To Wait You

6.4K 551 35
                                    


Mungkin kalian tidak tahu. Tapi akhir-akhir ini, Jungkook dan Mia sedikit merenggang. Ah ... merenggang bukan dalam artian buruk. Hanya saja mereka sekarang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Mengerti, 'kan? Mia sibuk dengan kuliahnya, Jungkook sibuk dengan grubnya. Tapi mereka tetap berkomunikasi, walau hanya beberapa menit dalam sehari. Tentang kebiasaan Jungkook datang ke rumah Mia ... yah, begitulah. Sulit rasanya pria itu untuk meluangkan malam—karena ia lebih banyak di dorm dan berlatih di sana.

Jangan tanya apakah Mia kesepian atau tidak, karena jawabannya pasti 'iya'. Gadis bermata sipit ini terus-terusan murung. Dia merindukan Jungkook, sangat-sangat merindukannya. Tapi, yang bisa dilakukannya hanya memandangi foto sang kekasih yang bertebaran di media sosial. Terlihat sangat menyedihkan untuk orang yang memiliki pasangan. Tapi ... ya sudahlah. Ini resiko yang harus ia tanggung.

Seluruh fanfiction yang biasa ditulis, sekarang terbengkalai begitu saja. Semangat gadis bermarga Min ini seolah menghilang entah kenapa. Dia kehilangan ide, juga mood dan segala hal yang berhubungan dengan tulis-menulis. Bahkan ia sendiri menyadari bahwa kemampuan menulisnya menurun sangat drastis. Penyusunan kalimat dan sebagainya, itu sangat kacau. Membuat rasa frustasinya makin menjadi.

Dan hari ini—untuk yang kesekian kalinya—Mia menggeram marah karena lagi-lagi-lagi dan lagi ... ia tak bisa menulis apapun. Padahal sudah satu jam ia datang ke rumah Hyun Soo—kakak angkat Jungkook selain Sunhee. Tapi, baru selesai beberapa kalimat, ia sudah tak tahu harus melanjutkan apa. Menyebalkan, bukan? Iya, dia tahu, ini penyakit yang biasa terjadi pada author. Tapi, rasanya keterlaluan karena writerblock terus menyerangnya selama berhari-hari. Apakah ada yang salah?? Sepertinya banyak.

"Mia?"

Gadis bermarga Min itu mendongak, menatap lesu ke Hyun Soo yang baru datang. Gadis cantik itu duduk di sofa, lalu mengusap-usap rambut kekasih adik angkatnya. Mia yang duduk di lantai, seketika menelungkupkan wajah ke meja.

"Eonni ... aku rindu Jungkook," gumamnya sambil menekan-nekan keyboard secara sembarangan. Menciptakan denting piano dari aplikasi yang ia buka.

"Jungkook sedang sibuk."

"Dia selalu sibuk."

Menarik napas, Hyun Soo pun ikut duduk di samping Mia. Dipandanginya wajah murung sang gadis yang sudah dianggapnya seperti adik sendiri. Sebagai wanita, ia mengerti benar bagaimana perasaan Mia untuk saat ini. Dan lagi, Jungkook juga mengatakan hal yang sama tempo hari. Mereka berdua saling merindukan, tapi sangat sulit untuk bertemu karena kesibukan masing-masing.

"Jika dia tak sibuk, aku yang sibuk. Jika aku tak sibuk, dia yang sibuk. Kenapa begitu?" keluh Mia untuk kesekian kalinya.

"Itulah cobaan yang harus kalian lalui."

"Tapi—"

"Bukannya kalian juga pernah mengalami ini? Lalu, kenapa khawatir?"

Mia terdiam, suara dentingan piano juga berhenti. Gadis ini menumpukan dagu, lalu memandang kosong. Bayangan senyum sang kekasih hadir di mata, menciptakan ruang rindu yang semakin melebar. Iya, dia memang pernah mengalami hal ini sebelumnya. Tapi kali ini berbeda. Dia sangat-sangat-sangat merindukan Jungkook, entah kenapa.

"Dia juga merindukanmu."

Mia menahan napas, hatinya sesak. "Aku tahu ... dia selalu mengatakannya."

"Lalu, apa yang ingin kau lakukan?"

Gadis Min itu menggigit bibir, matanya yang panas sangat menyebalkan. Menunduk, bulir bening itu pun jatuh menetes. Hatinya penuh oleh rasa rindu. Rindu pada kelinci yang selalu ia bully, tapi juga disayang dengan segenap perasaan. Rasa ini menyakitkan, juga menyesakkan. Sadar tak sadar, isakannya terdengar. Ia merindukan Jungkook ... sangat.

"Hei ... kenapa malah menangis?" tanya Hyun Soo pelan, sekaligus memeluk tubuh Mia dengan penuh perhatian.

"Aku ingin bertemu Jungkook ... aku rindu dia ...." Mia sempurna terisak. Tangannya memegang erat pakaian Hyun Soo, seolah jika tidak begini, ia tak akan mampu untuk bertahan.

