Eleventh Reason

Mulai dari awal
                                    

Yassar tak habis pikir, bagaimana perempuan itu bisa mencairkan kebekuan dalam hatinya. Bahkan membuatnya sampai melakukan hal bodoh, dengan mengutarakan niat yang seharusnya tidak terucap. Waktunya belum tepat. Sayangnya, semua sudah terjadi. Niat itu sudah terucap, perasaan itu sudah terungkap, hingga harapan semakin membeludak. Dan, ketika sadar bahwa semuanya salah. Yassar mulai memberanikan diri untuk menarik dirinya, menjauh dari perempuan yang menjadi harapannya.

Bukan hal mudah. Anggap saja seperti kau jatuh cinta, kemudian orang yang dicintai itu pergi tanpa mengucap sepatah kata. Meskipun bukan seperti itu kejadian yang dialami, tetap saja Yassar merasa bersalah.

Bagaimana kabar perempuan itu. Pertanyaan yang sama selalu memenuhi pikirannya, setelah cukup lama mereka memutuskan untuk tidak saling berkabar. Setelah sepakat untuk menjauh, dan mempercayakan semuanya kepada Allah, Yassar tak lagi mendapati pesan-pesan singkat dari perempuan yang pernah mengisi harinya. Membuatnya lebih sering mengecek ponsel ketika ada notifikasi.

Bagaimanapun juga, kekhawatiran terhadapnya masih ada. Yassar tahu hal itu memang tidak seharusnya dirasakan. Dia sudah berusaha untuk melupakan, menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan. Namun, tetap saja, sesekali ingatan tentang perempuan itu menyeruak secara tiba-tiba.

Seperti hari ini, perasaannya tidak enak. Entah kenapa tiba-tiba Yassar merasa gelisah, rasa khawatir itu datang, perasaannya tidak enak. Yassar merasa ada sesuatu yang terjadi, tapi dia tidak tahu itu apa. Lagi-lagi, Yassar hanya bisa berdoa dan berharap Allah menjaganya. Ya, saat ini itu yang seharusnya dia lakukan, dan memang itu baiknya.

"Ho! Tadi senyum-senyum, sekarang tiba-tiba bengong. Kamu kenapa, Yas? Ada masalah?"

Tepukan Nizar membuatnya tersadar, dia sudah sampai di depan masjid. Langkahnya yang membawanya ke rumah Allah, meskipun pikirannya yang bercabang bisa saja membuat Yassar pergi ke tempat lain. Sekali lagi, Allah yang berkuasa atas segala hal. Kehendak-Nya adalah hal mutlak yang tak terbantahkan. Meskipun Yassar melamun sepanjang perjalanan, tapi Allah tetap selamatkan dia sampai ke tujuan. Kuasa Allah lagi-lagi membuatnya bersyukur. Yassar sempat menyesal setelah hijrah, kenapa dia tak melakukan hal ini sejak dulu. Begitu pikirnya.

"Gak apa." Dia mengibaskan tangannya.

Yassar meminta sahabatnya untuk mengecek hasil video yang dibuatnya semalam, sebelum dia upload ke youtube. Video dengan durasi satu jam lebih itu sudah diedit dan ditambahkan beberapa poin penjelasan lain di bagian belakangnya.

Nizar mengambil laptop berwarna hitam dan membawanya ke atas pangkuan. Menonton dan mempercepat beberapa bagian. Semuanya bagus, editannya begitu rapi. Soal ini Nizar selalu salut kepada Yassar, laki-laki itu cukup ahli dalam bidang graphic. Editannya selalu eye catching, terlihat rapi dan enak dilihat. Namun, tiba pada menit terakhir, ada hal janggal yang mengusiknya.

"Astagfirullah, Yas. Ini apa? Eh–maksudnya ini siapa?"

Mendengar itu, Yassar buru-buru mengambil alih laptop dari pangkuan sahabatnya.

"Apanya yang apa?" tanyanya sambil mengecek video yang semalam dieditnya.

"Di bagian paling belakang, sebelum epilog. Di situ tadi ada nama–Sabiya Syauqina Kaffa–itu siapa?"

Atmosfer di sekelilingnya mulai berubah. Suasana yang semula santai tiba-tiba menjadi serius. Nizar terlihat menanti penjelasan dari Yassar. Selama kenal laki-laki itu, Nizar belum pernah menemukan nama perempuan yang ditulis Yassar. Dia tidak akan curiga, kalau saja Yassar tidak langsung merebut laptop darinya. Hal itu menambah rasa penasaran, bagaimana seorang Yassar yang tak acuh, bisa menyematkan sebuah nama pada videonya.

"Mana? Gak ada, ah. Situ bohong kali, Zar."

Nizar menatap Yassar dengan serius. Terlihat laki-laki di hadapannya membuang muka. Seolah mengalihkan pandangannya dari tatapan menuntut.

Ditatap seperti itu, Yassar menjadi salah tingkah. Dia tidak tahu harus apa saat ini. Kebohongan apa yang harus dia katakan kepada sahabatnya. Bukan tak mau bercerita, Yassar tidak mau perasaannya diketahui banyak orang. Sekalipun sahabatnya sendiri. Dia berusaha mencontoh Sayyidina Ali dan Fatimah, mencintai dalam diam, hingga setan pun tidak mengetahuinya.

"Yas," panggilnya.

"Bukan siapa-siapa. Waktu ngedit video itu aku sambil baca buku, dan ada salah satu tokoh yang namanya itu. Semalam ngeditnya sambil ngantuk, wajar sih kalau gitu," jelasnya.

Yassar terus beristigfar dalam hati, memohon ampunan karena dia sudah mengucapkan kata-kata yang tidak benar adanya. Namun, mau bagaimana lagi, dia juga tidak mau memperlihatkan perasaannya kepada orang lain lagi. Mungkin kalau sudah waktunya, akan ada saat dimana dia menceritakan hal ini kepada orang-orang terdekatnya.

"Gitu toh."

Pembahasan tentang Sabiya menguap begitu saja. Lain kali, Yassar harus lebih hati-hati lagi. Tapi, dia bahkan tidak ingat kenapa nama perempuan itu ada di dalam videonya. Apa yang dia pikirkan saat mengeditnya. Yassar sadar, dia harus lebih mempercayakan semuanya kepada Allah. Terus berusaha mengikhlaskan perasaannya, menjaganya sebisa mungkin. Saat ini dia belum bisa melakukan apa-apa, selain memperbaiki dan mempersiapkan diri.

Perasaan bersalah karena telah membohongi sahabatnya, tentu menyusup ke dalam hatinya. Tapi, mau bagaimana lagi. Yassar rasa hal itu yang sebaiknya dia lakukan saat ini, meskipun harus berbohong. Tentunya bukan tanpa alasan laki-laki itu melakukannya.

Alasannya....

Perempuan bernama Sabiya masih abu-abu baginya. Meskipun Yassar tahu Sabiya penuh dengan warna, dan mampu mncerahkan harinya. Namun, saat ini dia belum bisa memberi keputusan yang pasti. Dia harus menyiapkan beberapa hal sebelum menjemputnya dan menepati niatan yang pernah terucap. Apalah artinya kata cinta, jika hanya sebatas janji. Yassar tidak menginginkan hal itu. Mendapat keridaan Allah adalah tujuan hidupnya saat ini. Cinta yang halal tidak boleh dijemput dengan cara yang haram.

Percayalah dengan sebuah proses. Ketika kamu terus berusaha dan berdoa, yakinlah Allah selalu membersamai.

The ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang