Chapter 2 : [ Senja Pertama ]

21 13 5
                                    

               Sebulan pertama bersekolah di SMA Sebastian Bee cukup populer di antara anak-anak kelas Bahasa, siapa pun pasti tahu nama Bee itu milik siapa. Tentu saja Bee malah memilih untuk tidak menganggap kepopulerannya itu hal penting, ia terkesan pendiam. Satu-satunya orang yang dekat dengannya hanyalah Sunny, teman sekelasnya yang merangkap menjadi sahabat masa putih biru.

Sunny juga cukup populer, ia berdarah campuran Yogya-Korea yang membuat wajahnya manis khas. Namanya pun mengikuti marga Korea dari ayahnya, sehingga mudah untuk dihafali oleh orang-orang. Namun Sunny tidak sependiam Bee, gadis itu lebih aktif berinteraksi. Walaupun kepopulerannya tidak sebesar Bee, namun tetap saja.. gadis itu tetap populer.

Sunny menatap Bee yang tengah mencepol rambutnya sebelum mulai memakan bekalnya, "Kepanjangan rambut ah kamu Bee, ribet sendiri kan kamu.."

Bee memanyunkan bibirnya, "Namanya juga nggak boleh dipotong.."

"Emang kenapa sih?" Jelas mata Sunny gatal setiap akan memakan bekalnya harus melihat Bee yang mencepol rambutnya terlebih dahulu, rasanya ia gatal ingin memotong rambut panjang sebokong Bee.

"Nggak tau, tapi ini perintah dari nenek. Boleh potong buat ngerapiin asal nggak di atas pinggang, selain itu juga kalo nggak punya masalah yang benar-benar serius aku nggak dibolehin potong.."

"Kek benda pusaka aja rambut kamu Bee.." Cibir Sunny.

"Au nenek ue kok.." Bee mulai membuka kotak bekalnya.

"Bawa apa kamu Bee?" Sunny melirik ke kotak bekal Sunny.

"Sosis bakar, sayur orak-arik kembang kol, sama nugget. Kenapa? Mau tukeran?" Tentunya Bee hafal dengan apa yang biasanya ia lakukan bersama Sunny.

Melihat tidak ada yang bisa ia tukar dengan lauk milik Bee, Sunny akhirnya menolak. "Nggak ah, punya ue cuma nasgor. Mau tukeran apa?"

"Nihh ambil.." Bee menaruh dua potong sosis bakar dan nuggetnya ke kotak bekal Sunny, "Kek sama siapa aja.."

"Besok baru tukeran lagi kalo kamu bawa bekel berlauk.." Lanjut Bee sembari menyendokkan bekalnya dan berdoa dalam hati.

"Enak kali ngomongnya, kek bos aja kamu Bee.." Sunny menggeleng, ia langsung meralat ucapannya. "Emang calon bos dink, tidak bisa diganggu gugat.."

"Tapi thanks, emang terbaik lah kamo.."

"Nyehhh🥱" Bee mulai memakan bekalnya dengan khidmat.

               Kelas terasa tidak sepi walaupun tengah istirahat, beberapa anak kelas lebih senang memakan bekal mereka di dalam kelas sambil mendengarkan musik yang diputar dari speaker kelas daripada harus berebut meja di kantin sekolah yang ramai.

Walaupun kantinnya sangat-sangat luas dan menyediakan banyak meja dengan masing-masing meja dapat diisi lima sampai enam orang, namun tetap saja selalu penuh. Hitung saja dua belas kelas kali tiga angkatan yang rata-rata setiap kelasnya berisi tiga puluhan orang, berapa itu?

Lagipula peraturan sekolah hanya tertulis tidak boleh makan di dalam kelas dari jajanan kantin, bukan bekal sendiri. Jadi tidak ada salahnya bukan makan di dalam kelas sendiri dengan suasana yang tidak terlalu ramai?

.・。.・゜✭・ʕ≧ᴥ≦ʔ.・✫・゜・。.

                Bell pulang sekolah terdengar di seluruh penjuru kelas SMA Sebastian, setelah terdengar himbauan untuk menutup jendela-jendela kelas dan mematikan kipas angin beserta proyektor. Himbauan selanjutnya yang terdengar adalah mengambil sikap sempurna untuk berdoa. Selesai berdoa, murid-murid dan guru diharap untuk berdiri menyanyikan lagu wajib nasional. Baru setelah itu mereka boleh keluar dari kelas..

BONDINGKde žijí příběhy. Začni objevovat