"Tunggu sebentar!" ucap Hyun Soo setelah ia terdiam beberapa saat. Diambilnya ponsel di saku, kemudian menekan sebuah kontak sebelum akhirnya benda persegi itu ditaruhnya ke meja. Mia masih terisak, sedangkan ia sendiri berharap-harap cemas saat nada panggilan telepon terdengar.

"Yeoboseo, Noona. Ada apa?"

Lega sudah hati kekasih Namjoon ini saat Jungkook mengangkat panggilannya. Gadis ini melirik pada Mia yang menghentikan tangis. Ia tersenyum, kemudian mengusap rambut sang adik yang menatap ke arahnya.

"Aku sedang bersama Mia. Dia menangis karena merindukanmu," ucap Hyun Soo sejujurnya.

Suara tarikan napas terdengar. "Dia menangis lagi, karenaku." Lemah, Jungkook berucap. Rasa bersalah terlihat jelas dari nada suaranya. Mia ingin bicara—ia tak ingin Jungkook menyalahkan dirinya seperti ini. Tapi, semua tertahan saat Hyun Soo memintanya diam.

"Ada yang ingin disampaikan, hmm?"

Mia ingin protes atas pertanyaan Hyun Soo pada Jungkook. Kenapa tidak dia saja yang langsung bicara? Kenapa harus disampaikan seperti ini? Sebenarnya, apa yang tengah direncanakan oleh kakak angkatnya itu?

"Mia ... Min Areum ... kesayanganku." Jungkook buka suara, tercekat saat memanggil nama lengkap kekasihnya. "Aku merindukanmu, sangat merindukanmu. Aku tahu, kau memang selalu mengerti kesibukanku. Tapi, kau juga merasa sesak setiap kali harus memahami itu, 'kan? Selama ini, kita tak bisa seperti yang lain. Jalan-jalan secara bebas, bercengkrama di cafe atau taman, atau melakukan hal lain seperti yang biasa orang lain lakukan. Aku tahu kau menginginkannya, tapi tertahan karena posisiku. Dan sekarang ... aku juga tak bisa membalas chat-mu dengan cepat. Aku ... aku minta maaf, Sayang. Aku benar-benar minta maaf karena membuatmu masuk ke dalam lingkaran menyebalkan ini."

Mia tertunduk, mati-matian menahan agar isakannya tak terdengar. Hyun Soo menahan napas, menatap prihatin ke adiknya yang menangis. Sejenak, ia mengusap sudut matanya yang basah. Mendengar Mia dan Jungkook terlibat dalam suasana serius seperti ini, rasanya ia juga ikut merasakan bagaimana sesak yang ada di hati keduanya.

"Mungkin aku jahat karena meminta ini. Tapi, bisakah kau menahan semua rindu untuk beberapa hari ke depan? Aku juga akan menahan semua rinduku, jadi kau tak merasa sesak sendirian. Aku berjanji, jika ada waktu luang, orang pertama yang akan kutemui adalah dirimu. Tak peduli kau sedang ada di mana, aku pasti menemukan dan memelukmu dengan erat."

Habis sudah pertahanan yang dibangun oleh Mia. Ia terisak, teringat bagaimana Jungkook yang menemuinya di halte bus beberapa hari lalu, membuktikan bagaimana sayangnya pria itu padanya. Rasa rindunya menebal, namun juga tercampur dengan rasa lega karena ucapan sang kekasih yang cukup menenangkan. Ia mempercayai Jungkook, sangat mempercayainya.

"Mendengarmu menangis, aku juga ingin menangis," ucap Jungkook dengan lirih. Membuat Mia sesegukan dan berusaha keras agar tangisannya berhenti.

"Jangan menangis ... cukup aku saja yang menangis. Kau harus semangat, jadi semuanya bisa cepat selesai dan kita bisa bertemu." Mia terbata-bata saat berbicara. Ia tak ingin pria kesayangannya menjadi lemah karena hal ini.

"Iya, aku janji. Aku akan menyelesaikannya dengan cepat dan menemuimu," ucap Jungkook menenangkan. Walau ia sendiri tak tahu kapan hal ini akan selesai.

"Kookie ...." Mia memanggil, disambut dengan gumaman di ujung telepon.

"I love you, Bunny. Jangan lupa jaga kesehatanmu, aku tak ingin kau sakit. Kau harus sehat saat menemuiku nanti."

Mungkin Mia tidak tahu, tapi di sana—di tempat latihan—Jungkook tersenyum penuh syukur. Hatinya hangat oleh perhatian dan semua kalimat singkat yang Mia lontarkan. Ia memang tak pernah meragukan kasih sayang gadis kesayangannya itu.

"I love you too, my heart. Promise me, you'll wait."


-FIN-


**Yoiy! Kayak yang dicurhatin di awal, tatanan bahasa dan lain-lainnya kacau gara-gara lama gak nulis T_T Tapi, semoga ceritanya gak mengecewakan ya :') Ada kritik dan saran, jangan dipencam :) Thank you <3

[Jungkook x Mia]Where stories live. Discover now