Only Me, Right?

6.6K 495 13
                                    

Mia sedang asyik mengaduk minuman cokelatnya yang terlihat enak saat panggilan video call dari Jungkook terdengar. Gadis berusia tujuh belas tahun itu menghentikan gerakan. Mata cokelatnya bergerak, menatap fokus ke layar ponsel saat jarinya menggeser layar datar benda persegi kesayangan.

"Annyeong, my baby."

"I'm not baby." Sambil menyeruput cokelat hangat, Mia menjawab. Sengaja memancing senyum masam yang sekarang ikut mengambil andil dalam menghias wajah tampan Jeon Jungkook, kekasihnya.

"Ya sudah, kalau begitu aku ganti." Dengan lagak sok tampan, Jungkook berdehem. "Annyeong, my sweetheart," ucapnya sambil mengerling centil, mirip seperti gadis nakal yang sering Mia lihat di pinggir jalan.

"Jatuhnya absurd, Jung." Mia berkomentar sambil menyandarkan ponsel ke headboard ranjang. Sedangkan ia sendiri lebih memilih untuk bertelungkup, seperti posisi sang kekasih yang tengah berada di Mexico.

Lagi, senyum miris yang Jungkook tunjukkan. Gadisnya ini terlalu pedas, tapi kadang juga bisa menjadi sangat manis. Seperti sebelumnya, saat Jungkook dengan niat main-main mengatakan 'Mia kesayangan Jungkook', gadis itu langsung bereaksi manja hingga tak ingin jauh darinya. Tapi sekarang? Ya sudahlah.

"Kau lelah?"

Gadis bermarga Min itu buka suara setelah puas memandangi wajah tampan sang kekasih yang ia rindukan. Bahkan saking rindunya, ia sampai rela ditertawakan oleh Sunhee karena terus memanggil nama si pria kelinci secara berulang-ulang. Padahal, biasanya gadis itu tak akan pernah membiarkan kakak angkat Jungkook itu bahagia. Selalu ada cara untuknya balik mentertawakan, tapi kali ini tidak. Terkadang, rindu memang bisa membuat seseorang jadi berbeda. Benar, 'kan?

"Aku tak pernah lelah jika mengingat uang yang kucari adalah uang yang akan digunakan untuk pernikahan kita."

Andai ini adalah chat, bisa dipastikan Mia sudah menulis 'uhuk!' seperti kebiasaannya. Tapi sayang saja, ini adalah video call. Jadi, yang bisa dilakukan gadis muda itu hanyalah tersenyum masam sambil mengangguk-angguk dengan pipi yang mulai memerah. Sedangkan Jungkook, ia tertawa senang melihat reaksi yang ditunjukkan oleh sang kekasih. Akhirnya, ia berhasil juga melihat wajah gadisnya yang malu-malu kucing. Cukup menggemaskan, membuatnya makin tak sabar untuk pulang dan mengurung gadis itu ke dalam kungkungan lengannya yang kokoh hingga kalimat permohonan terdengar nyata di telinga.

"Mia." Jungkook memanggil setelah suasana sedikit lebih tenang. Tapi, yang dipanggil hanya menjawab dengan gumaman dan kembali menyeruput minuman di dalam gelas.

"Te extraño (aku merindukanmu)."

Mata sipit gadis Min itu berhenti berkedip. Suara lembut sang kekasih yang sempat memenuhi pendengaran, ternyata sangat mampu untuk memutus seluruh pikiran tentang hal lain. Gadis ini tersenyum simpul dalam tundukan kala mata cokelatnya tak sengaja menangkap sebuah lengkung manis yang dinamakan senyuman dari bibir sang kekasih.

"Kenapa hanya diam? Kau tak merindukanku, hmm?" cetus Jungkook saat Mia hanya terdiam sambil menggigit bibir.

"Mia?"

"Aku juga merindukanmu, kelinci sial."

Kerutan jelas terlihat di kening Jungkook. "Kelinci sial?" ulangnya memastikan, dijawab dengan anggukan mantap oleh Mia.

"Kau kelinci sial, mesum, gila, kurang ajar, jelek, sok tampan, sok imut, sok manis, nakal, ba—"

"Iya-iya! Aku tahu, jangan lanjutkan!" Nada gusar terdengar jelas saat Jungkook memotong celoteh kekasihnya yang tak ubah seperti rentenan peluru. Telinganya panas jika sudah mendengar segala bully-an yang selama ini sudah jarang diperdengarkan oleh Mia.

