Thank's For Everything, But?

9.2K 636 9
                                    

By : Mia

Sesudah baca, jangan lupa tinggalkan jejak ya :) Happy reading <3


-oOo-


-Jungkook POV-

Pintu kamar mandi terbuka, Mia muncul dengan senyum riang. Kuhentikan kegiatan bermain game dan menyambutnya yang harum sabun. Bathrobe merah di atas lutut yang dikenakannya membuatku harus menahan diri untuk tidak tergoda.

"Kapan kau datang?" Ia bertanya sambil mengambil pakaian di lemari.

Kuangkat bahu, "Belum lama."

"Kau mau keluar, atau tetap di sini?" Dua pilihan diberikan.

Keningku berkerut, "Kenapa aku harus keluar?"

"Karena tidak mungkin aku berpakaian sambil ditonton olehmu," jawabnya polos.

Aku tertawa kecil, mengerti maksud pilihan tadi. Segera aku berdiri dan mendekat ke arahnya.

Sebuah kecupan kuhadiahkan ke pipinya, "Jangan menyiksaku terlalu lama, oke?" Kali ini bibirnya yang jadi sasaran.

"Menyiksamu? Memangnya aku menyik--yak! Jeon Jungkook! Aku belum selesai bicara!"

Tak peduli, aku terkekeh sambil berjalan ke luar kamar. Setelah menutup pintu, kubiarkan ia mengomel di dalam. Gadis pemarah, kenapa kau menggemaskan, huh?

Kuusap bibir yang tadi menciumnya. Hhh... bibir na—eh? Kenapa aku menyalahkan bibir? Inikah salahnya karena terlalu manis dan memabukkan. Apalagi aku pria normal, tak heran jika aku menyukai hal ini.

Dihitung-hitung, ciumanku untuknya sudah terlalu banyak. Aku terlalu menyukai setiap detik kebersamaan dengannya. Apalagi jika dia bertingkah manis, rasanya aku tak ingin pulang, tapi ingin terus berada di sisinya.

Kuembuskan napas panjang, tiga menit berlalu tanpa terasa. Apa dia sudah selesai berganti? Haruskah kubuka pintu dan... mendapat lemparan botol parfumnya yang terbuat dari kaca?

"Mi—"

Pintu terbuka, membuat ucapanku terpotong. Alisnya terangkat, heran memandangku yang tercengir seperti orang bodoh.

"Kau tak berniat mengintip, 'kan?" telisiknya tajam.

Aku menggeleng cepat, "Aku masih waras untuk tidak mendapat lemparan barang darimu."

"Baguslah, ayo masuk."

Semangat, aku masuk dan langsung duduk di tepi tempat tidurnya. Setelah menutup pintu, ia pun mendekat.

"Kau mau aku duduk di mana?"

Sebelah mataku menyipit, tak biasanya dia menawarkan diri seperti ini. Apakah ada yang salah dengannya?

"Hoi! Kekasihmu bertanya, kenapa tak dijawab? Telingamu masih berfungsi kan, bunny?"

Aku meringis, ucapan asalnya masih tak hilang.

"Kookie... Kookie kelinci? Kau masih sadar kan, sayang?"

Nah? Bahkan sekarang dia memanggilku sayang.

"Kau sedang tak bertukar jiwa dengan Sunhee Noona, 'kan?" tanyaku curiga.

Dia menggeleng.

"Jimin?"

Tetap gelengan yang muncul.

"Shi Ka Noona?"

Lagi-lagi menggeleng.

"A—"

"Aku tertukar jiwa dengan Jeon Jungkook," potongnya sambil tercengir lucu.

Keningku berkerut, "Benarkah?"

Dia mengangguk mantap. Aku tertawa kecil, "Belakangan ini kau makin menggemaskan," kuacak pelan rambutnya.

"Hmm... mungkin efek kesepian karena ditinggal kekasih ke luar negeri, ditambah pula tak ada oleh-oleh yang dibawakan." Ia mengangkat bahu, lalu berputar-putar tak jelas dengan satu tumit. Mirip seperti anak kecil yang berusia lima tahun.

Aku tak bisa menahan tawa. Sepertinya dia masih kesal karena tak kubawakan oleh-oleh.

"Mia," panggilku setelah bisa mengendalikan tawa.

Dia berhenti bergerak, sedangkan alisnya kembali terangkat. Ia menatap penuh tanya, aku tersenyum lalu berdiri.

"Maaf karena telah membuatmu kesepian, maaf juga karena tak membawakan oleh-oleh. Kuharap kau—"

"Aku mengerti, Jungkook-ah." Lebih dulu ia memotong, "bahkan dari dulu aku sudah mengerti tentang hal ini. Jadi tenanglah, aku tak akan menuntut lebih. Kau bisa mengingatku saat kita berjauhan, aku sudah bersyukur," sambungnya sambil mencubit pelan pipiku.

"Mia—"

"I love you, Jeon Jungkook Oppa."

Manis, sangat manis. Andaikan kau ada di sini, pasti mengerti dengan perasaanku. Mendengar kata dan ekspresi yang sangat jarang ditunjukkannya membuat hati ini entah kenapa menjadi hangat.

"I'm believe you," sambungnya pelan dengan senyum yang benar-benar manis.

Tak ada kata, hanya dirinya yang kutarik ke dalam pelukan. Dia tertawa kecil tanpa memprotes, justru pelukanku dibalasnya. Hangat, ini benar-benar hangat. Bolehkah kehangatan ini terus kurasa tanpa terlepas sedikitpun?

"Thank's for everything. I love you, Areum-ah." Aku berbisik, sebuah kecupan juga kuhadiahkan ke pipinya.

Dia mendongak, "Could you kiss me? I miss your lip, Mr. Bunny." Tanpa melepas tangan dari pinggangku, ia meminta dengan manja.

Aku tersenyum miring, "As you wish, dear."

"So? What do you waiting for?"

Tawa kecilku meluncur, "Kau sengaja menggoda, hmm?"

"Tebakanmu benar, Mr. Bunny. Kekasihmu memang sedang menggoda. Jadi, apa kau menerima godaan ini, hmm?" Dengan nakal tangannya mengusap punggungku.

"Baiklah, kuharap kau tak akan protes jika besok kita terbangun dengan tubuh yang remuk." Aku mengangkatnya ke meja rias.

"Pikiranmu terlalu jauh, kelinci mesum."

"I don't care."

"Berdoalah agar Suga Oppa tak datang di saat yang tak tepat."

Aku mengerutkan kening, "Kenapa tiba-tiba membahas Suga Hyung?"

"Karena aku menyuruhnya datang ke sini."

Hah?

"Sorry, bunny. Tapi aku tak akan membiarkan diriku habis ditanganmu." Tangannya mengusap rambutku, "jadi, tahanlah delusimu hingga kita menikah nanti. Oke?" ucapnya sambil tersenyum manis.

Mood-ku hancur dalam sekejab, kenapa? Kenapa harus begini? Hari kelulusan, cepatlah datang! Kumohon....

-FIN-

[Jungkook x Mia]Where stories live. Discover now