Hai cewek." Sapa Adam kepada cewek-cewek yang sedang duduk di bangku kantin.

    Saat ini, mereka berlima sudah duduk di dalam ruang paling pojok. Sebenarnya dulu tempat itu adalah kantin, tapi sekarang tidak ada yang menjaga, jadi mereka gunakan menjadi tempat makan pribadi.

    "Nad, bibir lo kenapa? Lo berantem?" Jefri mengamati sudut bibir Nada yang sedikit lebam.

    "Kena samsak." Ucap Nada. Mereka tau jika Nada berbohong, tapi mereka memilih diam dan tidak ikut campur dengan masalah pribadi Nada.

    Pulang sekolah kita ke base camp ya? Ada yang harus kita bahas tentang anak Artos. Ucap Rehan yang membuat Jefri langsung menampakkan wajah kesalnya. 

    "Ada masalah apa lagi?" tanya Nada dengan cuek.

    "Edo temuin gue tadi malem waktu pulang dari sirkuit. Dia bilang kalo ada anak SMA sini yang buat rusuh di SMA Barawijaya. Tadi malam gue mau konfirmasi di grup, tapi gue nggak mau ganggu anak-anak yang lagi belajar." Ucap Rehan yang membuat mereka menatapnya dengan serius.

    "Wah udah parah kalo ini nih. Pasti si Alfa kampret, dia kan baru kalah taruhan sama Erik." Jefri menggebrak meja.

    "Bukan. Edo bilang, orang itu cewek. Pakai masker." 

    "Cewek?" tanya Adam dan Jefri bersamaan.

    "Katanya dia bawa anak buah dan warung depan sekolahnya juga ikut hancur." Ucap Rehan lagi yang membuat anak Evalor menjadi curiga pada satu orang.

    "Kenapa gue jadi inget Aluna, secara cuma dia yang sering buat masalah." Ucap Leon yang mendapatkan tatapan mata dari keempat sahabatnya.

    "Ya nggak mungkin lah, masa bebeb gue sih? Lagian dia baru di Jakarta. Emangnya kurang buat onar di sekolah sendiri, terus cari war di sekolah lain." Tegas Jefri, karena tidak terima jika Aluna di sebut sebagai tersangka.

    "Kumpulkan semua anak cewek pulang sekolah, kita cari tahu siapa orang itu." Perintah Nada dan di setujui oleh teman-temannya.

    Di saat mereka sedang membicarakan rencana sepulang sekolah, tiba-tiba pak Didit menggerebek mereka yang sedang asik nongkrong di dalam kantin. 

    "Kalian ini bukannya masuk ke kelas malah asik-asikan ngobrol di sini. Kalian semua kembali ke kelas, atau bapak hukum lari putari lapangan dua puluh kali?" Ancam Pak Didit.

    Ke kelas pak. Ucap Adam. Mereka berlima pun segera berjalan menuju kelas dan meninggalkan pak Didit yang saat ini berjalan menuju meja kantin dan memesan makanan.

    Buk, sotonya satu. Lain kali kalo ada geng mereka, jangan di kasih makanan. Mereka selalu kekenyangan dan tidur di kelas. Ucap pak Didit, dan ibu kantin hanya menganggukkan kepala.

Alunan Nada [Completed]✓Where stories live. Discover now