Chapter 44 : [ Quality Time ]

10 7 0
                                    

               Ceklekk.. Teddy memasuki kamarnya sembari membawa botol berisikan air panas yang ia ambil tadi, dari manik hitam abu jelaganya.. Teddy melihat Bee meringkuk sembari memeluk bantal. Walaupun dirinya tidak tahu sebenarnya seberapa sakit perut Bee sekarang, tapi melihat hal itu.. pasti Bee sangat kesakitan. Terlebih beberapa hari lalu kewanitaan Bee iritasi, pasti tambah tidak enak sekali rasanya.

Beranjak naik ke ranjang sambil menarik selimut, Teddy menyelimuti Bee dan menaruh botol tadi di perut istrinya itu. "Nggak panas banget kan?"

Bee menggeleng sembari menoleh pada Teddy —masih dengan posisinya yang miring ke samping. "Bee.. ngerepotin kak Teddy?"

Berdengus sesaat, mana ada Bee merepoti dirinya. Ini kan kemauan Teddy sendiri, "Nggak lah, kan aku mencoba buat ngasih apa yang kamu butuhin sekarang.."

"Kek kemaren pas kamu dapet tuu, kamu mesti butuh botol air panas buat kompres perut kamu.."

Senyuman Bee mengembang, ahh.. Teddy ternyata mengingatnya. "Makasih buat perhatiannya yaa kak, Bee sayang kak Teddy.."

Sembari memposisikan diri dengan nyaman di belakang Bee, Teddy juga ikut tersenyum lebar. "Sama-sama, kan emang tugas aku buat selalu ada buat kamu Bee. Suami siaga.."

"Dan aku juga sayang kamu.."

"Ahahahaa☺" Bee tertawa kecil, merasa begitu bahagia karena skinship dan obrolan keduanya. Apalagi saat ini tengah hujan, sangat pas sekali untuk bermesraan.

Mengeratkan pelukannya, Teddy juga ikut tersenyum lebar. "Bucin akut aku Bee sama kamu.."

"Sebastian kan emang bucin akut.." Bee mengepaskan ucapannya. "Apalagi kalo beneran sama jodohnya.."

"Yaa gimana.." Mengecup singkat wajah Bee, Teddy jelas tahu jika di keluarganya.. sekalinya orang itu terikat apalagi berjodoh, pasti selamanya akan seperti itu. "Ikatan benang merah takdir kan emang kek gitu.."

Bee mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti, "Iyaa sihh.."

"A_ adduhh.." Rasa nyeri kembali menyerang Bee, membuatnya kembali meringkuk dalam.

Sigap Teddy langsung mengelus perut dan pinggang Bee, ia mencoba memberikan rasa nyaman yang menenangkan agar nyeri haid Bee mereda. "Mau aku minyakin?"

"Nggak usah kak.."

"Bee nggak mau ngerepotin kak Teddy.." Lanjut Bee.

Namun Teddy tetap Teddy, ia langsung bangkit dan bergegas menuju ke tas Bee. Membongkarnya untuk mencari minyak telon yang biasanya istrinya itu bawa, "Udah mau abis?"

"Ntar gue minta orang buat beliin lahh.."

Kembali menuju ke Bee, Teddy langsung menuang isi minyak telon di tangannya dan membaluri perut Bee. "Kalo dapet yaa dapet aja ngapa sihh, nggak usah ngasih sakit-sakit kek gini.."

"Nggak tega aku tuu.."

Bee tertawa kecil mendengar dumelan sebal Teddy. "Namanya juga cewek kak.."

Yaa walaupun namanya perempuan, kalau sakit kan tetap sama saja Teddy tidak tega. "Nggak mau liat kamu sakit kek gini lagi aku tuu.."

Berarti kalau Teddy tidak mau melihatnya sakit seperti ini lagi, satu-satunya cara yaitu Bee hamil. "Kalo sembilan bulan lebih nanti kak Teddy nggak liat Bee kesakitan kaya' gini gimana?"

"Emm.." Teddy nampak berpikir, sembilan bulan lebih dirinya tidak akan mendapati Bee kesakitan seperti ini lagi itu memang melegakan dirinya. Tapi berpikir panjang.. bagaimana dengan hari H? Saat Bee akhirnya harus merasakan sakit yang berkali-kali lipat dari penantian sembilan bulan itu. "Aku nggak tau.."

BONDINGWhere stories live. Discover now