"Tapi aku sayang kau, kelinci buluk."

"Aku putuskan saja, ya?"

"JANGAN!!!"

Buru-buru gadis itu berteriak saat Jungkook bersiap untuk mengulurkan tangan demi menekan tombol mengakhiri panggilan. Dan sekejab saja, senyum yang selalu disukai oleh si pria Jeon terukir manis di wajah sang kekasih.

"Kau sedang sensitif, huh?" gerutu Mia setelah Jungkook membatalkan gerakannya.

Decakan terdengar. "Aku sensitif karena memikirkan kekasihku yang nakal," jawab pria kelahiran tahun 1997 itu.

"Maaf-maaf saja karena kekasihmu ini nakal," cibir Mia sambil mengambil sebungkus permen.

"Jangan bermain dengan pria lain. Jangan juga mengganti foto profilmu jadi Hyunkyung!" tegur Jungkook dengan kekesalan yang ketara jelas di wajahnya yang mulai cemberut.

"Aku mengerti." Enteng saja Mia menjawab sambil memasukkan permen ke mulut, tak peduli dengan embusan napas sang kekasih karena tingkahnya.

"Aku sakit membaca fanfic-mu bersama Hyunkyung," lapor Jungkook dengan wajah yang berubah muram. Teringat bagaimana perasaannya berubah kacau saat membaca postingan fanfiction sang kekasih yang ber-cast Mia dan Hyunkyung.

"Dan aku sakit melihat ruam kemerahan di lehermu."

Hening.

"Mia ...."

"Kau bodoh, Jung!"

Kalimat itu pendek, tapi sangat menyetak aliran darah dan juga jantung yang berada di tubuh Jungkook. Ia meneguk ludah saat merasa lidahnya kelu untuk mengeluarkan kata-kata. Akhirnya, apa yang ia takutkan terbukti juga.

"Mia, aku—"

"Sudahlah, aku tak ingin membahas hal sialan ini. Aku sudah susah payah menelannya walau pahit." Tegas gadis bermarga Min itu menjawab, membuat Jungkook kembali terbungkam untuk yang kedua kali dan hanya mampu mengangguk tanda ia telah paham.

"Maaf."

Embusan kasar terdengar. Mia memalingkan wajah, berusaha menyembunyikan roman tak nyaman yang menghiasi wajah manisnya. Suasana menyenangkan seketika hancur, begitu pula dengan mood dan juga kebahagiaan yang tadi sempat tercipta. Semua rusak berantakan, dan Jungkook bertanggung jawab terhadap hal ini, 'kan?

"Mia," panggil Jungkook sekali lagi. Berharap kali ini semua akan baik-baik saja. Dan untungnya, Mia segera memandang ke layar walau wajahnya jauh dari kata baik-baik saja. Wajah yang selalu menampilkan senyum itu tampak kusut, dan Jungkook sangat merasa bersalah atas hal tersebut.

"Ada hadiah yang kau inginkan, tidak?" tawar Jungkook hati-hati, kali ini dengan sebuah bujukan berupa senyum termanis yang ia miliki.

"I just want you, Bunny."

Kali ini senyum lembut terlihat di bibir Jungkook. "Hadiahmu pasti akan segera datang, tunggulah beberapa hari lagi."

Tak ada kata-kata, hanya ada anggukan. Jungkook menarik napas, sadar situasi telah berubah. Dan ia tak ingin memaksakan situasi ini sesuai kendalinya. Mia juga perlu pengertian, dan ia akan mengalah untuk hal itu.

"Aku harus istirahat sekarang. Kau juga, segeralah istirahat. Jaga kesehatan, jangan sampai kau sakit. Aku menyayangimu, Honey."

"Aku juga menyayangimu."

Dan dengan satu senyuman, panggilan itu terputus. Mia menarik napas, begitu pula dengan Jungkook yang jauh di sana. Mereka sama-sama termenung, tenggelam dalam pemikiran masing-masing yang tak bisa dihindarkan dari kata rumit.

"Hanya aku yang ada di hatimu, 'kan?"


-FIN-

**Jangan lupa tinggalkan jejak ;) Ada kritik dan saran, jangan dipendam :) Thank you <3

[Jungkook x Mia]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن