Story Tonight

7.5K 545 32
                                    

Mia melangkah, memasuki pekarangan rumahnya saat malam hampir menjelang, meninggalkan senja yang warnanya mulai pudar. Dia terlambat sampai, karena selepas pulang dari kampus, dia menyempatkan diri untuk membeli makanan cepat saji. Dia malas memasak, tubuh dan otaknya terlalu lelah karena kesibukan yang memadat belakangan ini. Tapi sesampainya di ambang pintu, dia justru mengerutkan kening karena menyadari lampu ruangan depan menyala. Aneh. Padahal tidak ada yang bisa menyalakannya, kecuali ... apa jangan-jangan Jungkook sudah pulang?

Menyadari ada kemungkinan yang manis, tanpa sadar jantungnya berdebar lebih kencang. Dengan semangat, dia memutar knop pintu. Gotcha! Tidak terkunci. Jadi benar, Jungkook sudah pulang?

"Bunny? Are you there?" Mia melangkah tak sabaran setelah memasuki rumah yang ditempatinya bersama Jungkook. "Bunny?" Rasa rindunya membuncah saat mencium parfum yang biasa dipakai oleh pria bermarga Jeon itu.

"Jungkook—"

"Miss me, Honey?"

Satu pelukan dan juga kecupan hangat diberi tanpa ada yang meminta. Mia terpaku di tempat, membiarkan pria yang tadinya bersembunyi entah di mana memeluk dengan erat dari belakang. Tuhan ... dia benar-benar merindukan lengan ini.

"Jeon ...."

"Eum?"

"Nakal."

"Eh?"

"Kau nakal." Mia memukul lengan yang memeluk, membuat pria di belakangnya meringis kaget. "Kenapa tidak bilang kau pulang ke rumah, huh?" tanya wanita bersurai lurus itu setelah memutar tubuhnya menghadap ke Jungkook.

"Kenapa? Tentu saja karena aku ingin memberikan kejutan untukmu. Bagaimana? Kau senang?" Jungkook menggoda, tampaknya senang melihat Mia merajuk sedemikian manis. Gemas, dicubitnya pelan hidung sang pujaan hati.

"Mm, aku senang. Bogoshipoyo ...." Mia merangkulkan tangan ke leher Jungkook yang terkekeh. Jarak mereka berkurang semakin banyak, menimbulkan rasa hangat yang menjalar ke seluruh tubuh.

"Oh, ya. Bagaimana praktekmu tadi?" Sambil merapikan rambut wanitanya yang agak berantakan, Jungkook bertanya. Jujur saja, dia penasaran dengan hasil praktek mengajar istrinya. Karena ... yah, ini pertama kalinya Mia tampil sendirian di depan kelas. Sepanjang hari dia memikirkan, apa semuanya lancar? Apa Mia gugup? Apa Mia mengingat semua apa yang ingin dijelaskan? Dan lain-lainnya.

"Hmm ... prakteknya lancar. Syukurlah. Meski masih banyak kekurangan, tapi ini sudah cukup bagus untukku yang baru pertama kali." Mia tersenyum riang, meyakinkan Jungkook atas yang diucapnya barusan.

"Baguslah. Aku yakin kau pasti bisa."

"Thank you."

Mia tertawa, membuat Jungkook mau tak mau ikut memamerkan suara tawanya yang khas. Dan lagi, dengan gemas dia mencubit hidung wanita itu. Setelah berpisah seperti ini, rasanya dia jadi tidak ingin menjauhkan diri dari Mia lagi. Dia ingin menghabiskan waktu bersama sang Ratu.

"Mia."

"Heum?"

"Panggil namaku, Sayang."

"Panggil namamu? Untuk apa?" Mia tertawa bingung. Tidak biasanya Jungkook meminta seserius ini hanya untuk dipanggil namanya.

"Panggil saja."

Hening beberapa saat.

"Jeon ... Jungkook?"

Tepat setelah kata terakhir diucap, mata kelinci yang dipunya oleh Jungkook meredup. Napasnya terembus berat, memberi uap panas ke wajah wanita yang ada di depan. Mia meneguk ludah, paham benar apa yang diinginkan oleh suami yang mulai menghapuskan jarak di antara mereka.

"Tidak-tidak." Mia menahan bibir Jungkook yang sedikit terbuka, membuat pria Jeon itu mengerutkan kening.

"Kenapa?" Jungkook sedikit tersinggung, nada suaranya gusar. Tidak biasanya Mia menolak ciuman seperti ini.

"Karena seharusnya aku yang melakukan hal itu duluan."

