Welcome Home, Bunny

6.5K 526 12
                                    


Suara ketukan pintu terdengar, tepat saat jam menunjuk angka tujuh. Mia, yang baru saja ingin duduk di depan laptop, bergegas keluar. Siapa pula yang bertamu? Teman ayahnya? Atau teman kelasnya? Tidak mungkin!

Suara ketukan kembali terdengar, membuat langkah gadis Min ini semakin cepat. Dalam hati, ia menggerutu karena ketidak sabaran sang tamu yang menjengkelkan. Apakah tidak bisa menunggu sejenak? Apakah urusannya sangat penting?

Tok! Tok! Tok!

"Sebentar!" serunya kesal. Dengan gusar, pintu kayu berwarna kecokelatan itu dibuka. Namun, selanjutnya yang terjadi adalah; dia mematung di tempat, dikarenakan senyuman manis yang langsung menyambut saat tahu siapa yang menjadi tamu.

"Kunciku hilang, jadi aku harus mengetuk dulu. Ah ... kau tetap cantik seperti biasa. I love you, Honey."

Sungguh, rindu yang tadinya tersimpan rapi, sekarang mulai tumpah dari tempatnya. Menyebar, merajai seluruh perasaan dan membawa sesak yang menyenangkan. Mia tertawa, hampir tak percaya dengan apa yang dilihat. Mata cokelatnya mengabur karena perasaan bahagia yang meluap tak tahu malu. Pria itu, pria kelinci yang selama ini ditunggu, pria yang ia cinta, pria yang membuatnya menangis beberapa kali, pria yang membuatnya menumpuk rindu tanpa lelah, sekarang telah berdiri secara nyata. Senyum khas yang menawan, membuat Mia benar-benar senang bukan main untuk malam ini. Lupakan rasa lelah karena tugas yang menumpuk, lupakan pikiran tentang UTS yang di depan mata, saat ini dia hanya ingin memeluk Jungkook, pria yang paling ia sayang.

"Welcome home, Bunny."

Tak peduli apa kata orang, Mia langsung memeluk tubuh yang beberapa minggu terakhir ini hanya bisa ia bayangkan. Merasakan bagaimana hangatnya pelukan yang sempat hilang beberapa waktu. Jungkook tak keberatan, justru membalas pelukan gadis yang selalu membayangi benaknya. Padahal baru beberapa minggu mereka berpisah, tapi rasanya sudah sangat lama.

"Mia, kau mau aku menciummu di sini, hmm?" Jungkook berbisik, menggoda gadis yang masih betah memeluknya.

Tak perlu ditanya dua kali, pelukan itu segera terlepas. Jungkook tertawa, gemas melihat wajah gadisnya yang memerah malu. Apakah ini efek dari perpisahan mereka? Mia sangat mudah tersipu, bukan?

"Masuk—"

Belum sempat selesai bicara, Jungkook sudah mengecup bibir yang sudah lama tak ia rasakan. Mia terdorong mundur, sekaligus mencengkram kuat kaos yang dikenakan oleh Jungkook saat pria itu membawanya masuk tanpa melepas sedikitpun tautan mereka. Pintu ditutup dengan kaki, karena tangan lebih sibuk mengusap dan menghilangkan jarak antara mereka.

"Jung—"

Tak ada kesempatan bicara, karena Jungkook yang memegang kendali tak memperbolehkan. Ia ingin sepenuhnya tenggelam dalam lingkaran rindu terhadap semua hal yang biasa dilakukan. Kecupan, lumatan, sentuhan, dan lainnya. Ia tak ingin satu detik pun terbuang sia-sia. Baginya, menahan rindu terhadap hal ini adalah hal tersulit. Dan bagi Mia, tak ada pilihan selain mengikuti permainan. Selain karena mengerti bagaimana kepribadian kekasihnya, ia juga tak mampu menolak sentuhan yang selalu diinginkan.

Jungkook bisa merasakan napasnya yang terembus hangat saat ciuman mereka terhenti sejenak. Mata kelincinya bergerak, menatap bibir yang terlalu sayang untuk diabaikan. Gemuruh hasratnya sulit berhenti, bahkan semakin bertambah kuat setiap kali otaknya membayangkan hal kotor yang selama ini tersimpan rapi.

"Mia—"

"Kamar, Jung. Aku tidak mau—"

Hampir Mia memekik saat Jungkook mengangkatnya dengan tak sabar. Mereka menuju kamar, Mia tahu itu. Jadi, yang dilakukannya hanya menyurukkan wajah pada leher yang sekarang ia kecup dengan lembut. Jungkook mendesis, makin tak sabar untuk segera mengurung gadis nakal di pelukannya ke dalam kungkungan rasa panas yang membuatnya memohon ampun.

Di kamar, tepatnya di tempat tidur berseprai biru, Jungkook langsung merebahkan gadisnya di sana. Cukup beberapa detik, mereka sudah kembali terbuai kembali oleh sentuhan-sentuhan yang diberikan pasangan. Sesekali, desah lembut yang Jungkook suka terdengar jelas. Malam terasa panas, pendingin ruangan tak berfungsi, begitu pula dengan angin yang masuk melalui jendela.

Mia tak peduli sudah berapa banyak Jungkook memberinya tanda, di leher dan bahu. Ia lebih suka membalas perlakuan pria itu dengan cara memberi sentuhan yang sama, hingga membuat pria kelinci ini menggeram penuh keinginan.

"Mia ...." Jungkook terengah saat Mia mengambil posisi di atasnya. Wajah gadis itu tampak cantik, semakin menggoda dengan bulir keringat halus dan bibir yang terbuka.

"Tell me, what you want? Blow or hand?"

Mata kelinci itu membulat, hampir tak percaya dengan apa yang didengar. Bagaimana mungkin Mia menawarkan hal itu lebih dahulu?

"Atau dua-duanya?"

Jungkook menelan ludah, ragu mengatakan apa yang diinginkan. Tapi, sebuah ciuman menutup apa yang hendak ia sampaikan. Pasrah, hanya itu yang bisa ia lakukan. Termasuk saat tangan gadis itu menjelajahi tubuhnya yang panas.

"Jung," bisik Mia saat mencium telinga sang kelinci yang bergerak gelisah. Di lain tempat, tangannya masih bergerak, membelai ABS yang makin terbentuk dan membuat pemiliknya terpejam dengan desahan yang terdengar manis.

"Jung!" panggil Mia sekali lagi, membuat Jungkook membuka mata dengan sayu.

"Hmm?" Pria itu bertanya, sekaligus menatap wajah kekasihnya yang tersenyum jahil.

"Kau lanjutkan dalam mimpi, ya?"

Eh?!

"Aku lelah, dua hari ini mengerjakan tugas di rumah Shin Ya Eonni. Jika kau mau, sabun di kamar mandi masih baru."

Diibaratkan terbang, sekarang Jungkook telah mendarat dengan tak elitnya di bebatuan runcing. Sakit, juga gemas dengan tingkah gadisnya yang terlalu jahil. Bagaimana mungkin dia mengatakan itu setelah memberi harapan indah bagi Jungkook, huh? Apakah dia tidak kasihan dengan Jungkook yang sudah mengharapkan sentuhan? Ah ... sepertinya tidak. Karena sekarang dia sudah menarik selimut dan memeluk tubuh tegap yang terasa hangat.

"Mia—"

"Jallja, Bunny. Terima kasih karena telah kembali. I love you, Oppa."

Yah ... setidaknya, kalimat 'I love you' bisa memberi sedikit ketenangan. Tapi tetap saja, kasihan Jungkook, 'kan? Bagaimana mungkin dia bisa mendapat kekasih yang jahil seperti Mia, huh?


-FIN-


**Finally!! BTS back to Korea :D Walau tanggal 22 nanti lanjut tour lagi :') Tapi seenggaknya ada waktu buat kangen-kangenan antara JK sama Mia *ahey!* :3 Emm ... maafkan fanficnya yang agak absurd, atau kekurangan feel :') Ini fanfic gak ada persiapan, udah gitu lama gak nulis pula :') Tapi, semoga ke depannya bisa lebih baik lagi yah :D Don't forget leave your coment ;) Thank You <3 

[Jungkook x Mia]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt