17. 🏵️ Janji Mama

575K 18.1K 337
                                    

Vina pov

Astaga Yufa!! Apa yang dia lakukan padaku? hatiku rasanya seperti mau meleleh. Di dekap dan di perilakukan seperti itu siapa yang tidak meleleh, apalagi mengingat status Yufa yang sudah menjadi suamiku.

Walaupun sebelumnya Yufa juga mengecup keningku selesai mengucapkan ijab qabul, tapi sekarang rasanya berbeda. Ciumanya benar-benar terasa menggetarkan, dan rasanya nyaman sekali.

Aku hanya bisa diam seperti patung, kedua mataku terpejam merasakan kehangatan yang mulai menjalar di tubuhku karena perlakuan Yufa.

Sejenak, aku bisa melupakan rasa rinduku kepada Mama. Dan sejak kapan tangisanku terhenti?

Setelah cukup lama, akhirnya Yufa memberikan kecupan terakhirnya di keningku.

"Maaf."

Yufa meminta maaf setelah melepaskanku dan anehnya aku malah refleks mengangguk.

Akhirnya aku memalingkan wajah, malu sekali. Pipiku mulai terasa panas.

Kita sama-sama diam untuk beberapa saat, rasanya benar-benar canggung. Aku juga tidak bisa berkata apa-apa, pikiranku sudah tidak bisa di ajak kompromi.

"Yakin mau tinggal disini?"

Akhirnya, Yufa buka suara. Sejujurnya aku tidak nyaman kalau harus lama-lama diam.

Pertanyaan Yufa membuat kepalaku menoleh ke arahnya.

"Iya.." jawabku pelan. Masih dengan jantung yang berdebar, kenapa sih? Padahal hanya saling menatap.

Akhirnya, aku kembali memalingkan wajah.

"Yaudah. Kita minta ijin Mama sama Papa dulu," ucapnya.

Entah kenapa, aku sedikit kecewa mendengar usulan Yufa. Aku sangat ragu, kalau harus meminta ijin terlebih dahulu. Pasti Mama Citra langsung menolak.

Tiba-tiba, Yufa menutup resleting jaket di tubuhku.

"Kita bicarakan baik-baik dulu sama Mama Papa. Katanya, hal baik itu dimulai dari awal yang baik."

Yufa memegang kedua pundakku, kemudian bergerak semakin dekat.

"Tenang gue bakal usahakan," ucap Yufa.

Kali ini aku berani menatap kedua matanya, ada kehangatan di sana yang membuatku hatiku sedikit tenang.

Setelah itu Yufa mengajak pulang kerumah Mama Papa, kita berniat untuk meminta ijin kepada mereka karena biar bagaimanapun kita masih terlalu dini untuk dihadapkan dengan hal seperti ini, jadi rasanya tidak tepat kalau harus mengambil keputusan sendiri.

Di dalam taksi.

"Masih mual?" Yufa bertanya khawatir.

"Udah enggak," aku hanya bisa menjawab sambil tersenyum apa adanya. Jantungku mulai berdetak tidak normal, huft.

Yufa pov

Di dalam taksi, gue teringat kejadian Vina saat mabuk di perjalanan. Akhirnya gue menanyakan keadaannya sekarang.

"Masih mual?"

Dia menoleh, kok jadi aneh ya?

"Udah enggak," jawabnya sambil tersenyum.

Gue menelan ludah, apa gue salah lihat.
Kok senyum Vina bisa manis?

"Oh.. Oke," gue hanya mengangguk kaku.

Sepertinya keadaan Vina sudah mulai membaik, dia tidak lagi terlihat pucat.

Kita sampai di rumah setelah menempuh perjalanan yang lumayan lama, seperti biasa macet.

Nikah SMAWhere stories live. Discover now