Part 15 Terima Aja Jadi Budak Gue

4.7K 220 2
                                    

        Matahari terbit dari arah timur, di ikuti oleh semburat oren dan cahaya pagi yang berpendar di sela-sela gedung pencakar langit. Waktu ini, detik ini, saat semua orang tengah berlomba memadati jalan untuk berangkat bekerja dan sekolah. Aluna masih saja enak-enakan tidur di kamarnya yang lebih cocok di sebut kapal pecah.

Tok.. Tok..

    "Siapa sih? Berisik! Gue masih ngantuk." 

    Aluna berteriak dan menutupi wajahnya dengan selimut setelah mendengar ketukan pintu yang keras. Pintu pun terbuka dan membuat suara nyaring akibat gesekan pintu dan lantai. Seseorang itu melangkah masuk dan menimbulkan suara langkah kaki yang membuat tidur Aluna kembali terusik.

    "Gue tunggu di bawah, lima belas menit lagi." Aluna membuka lebar matanya setelah mendengar suara bariton cowok di dalam kamarnya.

    Aluna terbelalak ketika melihat seseorang berdiri di depan kasurnya dengan badan tegap. Aluna mengucek matanya beberapa kali untuk memastikan jika dia hanya salah melihat, namun ternyata pengelihatannya masih normal.

    "Lo ngapain di sini? Lo jangan macem-macem sama gue." Aluna menyeret selimutnya untuk menutupi tubuhnya yang masih berbaju lengkap.

    "Gue nggak ngapa-ngapain lo. Kalo pun gue ngelakuin itu gue nggak bakal ngelakuin itu di kamar lo, tapi di kamar gue." Ucap Nada dengan senyum tipis.

    "Sakit jiwa lo!" Ucap Aluna dengan wajah memerah karena menahan marah.

    "Lima belas menit buat siap-siap. Gue tunggu di bawah." Ucap Nada yang kemudian keluar dari kamar Aluna sambil menutup pintunya.

    "Gue nggak suka lo atur, setan!" Aluna berdecak kesal dan membuang selimutnya ke lantai.

    Aluna bangun dari atas tempat tidur, dan memasuki kamar mandi dengan kaki yang sedikit pincang akibat terkilir kemarin. Setelah selesai mandi dan bersiap-siap, Aluna segera turun ke bawah untuk menemui Nada. Dari atas tangga, Aluna dapat melihat jika Nada dan bi Inah sedang mengobrol santai.

    "Eh, non Aluna sudah siap? Ini mas Nada sudah tunggu!" Ucap bi Inah saat melihat Aluna berdiri di bibir tangga.

    "Ya, ya, ya. Bi, papa nggak pulang?" Aluna mengehampiri bi Inah yang sedang duduk bersama Nada.

    "Itu non, tuan sekarang lagi di Bogor, ke rumah oma." Ucap Bi Inah dengan gugup, bi Inah takut jika Aluna akan marah-marah seperti biasanya.

    "Oh." Ucap Aluna dengan singkat.

    Aluna menatap ke arah kaca rumah dengan sendu. Aluna tahu, saat ini mama dan papanya sedang di Bogor untuk membicarakan tentang perceraian mereka pada oma. Semoga saja oma bisa membuat mereka kembali rujuk.

    “Gue mau ambil botol minuman gue. Tunggu di sini.” Ucap Aluna pada Nada. 

    Aluna melirik Nada dengan datar, lalu berjalan menuju dapur. Sebenarnya Aluna sama sekali tidak mau mengambil minum. Tapi itu hanya sebagai alasan suapaya Aluna bisa melarikan diri dari Nada. Sesampainya di dapur, Aluna segara berjalan keluar melalui pintu belakang.

    "Non, mau berangkat?" Pak Karto tiba-tiba mengageti Aluna yang sedang mengendap-ngendap.

    "Shut. Iya pak, ayo berangkat." Bisik Aluna, namun pak Karto belum juga mengerti maksud Aluna dan tetap berbicara dengan keras.

    "Eh, tapi non. Tadi mas Nada nyuruh bapak nggak panasin mobil, katanya nanti non Aluna mau bareng sama mas Nada." Ucap pak Karto yang membuat Aluna kesal.

Alunan Nada [Completed]✓Where stories live. Discover now