"Eh?"

"Welcome home, Daddy."

Jungkook melangkah mundur secara bertahap saat Mia mulai mengintimidasi gerakannya. Wanita itu terlihat penuh godaan, dimulai dari caranya menatap, hingga usapan di tengkuk yang membuat tubuh meremang karena begitu menggoda hasrat yang selama beberapa hari terakhir tidak tersalurkan dengan baik agar muncul ke permukaan.

"Mia ...."

"Hmm, Daddy?"

"Sejak kapan kau semenarik ini, huh?" Jungkook tersenyum penuh arti saat akhirnya gerakan intimidasi Mia membawanya ke ujung ranjang. Dia terduduk di tepi tempat tidur, sedang Mia masih berdiri dengan bibir mengukir senyum misterius. "I like it," ucapnya lirih sambil menatapi istrinya yang tampak cantik dengan busana sederhana.

"You like it?" Mia melirik ke bawah, kemudian mendudukkan diri dengan paha Jungkook sebagai kursinya. Tak ketinggalan, tangannya kembali melingkar di leher sang pria. Sungguh penuh godaan.

"Mm, aku suka ini. Kau penggoda terbaik," puji Jungkook sembari menyentuh pinggang istri dan sekaligus mengusapi pipi yang mulus. "Kau benar-benar cantik, Min Areum."

"Oh, benarkah?" Sebelah tangan Mia turun, memainkan kancing kemeja suaminya—dan sesekali juga mengusap dada bidang si pria Jeon. "Terima kasih, Tuan. Pelayanan penuh untuk Anda malam ini." Dia tersenyum miring.

"Woh ... kau benar-benar yang terbaik,"—Jungkook mendesis—"aku jadi tidak sabar."

"Lalu?"

"Minikuki-ya ... Daddy akan menemuimu, Sayang. Persiapkan dirimu dengan baik, ya? Dan jangan bertingkah macam-macam, nanti Eomma jadi sakit."

Mia tertawa, rasa ingin menggodanya hilang karena Jungkook yang dengan sengaja mengusap perutnya yang sudah lebih ketara dari sebelumnya. Ya Tuhan ... kenapa Jungkook sangat manis di saat sekarang? Meski mesumnya tidak hilang.

"Areum."

"Eum, ya?"

"Tanganmu menganggur, 'kan? Bisa kau bukakan baju dan ikat pinggangku, Sayang?"

Nah, jika sudah begini, apa lagi yang bisa dilakukan Mia kecuali mengangguk dan melaksanakan perintah dari Jungkook; sebelum akhirnya terkurung pasrah di antara tubuh tegap yang siap memberinya kepuasan. Ya, malam ini akan penuh dengan erangan panas, kalimat penuh desahan dan embusan napas yang terengah lelah. Malam yang melelahkan, tapi juga menyenangkan untuk pasangan sah yang dirundung rindu seperti mereka.

***

"Mi, boleh kutanya sesuatu?"

"Boleh. Tentang apa?"

Mia mendongak, menatap suaminya yang bertanya. Sisa-sisa keringat masih terlihat di kening pria yang baru saja berkerja keras itu. Kulit mereka yang tak tertutupi pakaian, bersentuhan di balik selimut putih terasa lengket karena keringat yang tadinya membasahi tubuh. Jungkook menarik napas, balas menatap sang istri yang cantik dengan semu merah di pipi.

"Uang tujuh juta yang kuberikan ... kau pakai untuk apa?"

Mata cokelat kepunyaan Mia mengedip, kaget ditanya oleh Jungkook secara tiba-tiba. "Eng ... itu ... kupakai untuk ... belanja," jawabnya sepotong-potong.

"Belanja? Bukannya kemarin kau bilang itu berhubungan dengan pakai—"

"Boleh tidak kita tidur sekarang? Aku mengantuk."

Jungkook menyipitkan mata, menatap curiga pada Mia yang sekarang mengatupkan bibir dengan imut. Perlahan, diusapnya punggung wanita Jeon itu hingga menyebabkan gelisah dan panas sekaligus. "Kenapa dirahasiakan segala, hmm? Kau mau kuhentak lagi?" ucapnya lirih penuh godaan.

"Jeon ...."

"Dari suaramu, kuanggap itu iya."

"Kookie—"

"Besok kau libur, 'kan? Jadi, tolong layani suamimu dengan baik untuk malam ini, Sayang."


-FIN-


**Jangan lupa tinggalkan jejak ya :*

[Jungkook x Mia]Where stories live. Discover now