One and Two

7.8K 627 77
                                    

Sebenarnya, Jungkook sudah lelah. Bukan lelah tenaga, melainkan lelah hati dan perasaan. Dari tadi, telinganya sudah pengang oleh suara Jimin yang menyanyikan Serendipity—tapi sepertinya Mia tidak begitu. Padahal jika dihitung-hitung, lagu ini sudah terulang puluhan kali sejak pagi. Alasannya, Mia suka semua yang terlihat di video. Entah, Jungkook harus bersikap bagaimana. Tapi yang pasti dia kesal, Mia lebih suka Jimin daripada dia, suaminya sendiri.

"Mia ... tidak bisakah lagu itu dihentikan?" Sebuah permintaan yang sangat berat akhirnya diucap oleh Jungkook. Sekarang jam dua siang, total sudah dua jam suara Jimin bernyanyi mengalun di rumah mereka. Sungguh, Jungkook tak bisa menahan lebih dari ini. Dia tidak suka istrinya mendengarkan suara pria lain. Egois? Oh, tidak. Dia hanya terlalu cemburu karena rasa sayang di hatinya tak lagi bisa diukur.

"Mia ...."

"Kenapa harus dihentikan?" Mia yang baru datang dari dapur dengan susu khusus ibu hamilnya bertanya polos pada Jungkook. "Suara Jimin manis. Aku suka," lanjutnya setelah menghabiskan hampir setengah isi gelas saat baru saja duduk di samping sang suami.

"Aku yang tidak suka." Jungkook bergumam dari tempatnya duduk di kursi makan. "Itu menyebalkan."

"Menyebalkan bagaimana?" Setelah menaruh gelas yang kosong ke meja, Mia mengganti posisinya jadi menghadap ke Jungkook. Ini memudahkannya untuk memandangi wajah yang tampan, seperti biasa.

"Ya menyebalkan. Kenapa juga kau harus tertarik dengan Jimin?" Pria Jeon itu jelas menggerutu. Jujur, tanpa ada yang ditutup-tutupi.

"Kupikir ... hal yang wajar jika tertarik pada hal yang bagus." Mia mengangkat bahu, "jadi, tidak perlu cemburu."

"Aku bukan cemburu, aku hanya—"

"Hanya apa? tidak suka? Cemburumu kelihatan jelas, tahu!" Mia mencebik, sengaja mengejek suaminya yang kehabisan alasan.

"Siapa juga yang tidak cemburu melihat istrinya memuja pria lain." Jungkook menggerutu, mengeluarkan isi hati yang terpendam sejak tadi. "Sampai-sampai suami sendiri diabaikan," lanjutnya dengan wajah yang terpalingkan ke arah lain.

"Eum ... lantas?" Wanita yang baru menginjak usia delapan belas itu melepas topangan tangan. "Kau mau tidak diabaikan, begitu?" Tangannya menyentuh leher Jungkook, dan perlahan mengusapnya dengan gerakan pelan.

"Godaanmu tidak mempan." Jungkook memasang wajah merengut. Dia tidak dalam mode ingin digoda, seharusnya Mia paham akan hal itu.

Mia menelan ludah, tidak menyangka godaannya ditolak mentah-mentah. "Kalau begitu, beritahu apa yang harus kulakukan." Dia bicara setelah Jungkook menghadapkan wajah ke arahnya.

"Satu, jangan terlalu sering mendengarkan suara Jimin. Dua, jangan terlalu sering memujinya. Tiga, jangan terlalu sering meliriknya. Empat, jangan terlalu dekat dengannya. Li—"

"Lima, aku milikmu."

Jungkook terkaget-kaget saat Mia merangkul lehernya hingga mereka saling jatuh bertindihan di sofa. Dan belum habis kekagetannya, sebuah kecupan sudah mendarat di leher yang terbuka. Jungkook menelan ludah, tubuhnya meremang karena sentuhan agresif seperti ini. Tapi untuk menolak, rasanya itu terlalu bodoh untuk dilakukan.

"Listen me, okay?" Mia memerintah dalam posisinya yang sejajar dengan Jungkook. "Satu, kau milikku. Dua, aku milikmu. Ketiga, jangan pernah ragukan dua hal yang tadi kusebutkan."

"Mia—"

"Aku suka kau cemburu, tapi aku tidak suka kau terlalu posesif. Aku—"

Satu kecupan mengakhiri semua ucapan. Jungkook menarik tengkuk wanitanya saat material lembut mereka kembali bertemu dalam sebuah lumatan yang cukup panas. Dia yang biasanya bertindak sebagai dominan, sekarang berpasrah diri menjadi seorang yang dinikmati. Tak ada penolakan sedikit pun, Jungkook benar-benar menyerahkan dirinya di tangan halus Sang Puteri.

Sentuhan baru berhenti saat Mia sedikit terpuaskan dengan bibir dan leher suaminya. Jungkook menarik napas dalam-dalam, mencoba meredam rasa panas di setiap aliran darah. Mata kelincinya menatap ke manik cokelat yang tetap menawan kapan pun dia memandang. Tangannya terulur, menyentuh lembut pipi yang terkasih.

"Aku posesif karena aku cemburu. Dan aku cemburu karena aku sayang denganmu, Jeon Areum. Aku tidak suka kau memuji pria lain di depanku. Aku juga tidak suka kau mendengarkan suara pria lain lebih sering dibanding suaraku. Itu membuatku seperti Raja yang kalah perang. Aku suamimu, Sayang. Bukan lagi sekedar kekasihmu."

Tak ada satu kata pun yang terucap. Mia bungkam dalam posisinya yang menaungi Jungkook. Hingga pria Jeon itu tersenyum lembut dan mengusap rambutnya pun, dia tetap tak menjawab. Entah tak bisa atau memang tak berniat menjawab, hanya dia yang tahu.

"Mia ...."

"Hmm?"

"Jangan terbebani jika aku posesif, ya? Tapi jika posesif ini sudah berlebihan, jangan ragu untuk menegurnya." Jungkook tersenyum sembari menyelipkan rambut istrinya ke belakang telinga, sengaja membuat agar lebih rapi dari sebelumnya.

"Jung."

"Ya?"

"Terbebani tidak jika aku meminta sentuhan saat ini juga? Aku ingin jadi milik suamiku tanpa cela meski hanya setitik."

Jungkook menjilat bibir, mencoba menyamarkan senyum yang tertoreh di sana. "Sebutkan, apa yang harus kulakukan sekarang? Hari ini, aku hanya ingin menuruti apa yang diinginkan Ratuku."

"Kookie ...."

"Ya, my magesti?"

"Sentuh aku, hingga yang tersisa di ingatan ini hanya namamu seorang."


-FIN-


**Jangan lupa tinggalkan jejak 😘

[Jungkook x Mia]Where stories live. Discover now