Midnight

7.9K 640 54
                                    

Malam merangkak semakin jauh, menemani derasnya hujan yang membasahi hampir seluruh bagian kota Seoul. Angin berembus dingin, sedikit banyak masuk melalui celah-celah sempit jendela yang tertutup. Kilat beberapa kali menerangi gelap, namun tak sekali pun suara petir terdengar. Jalanan sunyi, membuat para pemilik kios menutup usaha mereka lebih cepat.

Mia menarik napas panjang. Kamar yang seharusnya terasa hangat, sekarang mulai dingin. Selimut dirapatkan, berharap bisa mengusir dingin yang menguat. Di sampingnya, Jungkook tertidur pulas seolah tak peduli suara hujan yang nyaring. Tampaknya dia benar-benar kelelahan setelah perform—dia bahkan baru pulang jam sebelas, setengah jam sebelum hujan turun. Tak ada mandi, langsung tidur seperti anak kecil.

Pelan-pelan Mia menyingkap selimut, berniat untuk turun dari tempat tidur dan keluar kamar. Dia perlu sesuatu yang hangat, susu cokelat contohnya. Jika membangunkan Jungkook untuk meminta dipeluk, rasanya itu terlalu jahat, mengingat prianya seharian ini tak ada pulang ke rumah karena kesibukan comeback.

Tanpa menimbulkan suara, wanita yang mengubah marganya jadi Jeon ini keluar, meninggalkan suaminya yang masih dibuai indahnya mimpi. Ponsel tak lupa dibawa, berjaga-jaga jika terjadi yang tak diinginkan; mati lampu misalnya. Tapi di jalan menuju dapur, dia justru mengerutkan kening saat membaca sebuah pesan dari Jimin.

'Jungkook merindukanmu. Kuharap kau tidak lupa memberi pelukan padanya hari ini.'

Napasnya terembus berat. Belakangan ini mereka memang dekat. Jimin menjadikannya tempat mengeluhkan banyak hal, terutama soal perasaan. Dan sebagai balasannya, Jimin mengabarkan apa saja yang berhubungan dengan Jungkook, termasuk soal kerinduan seperti ini.

'Emm, tenang saja.'

Singkat dia membalas, sebelum akhirnya menaruh ponsel ke meja karena persediaan susu cokelat yang berada di rak atas. Rintik hujan mengenai atap terdengar nyaring, cukup memekakkan tapi juga menyenangkan dalam satu waktu. Tak ada tanda-tanda akan berhenti dalam waktu dekat. Tapi, itu bukan masalah. Ini tengah malam.

Lima menit berselang, secangkir susu cokelat sudah tersedia. Mia mengambil kembali ponselnya yang tergeletak di meja dan beranjak kembali ke kamar. Untuk saat ini, hanya di sanalah pilihan terbaik untuk mengurangi dingin.

"Dari mana?"

Sebuah sapaan segera terdengar saat pintu kamar baru dibuka. Tersenyum canggung, dia mendekat ke Jungkook yang bahkan tak beranjak dari posisinya meski telah bangun. "Membuat susu, mau?" tawarnya dengan wajah polos. Sedikit merasa bersalah menyelip di hati karena sudah mengganggu tidur suami yang nyaman.

"Eum ... ya. Boleh." Jungkook bangkit, tapi hanya duduk bersandar dengan selimut menutupi kaki. Kepalanya tertoleh ke jendela, baru tersadar bahwa hujan turun sangat deras. Tapi kembali menghadap Mia saat segelas susu terulur.

"Maaf, aku jadi mengganggu tidurmu." Mia berkata.

Jungkook yang tengah meminum susu melirik. "Tidak, kok,"—dikembalikannya gelas pada Mia—"tadi aku kedinginan, jadi aku ingin memelukmu. Tapi, kau tidak ada." Dia mengangkat bahu.

Mia tertawa hambar. Beberapa hari ini mereka kurang berkomunikasi karena kesibukan yang memadat. Dia dengan kuliahnya, dan Jungkook dengan comeback-nya yang sukses besar. Pulang-pulang, mereka sudah kelelahan dan memilih untuk beristirahat. Tapi sungguh, Mia sangat bersyukur dengan pencapaian grub suaminya kali ini. ARMY memang terbaik, tidak salah dia sangat menyayangi fandom ini.

"Mia."

"Hmm?"

"Kau cantik."

Hampir saja Mia tersedak susu karena pujian tiba-tiba dari Jungkook. Dengan pipi bersemu dia berkata, "Kau kenapa, sih? Tiba-tiba—"

"Aku merindukanmu. Rasanya beberapa hari ini hampa karena tidak bisa bermanja dan dimanjakan."

"Eum ... lantas?"

"Kau mau kupeluk, tidak? Aku perlu tubuh yang hangat untuk disatukan denganku."

"Ambigu." Mia terkekeh ringan, tapi secara suka rela dia membiarkan Jungkook memeluk. Ini tengah malam, dan hujan masih turun sangat deras. Tidak ada yang salah jika mencari sesuatu yang hangat, 'kan?

"Mia ...."

"Mm?"

"Maaf, ya. Belakangan ini aku jarang denganmu. Tapi aku janji, nanti aku akan meluangkan waktuku sebanyak mungkin sebagai bayaran dari kesibukan ini."

"Hmm ... jangan terlalu dipermasalahkan. Aku juga sibuk."

"Tapi kau tidak—"

"Aku lebih suka dicium daripada harus membahas ini." Mia mendongak. Senyum polosnya tertampil manis, memancing rasa gemas di hati Jungkook yang ikut-ikutan tersenyum.

"Kau memang pintar mengalihkan pembicaraan." Jungkook mencubit hidung Mia, tapi langsung meringis saat wanita itu membalasnya dengan cubitan di perut. "Kenapa mencubit perutku, sih? Lebih baik di hidung atau di pi ... pi." Mata bulatnya mengerjap lucu saat tak menyangka sebuah ciuman akan mendarat di hidung. Ini menggemaskan, kau tahu?

"Mia ...."

"Ayo tidur." Mia tersenyum lebar tanpa dosa, padahal sudah jelas dia membuat suaminya kelimpungan dengan tingkah manis yang mendadak. Bahkan, dia juga langsung menarik selimut saat merebahkan diri di samping Jungkook yang masih terbengong—berharap ada lanjutan dari kecupan singkat tadi. "Mau tidur, tidak?" godanya lagi dengan senyum yang sangat polos.

"Aku mau. Tapi DNA-ku menginginkanmu sekarang."

"Itu ... lirik lagumu, kelinci."

"Biar saja." Jungkook ikut merebahkan diri tanpa memedulikan Mia mengembuskan napas panjang karena kalimatnya tadi. "Mi, satu ronde, ya? Aku gemas denganmu."

"Aku tidak ma—"

"Tidak ada penolakan."

"Jung ...."

"Salahkan DNA-ku yang berdesir kuat menginginkamu di rengkuhanku, Sayang."


-FIN-


***Jangan lupa tinggalkan jejak 😘

[Jungkook x Mia]Where stories live. Discover now