I'm Your's

48.5K 2K 19
                                    

By : Mia 


-oOo-


-Jungkook POV-


Aku menggigil kedinginan di balik selimutku. Aish! Sialan! Kenapa malam ini dingin sekali? Jika yeoja di depanku ini, mungkin iya dia menyukai cuaca dingin seperti ini, dia kan selalu mengomel jika kepanasan. Ck! Tidak hanya sifatnya saja yang dingin, cuaca yang disukainya juga dingin. Tapi kenapa aku bisa suka dengan yeoja dengan sifat seperti itu?

"Kookie...."

Eh, tapi kenapa sepertinya kali ini ada yang berbeda? Ia meringis sambil memegangi kakinya, memukulnya pelan dan sesekali kuat.

"Kenapa?" Tanyaku pada Mia dengan heran.

"Kakiku sakit." Rintihnya sambil menggigit bibir bawahnya. Tangannya masih memukul-mukul kakinya, kuyakin, sebentar lagi ia pasti akan menangis karena kakinya.

Aku menghembuskan nafas, sepertinya penyakitnya jika cuaca dingin kembali, sakit kaki. Padahal dia sedang berada di tempat tidur—bersamaku—dan di sini tidak dingin sama sekali, tapi tetap saja penyakitnya datang. Akhirnya, aku membuka selimutku, mengangkatnya untuk duduk di pahaku dan kembali menyelimutkan selimut ke kami berdua.

"Jika sakit, jangan biarkan kakimu dingin." Ucapku sambil memeluknya erat. Menyalurkan kehangatan untuk tubuhnya yang dingin.

Dia diam, balas memelukku dan menyurukkan kepalanya ke dadaku. "Kakiku sakit...." Ucapnya lagi pelan.

Uuh... Sepertinya sifat manjanya kembali. Tapi tak apa, bukannya ini kesempatan untukku menyentuhnya? Ops! Hilangkan pikiran nakalmu, Jungkook!

Dengan pelan aku mulai memijat kaki dan pahanya, membuatnya terdiam dan tidak meringis lagi. Rasa panas karena selimut dan pelukannya mulai terasa, tapi, apakah dia merasakan ini?

"Lagi?" Tanyaku setelah berhenti memijat kakinya. Dia hanya diam, aku kembali memijatnya dan tetap memeluknya erat dengan satu tangan.

"Kookie...." Panggilan manja yang jarang kudengar terdengar. Aku memandangnya heran, ada apa dengan Mia malam ini?

Chu!

Aku mengerjab saat dia mengecup bibirku, tangannya pun mengusap pipiku dengan lembut. "Kookie manis, kesayangan Noona-Noona." Ucapnya asal, aku semakin keheranan dibuatnya.

"Kenapa tiba-tiba?"

"Aku kesal!" Rajuknya sambil memelukku dan menyandarkan kepalanya di leherku, mengecup pelan di sana, membuat darahku berdesir panas. "Shin Ya Eonni bilang dia menyukai wajahmu. Dia selalu memujimu, dan... Ah! Aku kesal mendengarnya yang terus-terusan menyebutmu manis, imut, tampan, menggoda, kelinci! Kaukan milikku!" Sambungnya lagi.

Sejenak aku terdiam, tapi kemudian tertawa kecil. Jadi dia cemburu, begitu?

"Woah... Sepertinya sikap posesif kekasihku mulai terasa." Godaku sambil menghentikan kegiatanku di kakinya dan berganti dengan mencolek hidungnya.

Dia mendecak, "Salahmu juga yang terlalu menggoda para Noona!"

Nah? Kenapa malah aku yang disalahkan? Hmm... Sepertinya dia ingin dikerjai, baiklah.

"Aku tidak menggoda, hanya mengeluarkan sedikit pesonaku kepada mereka. Siapa tahu ada yang bisa membuatku tergoda juga." Jawabku sambil terkekeh.

Dia memandang tajam ke arahku, oke, apa yang akan dilakukannya kali ini? Mengomeliku?

Tapi sepertinya perkiraanku salah, bukannya mengomel, Mia malah menarik tengkukku dan melumat bibirku. Lidahnya pun tidak mau kalah dalam andil memuaskan hasratku yang sudah terpacu sedari tadi. Kubalas ciumannya dengan tak kalah liar, selimut masih membungkus kami berdua, tapi tak lama segera terlepas karena Mia yang melepaskannya.

Aku tersengal saat Mia melepaskan ciumannya. Bibirnya yang memerah menggodaku untuk kembali merasakannya, tapi wajahku ditahan olehnya saat aku kembali akan menciumnya.

"Jangan harap kau bisa mendapatkannya lagi jika masih menggoda para Noona!" Ancamnya.

Aku tersenyum miring, memeluk pinggangnya dan membawanya berbaring, "Tapi aku bisa mendapatkannya, sayangku." Bisikku sambil mengusap pipinya.

"Dengan cara paksa? Lihat saja, aku akan benci padamu, Tuan Jeon!" Jawabnya tegas.

Aku mendekatkan wajahku ke lehernya, mengecupnya ringan lalu berbisik menggoda di telinganya, "Memangnya kau bisa membenci pria yang akan memberimu kepuasan ini, huh?" Kukecup cuping telinganya, sukses membuatnya mendesis kegelian.

Tanganku semakin berani menyentuh bagian tubuhnya yang lain, "Bahkan aku tahu titik-titik yang bisa membuatmu menyebut namaku bersama dengan desahan." Godaku lagi sambil menciumi wajahnya.

Hembusan nafasnya terasa berat, matanya berputar kebingungan, antara ingin berhenti dan melanjutkan. Jarinya bergerak gelisah di kasur yang diremasnya. Aku tersenyum puas, taktikku berhasil untuk mengerjainya.

Aku bangun, mengambil selimut yang dilepasnya tadi dan menyelimutkan ke tubuhnya. "Tidurlah, kau harus istirahat jika tidak ingin kakimu sakit lagi." Ucapku sambil mengusap rambutnya. Tidak ada gunanya melanjutkan, aku tidak ingin merusaknya. Cukup aku saja yang terus memikirkan keinginan gila ini.

"Tapi, Kook...."

"Tentang para Noona, tenanglah. Mau aku menebar pesona ataupun tidak pada mereka, aku ini tetap milikmu satu-satunya dan aku tidak akan bisa berpaling dengan mudah." Aku memotong untuk menenangkan kecemasannya.

Dia masih terdiam, aku kembali merundukkan kepala dan berbisik, "Lagipula jika aku melepaskanmu, maka tidak akan ada lagi yang bisa menggodaku seperti tadi." Godaku, sukses membuat wajahnya memerah karena malu.

Aku tertawa, mengecup pipinya lalu mengusap rambutnya. Sepertinya malam ini sudah cukup untukku mengerjai dan membuatnya malu. Tapi yang pasti, I'm your's, Babe.

-TBC- 

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang