Part 2 Hukuman Pertama

7.6K 321 7
                                    

   Aluna berjalan menaiki tangga dan berhenti tepat di depan pintu kelasnya

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

   Aluna berjalan menaiki tangga dan berhenti tepat di depan pintu kelasnya. Dia membuka pintu itu, tapi tidak ada orang di dalam kelas. Aluna melihat jam tangannya, pukul delapan tepat. Tidak mungkin dia berangkat terlalu awal, kecuali jika hari ini libur.

    “Neng,” panggil seseorang menyentuh pundak Aluna dari belakang. Aluna terkejut lalu menoleh ke arah belakang.

    “Siapa lo?” tanya Aluna sambil mengunyah permen karetnya.

    “Neng murid baru di dieu? Mamang belum pernah lihat neng sebelumnya,” ucap laki-laki yang berpakaian tukang kebun.

    “Orang-orang ke mana?” tanya Aluna dengan wajah datar.

    “Saya Mang Diman, petugas kebersihan di dieu. Anak kelas dua belas ada di ruang Aula baru, ada pidato dari kepala sekolah. Mending neng nyusul aja ke sana,” ucap Mang Diman dengan senyum.

    Setelah mengetahui hal itu. Aluna berlalu pergi meninggalkan Mang Diman yang terlihat menggeleng-gelengkan kepala.

    “Eleh-eleh barudak jaman sekarang. Eunte aya sopan-sopannya,” gumam Mang Diman.

    Setelah Aluna berjalan menelusuri koridor, dia terhenti tepat di depan pintu ruangan yang bertuliskan Aula. Aluna tersenyum, lalu membuka pintu Aula itu dengan kasar. Semua orang yang berada di dalam Aula mendadak menatap ke arah pintu dan menatapnya. 

    Aluna masuk ke dalam Aula sambil mengunyah permen karet, semua orang dibuat tertegun dan melongo dengan penampilan Aluna yang seperti preman pasar. Terlebih sekumpulan anak-anak cowok yang duduk di kursi belakang.

    “Siapa nama kamu?” tanya kepala sekolah. Aluna mengabaikan pertanyaan kepala sekolah dan langsung menduduki kursi kosong di bagian depan.

    “Aluna. Kenapa kamu tidak menjawab pertanyaan Pak Yudha?” tanya ibu Ajeng dengan tegas.

    “Udah ibu jawab. Harus saya ulang?” tanya Aluna dengan datar.

    “Sudah tidak apa-apa. Aluna, kenapa kamu telat?” tanya kepala sekolah.

    “Rumah saya kebanjiran, Pak, saya perlu rakit buat sampai ke jalan raya,” ucap Aluna dengan bohong. Kepala sekolah mengernyitkan dahi setelah mendengar jawaban Aluna yang terdengar seperti gurauan, padahal Pak Yudha tahu jika Aluna adalah anak orang kaya.

    “Baiklah bapak akan memaklumi karena kamu siswa baru. Namun, besok pakaian kamu harus rapi dan jangan terlambat lagi,” kata Pak Yudha yang kemudian memulai kembali pidatonya, sedangkan Aluna malah tersenyum sinis dan menatap pak Yudha dengan tajam.

Alunan Nada [Completed]✓Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu