Keep Writing, Babe

12.7K 604 23
                                    

By : Mia

Jangan lupa tinggalkan jejak ya, happy reading <3


-oOo-


-Author POV-


Suasana di ruang tengah berdinding putih ini tampak sepi. Mia tenggelam dalam kesibukannya mengerjakan tugas kuliah yang tak kunjung selesai, sedangkan Jungkook lebih memilih untuk berdiam diri memadangi kekasihnya. Penghangat ruangan berkerja maksimal, mencoba mengurangi hawa dingin yang menyelimuti kulit.

Tak tahan dengan kesunyian yang tak menyenangkan, Jungkook pun memutuskan untuk beranjak mendekati Mia. "Areum," panggilnya sambil duduk di samping gadis ini.

Mia bergumam, masih fokus dengan laptop di depannya. Membuat Jungkook mengembuskan napas panjang dan mengambil tindakan dengan cara memegangi tangan gadis bermarga Min yang terus bergerak di atas keyboard ini.

"Berhentilah sebentar. Kau harus istirahat, Mia." Pria ini memberi nasihat dengan lembut dan perhatian.

Namun, Mia justru menoleh sambil tersenyum kecil. "Maaf, tapi aku tidak bisa berhenti sekarang. Aku harus menyele—"

Ucapan itu terputus karena sebuah kecupan ringan mendarat tanpa izin di bibir gadis bermarga Min ini, membuatnya sedikit tersentak kaget. Namun, tak bisa dipungkiri, pipinya agak memerah karena kecupan singkat yang hanya sedetik ini.

"Bukannya sudah kukatakan berulang kali? Aku tidak suka penolakan dan pembantahan, mengerti?" tegas Jungkook sambil menjauhkan tangan gadisnya dari laptop.

"Iya, tapi—"

Lagi, ucapan itu terputus saat Jungkook menutup bibir gadisnya dengan sebuah kecupan hangat.

"Aku tidak suka kata 'tapi'."

"Jung ...."

"Ya?"

"Tugasku harus selesai besok, aku juga harus mempelajarinya. Jadi—"

"Kau belum istirahat dari tadi siang, Mia." Jungkook memotong, sedikit tak sabar dengan sikap keras kepala gadisnya.

"Aku sudah tidur, di rumah Shin Ya Eonni." Mia bergumam, memberi pembelaan terhadap dirinya.

"Kau hanya tidur dua puluh menit. Itu tidak cukup untuk mengisi energimu yang hilang, Sayang."

"Jung ...."

"Istirahatlah."

Mia diam, tak memberi perlawanan saat Jungkook menariknya untuk merebahkan diri ke paha pria itu. Bagaimana pun juga, ia sangat lelah dan ingin tidur. Tapi, karena tugas yang mendesak inilah, ia harus merelakan waktu istirahatnya.

"Tidurlah, jika kau ingin tidur." Jungkook berucap sambil mengusap rambut Mia.

Tapi, gelengan yang dijadikan Mia sebagai pilihan. Ia tidak boleh tidur, tugasnya harus selesai malam ini juga. Hal ini membuat Jungkook menarik napas panjang dan memandangi wajah gadisnya yang terlihat lelah. Wajar saja, seharian dia di kampus. Pulang ke rumah, langsung melanjutkan mengerjakan tugas. Bahkan, Jungkook pun tahu, gadis ini sudah empat malam terus terjaga hingga tengah malam berlalu dan baru berakhir jika dia memang benar-benar merasa mengantuk.

"Ya sudah, kau istirahat seperti ini saja dulu untuk sementara." Jungkook memberi keputusan, lalu menepuk-nepuk pelan bahu Mia.

Tak ada suara, Mia tenggelam dalam angan tentang tugas dan beberapa pikiran lainnya. Sedangkan Jungkook, ia hanya diam sambil mengusap rambut dan wajah gadisnya. Berharap hal ini bisa mengurangi sedikit beban yang ditanggung kekasihnya ini.

Mia menarik napas, lalu mengembuskannya setelah beberapa detik tertahan di rongga dada. Jungkook tersenyum simpul, kemudian mencubit pelan hidung gadisnya. "Memikirkan apa? Embusan napasmu keras sekali," tanyanya.

"Memikirkan fanfiction." Mia menjawab sambil tersenyum miris.

Kening Jungkook berkerut. "Kenapa dengan fanfiction?"

"Aku merasa, fanfiction-ku makin membosankan akhir-akhir ini. Cerita yang menoton, tidak ada perubahan dan perkembangan sedikitpun. Aku bosan dan serasa ingin menamatkannya agar tak lagi menjadi beban pikiran." Di akhir kalimat, terlihat jelas air mata meleleh dari sudut mata Mia. Terus turun dan membasahi paha Jungkook yang ditiduri.

"Menamatkannya? Mia ... kau yakin?" Jungkook bertanya dengan ragu, setengah karena tak percaya.

"Kenapa tidak? Fanfiction-fanfiction itu membuat bebanku bertambah saja."

Jungkook diam sejenak, berusaha memahami sorot yang ditunjukkan oleh Mia dari mata cokelatnya.

Semenit berlalu, Jungkook pun menarik napas. "Bangunlah," perintahnya sambil membangunkan Mia.

"Ada apa?" Mia bertanya sambil mengusap sudut matanya yang berair.

"Kau tidak serius ingin menamatkannya, 'kan?" tanya Jungkook sambil tersenyum dan menangkup pipi gadisnya.

"Kenapa kau berpikir seperti itu? Memangnya kau pernah merasa di posisi author? Merasa fanfiction yang kau tulis sangat buruk, menoton, tidak berkembang dan segala macam. Padahal, kau sudah berusaha belajar untuk memperbaikinya. Tapi, tetap saja hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan." Mia menjawab dengan suara bergetar, susah payah ditahannya kristal bening yang telah menggantung di pelupuk mata.

"Kalau begitu, hiatus saja. Menurutku, pilihan ini lebih baik daripada menamatkan cerita. Lagipula, kau juga harus memikirkan readers-mu, Sayang. Bukannya selama ini mereka yang membuatmu terus menulis—di samping itu adalah hobby?" tanya Jungkook sambil mengusap pipi gadisnya dengan ibu jari. "Aku mengerti, belakangan ini beban pikiranmu sangat banyak. Aku juga tahu, kau menangis setiap malam. Itulah kenapa aku menyarankanmu untuk istirahat sejenak dalam tulis-menulis. Dan setelah kau tenang, kau bisa melanjutkan ceritamu kembali," lanjutnya kemudian dengan sabar.

"Tapi, Jung—"

"Jangan lepaskan tanggung jawabmu, Min Areum. Teruslah menulis, demi readers yang kau sayangi. Ingatlah ini, Sayang. Kau tak boleh menghentikan sesuatu yang sangat kau cintai karena hal sepele, justru kau harus mengatasinya dengan bijak. Mengerti?" tandas Jungkook dengan tegas, namun tetap lembut dan pengertian.

"Dan lagi, aku sangat bersyukur memiliki seorang kekasih yang hobby menulis. Kau tahu kenapa?" tanya Jungkook kemudian dengan nada jenaka.

Mia menggeleng, tetap berusaha menahan air matanya agar tak lagi jatuh.

Jungkook tersenyum manis, lalu menangkup pipi kekasihnya dengan penuh kasih sayang. "Karena dia tidak selalu menumpahkan kata-katanya secara langsung, justru merangkainya lebih dulu hingga menjadi sebuah cerita yang indah. Sebuah cerita penuh makna yang melukiskan seluruh perasaan cintanya untukku. Itulah yang membuatku sangat bersyukur atas kenyataan bahwa kau seorang penulis, Mia."

Tumpah sudah air mata yang sejak tadi ditahan oleh Mia. Gadis ini terisak, terus tergugu dalam tundukkannya yang dalam. Jungkook tersenyum getir, kemudian dengan hati-hati menarik gadisnya ke dalam pelukan hangat yang menenangkan.

"Keep writing, babe. For me and for your reader's."

-FIN-

[Jungkook x Mia]Where stories live. Discover now